dengarkan

1.3K 75 2
                                    

Happy Reading!!!

"Mas" panggil Raina sambil membawa nampan yang diatasnya terdapat susu untuknya dan kopi untuk Bumi. Ia melangkah masuk menghampiri Bumi yang sedang berkutat dengan dokumennya.

"Rain bikinin kopi" ucapnya pelan sambil menaruh gelas berisi kopi dimeja Bumi.

"Makasih" ucap Bumi, namun tatapannya masih fokus dengan laptop dihadapannya. Ia juga masih marah dengan kejadian tadi.

"Rain temenin ya" pinta Raina sambil duduk di sofa yang tersedia. Raina sering menunggu Bumi hingga tertidur. Untung saja sofanya bisa diubah menjadi kasur.

"Kalau mau tidur di kamar aja" titah Bumi saat Raina mengambil posisi akan berbaring.

"Rain mau disini aja" jawab Raina keukeuh. Bumi hanya mengedikkan bahunya acuh, Raina hanya menghela napas pelan. Bumi masih marah rupanya.

🌾🌾🌾🌾

"Ayo pindah" ajak Bumi saat ia telah menyelesaikan tugasnya, sebenarnya ia masih mempunyai tugas untuk memeriksa email-email kiriman sekretarisnya, namun ia juga masih punya hati untuk tidak membiarkan Raina tidur dengan posisi tidak nyaman.

"Heem" gumam Raina. Ia bangkit dibantu Bumi. Raina tersenyum dalam hati, walaupun Bumi marah, tapi ia selalu peduli padanya.

Setelah sampai di kamar, keduanya tidur saling berhadapan. Bumi mengelus perut Raina yang semakin membuncit. Raina tidak akan tidur jika tidak seperti ini. Entahlah, mungkin anak mereka ingin ayah dan ibunya selalu berdekatan.

"Tadi siapa?" tanya Bumi. Nadanya terdengar lembut, namun menyiratkan akan kemarahan disana. Bayangan Raina yang dipeluk lalu berbincang seakan seorang yang telah lama kenal membuat darah Bumi mendidih. Cemburu? Ya, Bumi akui itu. Ia memang cemburu, tidak akan ada lelaki yang menerima wanitanya dipeluk orang asing dihadapannya sendiri.

"Radit, yang waktu itu pernah Rain ceritain" jawab Raina. Bumi mencoba mengingat kembali, Raina memang pernah menceritakan sosok Radit tersebut, namun ia tidak pernah bertemu langsung karena setelah lulus SMP Radit memilih mengikuti ayahnya tinggal di Surabaya. Katanya sih Surabaya, tapi entahlah, Raina sendiri juga ragu.

"Ngapain kesini lagi?" tanya Bumi yang kentara akan rasa kesal.

"Gak tau, Rain gak peduli" dalam diam Bumi tersenyum, ternyata Raina sudah tidak peduli dengan orang-orang selain keluarga kecilnya.

"Jangan deket-deket dia!" ucap Bumi datar namun tersirat akan kecemburuan.

Raina terkekeh, ia beranjak keatas pangkuan Bumi lalu menggambar abstrak di dada bidang suaminya.

"Kamu goda saya?" tanya Bumi kesal.

"Cemburu ya?" tanya Raina yang masih ingin menggoda Bumi.

Sesaat Raina merasakan kaget, Bumi merengkuh tubuhnya.

"Iya" ucapnya penuh penekanan. Raina tentu saja terpaku, namun sebisa mungkin ia mengusai dirinya.

Ya memang terkadang semua penjelasan perlu didengarkan. Ia berharap keluarganya akan seperti ini walaupun banyak cobaan tapi dengan komunikasi semuanya bisa diselesaikan dengan kepala dingin.



























































Semoga saja












Jangan lupa tinggalkan jejak👣👣👣

RAINA (PROSES TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang