04 - Atensi

476 67 5
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

"Aku tidak menyangka sama sekali, ternyata Serigala ini sangat Licik." sindir Mark pada Saint.
Ia masuk tanpa permisi.

Rambut Pirangnya menambah baddas dan mengeluarkan aura dingin khas sebagai seorang Vampire.

Saint tertawa sambil bersedekap dada.

"Cerdas seperti biasa." matanya berubah menjadi kuning keemasan, sedangkan warna mata si Vampire berubah menjadi merah darah.
"Apa kau sengaja ingin memicu insting membunuh dari tunanganku?" teriak marah Mark.

Saint tertawa mendengarnya.

"Dengarlah sebelum gadis itu jadi tunanganmu, dia adalah adikku, dan sampai kapanpun aku tetap kakaknya." bentak Saint pula. Ia benci Mark sudah membicarakan Status, padahal hanya Tunangan.

"Apa kau memiliki dendam dengan bocah itu? Hingga ingin adikmu lah yang menghabisinya?" tanya Mark yang masih tidak paham dengan tingkah Saint yang berbahaya bagi seorang bocah manusia lemah itu.
"Pam tidak akan bisa menghabisi bocah itu." perkataan Saint membuat Mark bingung.

Otaknya yang dingin, tidak bisa bekerja cepat menyaingi perkataan Saint.

Ia tak paham dengan tujuan Saint.

Mark mendengus marah ketika ia menemukan satu alasan perbuatan Saint.

"Kamu ingin membuat Pam salah paham padaku?" tanya si Vampire.

"Akhirnya otakmu bekerja juga." dengus Saint, ia maju ke depan Mark.
"Jangan berani mendekatinya." bisik Saint pada Mark dengan nada mengancam.

"Mendengar peringatanmu, sepertinya aku jadi tertarik padanya, seberapa penting eksistensinya untukmu." bisik Mark yang menggoda Saint, lalu dalam sekejap ia menghilang dari tempat itu.

Saint jadi kesal.

Mark malah jadi bersemangat untuk tahu Perth.

...

"Kalung ini, akan membuat aku dan kamu terhubung. Dimanapun kamu, apapun keadaanmu, aku akan tahu." Bass menunjukkan kalung miliknya yang sama persis meski berbeda warna dengan milik Perth.

Perth masih mencoba memahami arti ucapan Phi Bass.

"Bagaimana bisa? Apa Phi memasang alat pelacak?" tanya Perth dengan polosnya.
Membuat Bass tertawa.
"Anggap saja seperti itu, semacam Telepathy." kata Bass yang membuat Perth mengangguk paham.

Setidaknya dengan begitu, ia tidak akan takut pada hal buruk lagi, karena dia tahu Phi Bass akan datang untuknya.

Plan datang menemui Perth.

"Ada Plan, bersamanya juga pasti aman." Bass mengusak rambut Perth lalu meninggalkannya.
Plan melihat interaksi Perth dan barusan jadi tersenyum ikut gemas.

"Terimakasih atas baju gantinya." kata Perth pada Plan.
"Hemb, ayo kuantar ke kelas." ajak Plan.
Perth mendengus.
"Kukira Phi akan mengantarku pulang, aku takut jika gadis itu muncul." keluh Perth, tapi ia berdiri dan menerima gandengan Plan.
"Ada aku, aku bisa jagain kamu." jawab Plan.

V.A.M.P.I.R.E (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang