❞ puan bergelut cerita penuh luka berbalut tak anindhita ❝
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
bumantara, tolong jangan marah. afeksi kian mencari tak tentu arah.
dahulu kalau aku memeluk bunda, semua cerita akan dicelotehkan tanpa sadar malam telah berganti pagi. namun, kini siapa insan dapat mengobati luka hati?
dalam dangau ini sungguh sepi. hanya ada daksa terus mengutuki yang terjadi. dan aku melihat kursi di pojokkan dulunya menjadi tempat favorit kita saat bercerita segala keluh.
setiap malam terjadi sawala mengingatkan memiliki renjana. entah mengapa aku selalu saja lupa jika bunda tak lagi abadi dalam bumi.
"kenapa pamit saat aku begitu aksa mengenal bentala?"
"sekarang siapa insan yang menuntunku?"
pelita semakin meredup mengisap pendar dan rinai hujan menemani semakin membuatku ingin tersedu.
malam ini tepat dua bulan kepergiannya. ketika pencipta begitu sungguh mengasihi dan mengajak pergi tanpa berdiskusi dengan gadis kecil ini. tapi aku masih saja bernestapa tak ingin bertemu harsa.
beranjak dewasa bukan penjamin gapah mengatasi masalah. jika ayah ada disini mungkin aku punya teman menangis sekarang.
"ayah? bahkan dia lebih dulu mengenal nirwana."
wahai pencipta, kepada siapa sekarang aku akan mengadu? setiap malam seakan waktu ingin binasa.
bisa ajarkan aku untuk tidak menabur pedar dalam relung hati? buana ini sangat rodra. pagi menuju pagi sudah hal biasa mengalun elegi.
kubuka tirai kamar bunda. seketika bagaskara menembus lewat kaca dan menusuk netra.
"ayo semangat!" kataku menghibur hati.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
hai bagaimana bagian kedua? maaf jika mengecewakan
