❍malam minggu

96 60 1
                                    

malam ini semua insan sibuk merayakan dewi malam yang menampakkan diri dengan bangga dan puan hanya bisa mematung di sembir aspal legam menjadi penonton setia dengan tungkai tak henti lalu-lalang seraya melahirkan rasa gembira seakan tak punya persoalan.

malam minggu merupakan waktu tepat untuk pasangan merajut rindu tersisip lewat sad hari terjalani tanpa bersemuka. pedagang memenuhi serambi jalan dipadatkan pengunjung mengulum rezeki dalam mulut seraya berpacu mesra entah apa yang hendak diangkuh karena sukar pada pujaan seakan gemetar hendak dirampas orang.

sedangkan puan setia duduk mengatup suara  dan menilik kesibukan insan di bawah bumantara dengan sorak kehausan yang lama ditenun dalam kelok pergumulan. tungkai menggayung beriringan saling terpaju mengikuti buaian dawai di seberang jalan.

"bosan banget. enaknya kemana ya?"

isi kepala bertanya entah pada siapa, hendak apa yang dia lakukan. menemukan tujuan membuatnya rumit tak karuan karena belum mendapat yang sepadan dengan keinginan.

jelas dia bingung memilih tujuan sebab dirinya tak ada teman untuk bertukar pikiran. merayakan malam seorang diri tidaklah menyenangkan.

"pulang aja deh, yang ada aku makin sebel lihat mereka berhura-hura. tapi-

di rumah juga gak tahu mau ngapain. aduh, aku bingung."

Anin semakin bergelut dengan isi kepala. mematung di tempat bukan usul yang bagus namun balik ke asal juga tidak baik. dia berharap ada manusia yang mengajaknya berjalan tak masalah tak bertujuan asalkan dia tidak sendiri lagi.

ting

satu pesan masuk menimbulkan dering telepon genggam putih puan.

tuan polaroid
nona, tidak berkunjung ke cafe?
aku sedang disini sekarang tapi tidak sebagai pelayan. mau menemaniku?

baru saja dibicarakan dan sudah ada manusia yang memberi ajakan menghilangkan suntuknya.

to : tuan polaroid
tentu, mohon ditunggu. sedang dalam perjalan.

tak sampai lima menit, puan sudah mendapat balasan

tuan polaroid
nona ada dimana?
biar aku yang menghampirimu

jarinya menari di atas layar kaca membalas pesan tuan yang meminta menjadi teman.

to : tuan polaroid
seberang jalan cafe

lantas pesan itu dijawab iya sebagai pertanda tuan akan segera datang menghampiri puan yang letaknya tak jauh dari pijakan.

telepon hitam disimpan rapi dalam kantong celana biru kesayangan. jika ditanya kenapa selalu biru tentu puan punya banyak jawaban karena itu hadiah pertama dan terakhir dari ayah.

hanya menunggu tiga menit dan tibalah tuan tepat dihadapan menyapa dengan kurva identik membuat terpana seketika namun Anin sudah terbiasa melihat lengkung itu.

hanya menunggu tiga menit dan tibalah tuan tepat dihadapan menyapa dengan kurva identik membuat terpana seketika namun Anin sudah terbiasa melihat lengkung itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"hai," sapa tuan tiba-tiba datang menampak wujud depan puan dengan lambaian tangan.

Siram Buku Ini ; Hwang Hyunjin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang