22. Bagaimana?

2.1K 304 167
                                    

"Lo harus jadi pacar gue,"

Suheil baru saja mengatakan hal seperti itu. Aqeela benar-benar terkejut karena permintaan Suheil... Benar-benar bukan main.

Apakah harus Aqeela terima? Ah.. Jika tidak, Aqeela harus membayar jasa Suheil yang menyelamatkannya. Sungguh, Aqeela sekarang tidak bisa berpikir panjang.

"Gimana?" Tanya Suheil.

Aqeela menelan ludahnya. "Y─ yaudah,"

"T─ tapi, gue ada satu permintaan," Tambah Aqeela.

"Jangan bocorin ke temen sekelas atau siapapun, kalo gue sama lo itu pacaran." Lanjut Aqeela.

Suheil mengangguk. "Makasih,"

Sebenarnya, Aqeela tadinya tidak ingin menerima Suheil. Tetapi, Aqeela harus membalas jasa Suheil yang telah menyelamatkannya dari sebuah kecelakaan.

Jadi... Tidak ada pilihan lagi.

Dddrrtt

Mama memberi pesan.

Mama:

Mama:
| Sudah Mama laporkan ke Polisi
| Sekarang sedang penyelidikan
| Kamu gak usah khawatir
| Semuanya pasti baik baik saja

Aqeela menghela nafasnya lega.

"Suheil," Panggil Aqeela. "Lo... Liat gak, orang yang nabrak lo terus melarikan diri itu?" Tanya Aqeela.

Suheil menggeleng.

"Ooh," Ucap Aqeela. "Gue, sekarang nginep disini ya. Gue gak akan biarin lo disini sendirian. Tenang aja, gue tidur di sofa kok,"

Suheil mengangguk. Kini Aqeela telah menjadi kekasihnya. Tidak sia-sia juga ia menabrakan dirinya ke mobil.

Ah tidak!

Itu semua murni kecelakaan.

Namun, Suheil memiliki keberuntungan sekarang. Yaitu Aqeela yang menjadi kekasihnya.










──









"RASSYA! LO MAU KEMANA?" Tanya Alexa.

Rassya menoleh. "Maaf lo gue tinggalin ya. Gue mau ke SMA dulu," Balasnya.

Alexa mengerutkan keningnya dan menatapnya dengan penuh kecurigaan.

"Mau apa ke SMA? Mau jemput Aqeela?" Tanyanya lantang. Rassya menggelengkan kepalanya.

"Maksudnya? Lo gak tau ya? Aqeela ada di Rumah Sakit. Temennya kecelakaan." Jawab Rassya.

"Ooh," Sahutnya. "Kalo gitu, gue boleh ikut kan?"

Rassya berpikir sebentar.

Jika ia mengajak Alexa. Apakah rencananya akan gagal? Sepertinya iya.

Maka dari itu, ia memutuskan untuk tidak mengajak Alexa.

"Gak, maaf. Gue buru-buru. Lo kalo udah pulang, kasih tau gue ya." Ucap Rassya yang membuat Alexa mendengus pelan.

Beberapa menit kemudian, kini Rassya berada di sekolahnya. Ia datang ke sekolahnya lagi sebagai alumni.

Sebenarnya Rassya mempunyai rencana. Kata Aqeela, nilai ulangan Matematika belum keluar di karenakan Bu Jessica yang sibuk.

Maka dari itu, Rassya akan membantu untuk menilai ulangan Matematika, dengan merekam melalui ponselnya. Ia juga akan mengungkap apa yang terjadi sebenarnya.

Rassya sudah sampai di Ruang Guru. Ia langsung memanggil nama Bu Jessica. Tidak ada siapa-siapa selain Bu Jessica.

"Bu Jessica." Panggil Rassya dengan suara yang berat.

"Oh ya. Siapa ya?" Tanya Bu Jessica ditambah tatapan yang sedang kebingungan.

Ketika Rassya bersekolah disini, Rassya belum pernah melihat Bu Jessica. Lebih tepatnya tidak pernah. Yang artinya, Bu Jessica pasti Guru baru setelah Rassya lulus sekolah.

"Rassya. Alumni SMA ini." Balas Rassya tenang. "Saya..." Rassya melirik puluhan kertas di pinggir Bu Jessica. "Boleh bantuin Ibu buat meriksa nilai ulangan?" Tanya Rassya.

Bu Jessica menelan salivanya. Kemudian Bu Jessica menganggukkan kepalanya yakin.

"Silahkan," Jawab Bu Jessica.

Untung saja, Rassya ingat Aqeela kelas mana.

"Ini kelas berapa?" Tanya Rassya.

"IPA 4." Jawab Bu Jessica. "Samakan jawabannya dengan kertas yang ini." Tambahnya.

Rassya melirik sekilas. 'Kertas yang ini' yang dimaksud oleh Bu Jessica adalah kertas milik...

Rassya melihat namanya.

Tania?

Ya. Kertas itu adalah milik Tania. Mengapa, Bu Jessica yakin jika Tania memiliki nilai yang sempurna?

Ah, mengapa Rassya lupa?

"Kertas ulangan Aqeela, siniin." Kata Bu Jessica.

Kertas ulangan Aqeela berada di tangan Rassya. Rassya dengan cepat langsung menggelengkan kepalanya.

"Kenapa?" Tanya Rassya. "Saya aja yang meriksa. Mata saya gak rabun kok, Bu." Ucapnya lagi.

Bu Jessica menghela nafasnya. "Ibu bilang siniin."

"Ya kenapa? Kenapa kertas ulangan punya... Aqeela harus di ke Ibu-in? Emang ada apa?" Tanya Rassya.

Tanpa jawab pertanyaan Rassya, Bu Jessica langsung mengambil kertas Aqeela dari tangan Rassya.

Rassya langsung tertawa puas di dalam hatinya. Ternyata memang benar. Bu Jessica selicik itu.

"Loh Bu? Kok langsung di coret? Padahal Ibu gak liat kertas yang ini." Protes Rassya sambil menunjuk kertas Tania.

"Kamu tahu apa sih? Atau kamu gak tahu, kalau Aqeela ini ranking kedua terakhir di kelasnya?" Jawab Bu Jessica yang kemudian bertanya.

"Ranking kedua terakhir, emang keliatannya sebodoh itu ya? Gimana sama yang ranking terakhir? Lagian Ibu sendiri belum meriksa sama jawaban yang ini," Rassya tetep percaya, kalau Aqeela tidak akan salah sebanyak itu.

Bu Jessica terdiam. Lalu Rassya merebut kembali kertas ulangan milik Aqeela. Kini kertas ulangan milik Aqeela berada di tangannya lagi.

"Jujur, ada yang Ibu sembunyikan, kan?" Tanya Rassya yang membuat Bu Jessica terdiam.












──











"AQEELAAA. LO DIEM DISINI GAK CAPEK APAAA!"

Aqeela melirik kearah pintu. Ada Saskia beserta beberapa teman sekelasnya mengunjungi Suheil.

"Ya kan ini salah gue juga," Rutuk Aqeela.









××
Di chapter berikutnya bakalan terungkap tujuan Bu Jessica manipulasi nilai Aqeela. So, stay tune ya!

Les PrivatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang