08. Bercerita

3K 412 152
                                    

"Ah masa udah sih?" Tanya Aqeela kecewa karena Rassya tiba-tiba saja menyudahi perkataannya.

"Ya terus?" Tanya Rassya balik. "Gue harus ceritanya sama lo?" Aqeela segera menganggukan kepalanya.

Sebenarnya, Rassya sangat percaya jika ia bercerita tentang latar belakangnya kepada Aqeela. Entah kenapa, mungkin ia menganggap Aqeela sebagai teman seangkatannya.

"Yaudah," Ucap Rassya.

"Bentar! Gue sambil ngerjain ini ya," Kata Aqeela.

Rassya menganggukan kepalanya singkat. Kemudian Rassya menarik nafasnya dan membuangnya.

"Tetep pengap kalo buang nafas pake masker. Makanya buka!" Pinta Aqeela.

Rassya menggeleng. "Gak,"

Aqeela mendegus sebal. Lalu Aqeela mulai mengerjakan soalnya yang sedari tadi ia anggurkan karena sibuk mendengarkan cerita dari Rassya.

"Jadi, lo itu di buang sama orang tua lo apa gimana? Iya kali ya," Kata Aqeela.

"Iya. Gue dibuang. Lo seharusnya bersyukur masih punya orang tua. Sementara gue, gue udah gak tau gimana keadaan orang tua gue yang sekarang," Sahut Rassya.

Aqeela menganggukan kepalanya sedih. Ia benar-benar merasa sedih saat mendengarkan cerita dari Rassya.

"Ah udah-udah, gak usah cerita lagi," Kata Aqeela. "Gue penasaran sama satu hal," Lanjutnya.

Rassya mengangkat satu alisnya.

"Pas lo di Cafe... Itu beneran pacar lo?" Tanya Aqeela.

Rassya mengangguk. "Lah, kan gue udah bilang dari dulu, kalo itu pacar gue. Emang kenapa?"

"Y─ ya gak apa-apa. Penasaran aja." Kata Aqeela. "Penasaran maksud gue tuh, pas lo pacaran tetep pake masker? Apa gak risih tuh pacar lo?"

"Ya gak lah. Emang lo, risihan," Sindir Rassya.

Aqeela menunjukkan cengirannya. Setelah itu, ia memberikan buku lesnya kepada Rassya.

"Bener kan?" Tanya Aqeela memastikan. Rassya mengecek tugasnya dulu.

"Salah satu," Jawab Rassya. "Lo lupa mulu sama cara yang gini, kenapa sih?" Tanya Rassya kesal.

Aqeela mengengus. "Ya gue orangnya emang lupaan!" Balasnya. "Ah malesin lo jadi sensi gini."

Rassya tertawa hambar. "Lo tadi ulangan kan?"

Aqeela menggelengkan kepalanya. Karena benar, ia tadi tidak melaksanakan ulangan di sekolahnya.

"Gue tadi gak ulangan. Kemarin iya," Jawab Aqeela. "EH KOK LO TAU?"

"Tau lah. Gue punya koneksi sama sekolah," Sahut Rassya. "Bukan koneksi internet, koneksi antar guru maksudnya,"

Aqeela ber-oh ria. Kemudian ia langsung teringat sesuatu. Ia kan di remed. Ah, apa Rassya tahu hal itu juga?

"Berarti, lo tau gue di rem─" Ucapannya terpotong.

"Tau. Aneh lo, padahal ngerjain disini sama gue aja lancar. Kenapa di sekolah malah kena remed? Padahal soalnya yang gue ajarin semua," Potong Rassya.

Aqeela menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Ya gimana ya, gue mau ngasih tau sesuatu ke lo, tapi lo pasti gak bakal percaya sama gue," Kata Aqeela yang masih menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu. "Jadi... Gak usah,"

Rassya segera menyingkirkan tangan Aqeela dari kepala Aqeela sendiri.

"Gue tau lo gak gatel, jangan kaya orang bodoh," Peringat Rassya.

"Enak aja!" Ucap Aqeela tidak terima.

Rassya langsung menatap Aqeela. Aqeela juga sedang menatap Rassya. Tatapan mereka berdua bertemu, sehingga Aqeela segera memalingkan pandangannya.

Rassya menulis beberapa soal di buku catatan lesnya Aqeela. Kemudian setelah beres, Rassya memberikan buku catatan lesnya kepada Aqeela.

"Kerjain. Kalo lo gak bisa, lo harus ngasih tau ke gue. Yang tadi lo mau bilang itu," Ucap Rassya.

Aqeela mengerutkan keningnya. "Lo... Ngajak gue taruhan?!" Rassya menganggukan kepalanya.

"Iya. Kalo lo gak bisa jawab soal, lo harus kasih tau 'Sesuatu' itu ke gue. Dan, kalo lo bisa jawab soal, lo gak usah ngasih tau 'Sesuatu' itu ke gue." Jelas Rassya.

Aqeela mengangguk.

Aqeela mulai melihat soalnya. Apa-apaan ini?! Bahkan materi yang ini, belum Rassya jelaskan sama sekali.

"Licik lo!" Ucap Aqeela. "Materi pelajaran yang ini belum dijelasin. Wah, dasar guru licik!"

Rassya tertawa. "Lo gak bisa, kan? Makanya, cepet bilang 'Sesuatu' itu. Siapa tau gue bisa bantu,"

Aqeela mengangguk. "Bentar,"

Aqeela mengubah posisinya. Sekarang posisinya menjadi berhadapan dengan Rassya. Ah, sepertinya Aqeela benar-benar menyukai Rassya.

"Gue kemarin pas ngerjain Matematika, lancar banget kaya jalan tol. Tapi, pas pulang sekolah gue kan piket ya. Nah terus Zara nyuruh gue buat bawa sapu di Ruang Guru," Kata Aqeela.

Rassya mengangguk. "Terus?"

"Pas gue sampai di Ruang Guru, Bu Jessica bilang gini," Kata Aqeela sembari menirukan suara Bu Jessica.

Rassya mengerutkan keningnya. Kemudian ia menatap Aqeela. "Lo serius? Gak biasanya, Bu Jessica begitu,"

Aqeela mengangguk. "Iya! Terus Tania kan salah lima, sementara gue cuma salah dua. Jadi nilai gue di manipulasi. Apa banget sumpah," Kata Aqeela.

Rassya menghela nafasnya. "Tania, ranking berapa?" Tanya Rassya.

Aqeela berpikir. Karena jujur, ia lupa. Karena, untuk apa ia mengingat ranking orang?

"Ranking lima," Jawab Aqeela. Rassya menyipitkan matanya.

"Apa dia, nyuap ke Guru?" Tanya Rassya.

Aqeela mengangkat kedua bahunya.

"Oh iya. Ini nih, liat nilai Matematika gue yang udah di MANIPULASI sama BU JESSICA," Ucap Aqeela dengan menekankan kata 'Manipulasi' dan 'Bu Jessica'.

Rassya mengambil ponsel Aqeela dari tangan Aqeela.

"Kasus kaya gini gak boleh di diemin. Lo mau, usaha lo selama ini percuma?" Tanya Rassya dingin.

Aqeela menggeleng. "Gila lo. Ya mana mau lah! Gak mau,"

"Nah bagus. Bentar, gue kasih tau sama Guru lain─"

"YA JANGAN!" Potong Aqeela. "Aduuuh. Gue juga bisa nyelesaikan masalah ini sendiri loh!"

Rassya menatap Aqeela. "Dih dibantuin malah gak mau,"

Aqeela menggeleng. "Tolong ya Pak. Bedakan kata 'Bisa nyelesaikan masalah ini sendiri' sama 'Gak mau dibantu'," Ucap Aqeela.

Rassya bergumam. "Hm."

Aqeela menatap Rassya secara dalam dengan tatapan sendu.

"Kayanya, gue emang gak ditakdirkan buat jadi orang yang menerima keadilan ya? Bener kata Mama dan Papa gue, gue harus berhenti les," Ucap Aqeela tiba-tiba.








××
Full Syaqeel nih wkwkwk

Les PrivatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang