Chapter 6 {perasaan?}🔞

5.5K 527 40
                                    

❗warning (adegan kekerasan) ❗

buat kalian yang tidak suka adegan kekerasan boleh di skip, tapi kalo masih mau lanjut

Happy Reading🌠

.
.
.

"Akhirnya kalian datang juga, aku sudah menunggu kalian, ternak-ternak kesayanganku!" Smirk setajam siletnya dapat terlihat dengan jelas mengisi sudut mulutnya, siluet merah darahnya menggambarkan kenafsuan yang sangat dan aura kebengisan yang kuat.

Gulf terbelalak kaget, Ia menatap Win dan adik-adiknya bergantian, seakan tidak percaya dengan yang di hadapannya ini.

"Tu-tuan?!" seluruh tubuh Gulf rasanya bergetar, Win spontan menatap Gulf.

"Gulf... dia..."

Gulf mengangguk seakan paham maksud Win.

Win reflek mengambil peta yang Ia bawa kesini, Ia melihat peta itu, mencari mengapa mereka bisa berakhir disini.

"Apa peta nya salah?!" ujar Win sembari memperlihatkan petanya kepada Gulf.

Mew berjalan dengan langkah kakinya yang menggema di lantai ruangan.

Ia memberikan senyuman angkuhnya "Peta yang kalian dapat memang benar, hanya saja aku mengubah posisi jalan keluarnya"

"Kana, bukankah aku pernah bilang kepadamu? Jangan pernah mengingkari janjimu?" Mew memainkan kuku-kuku panjangnya, aura yang dikeluarkan Mew saat ini adalah aura dingin tanpa perasaan.

Adik-adik mereka tengah mereka sembunyikan di balik badan mereka.

"Senang sekali rasanya melihat raut wajah keputusasaan dari harapan yang telah di rampas" ujar Mew dingin.

"Apa yang kamu inginkan?!" Win bersuara.

"Tu-tuan saya mohon, lepaskan teman dan adik-adik saya, Tuan bisa meminum darah saya!" Gulf maju beberapa langkah ke depan.

"Gulf, apa yang kamu katakan?! Kembali sekarang juga!" Win berteriak, wajahnya teredam emosi.

"Win, aku siap mengorbankan diriku, lebih baik kamu segera bawa adik-adik kita ketempat yang aman!" sahut Gulf.

Mew menunjukkan wajah meremehkannya "Drama yang bagus ternak-ternakku, tapi aku ingin darah kalian semua, dan untuk Kana... aku memang menginginkan darahmu, tapi aku berencana untuk membuatmu menjadi yang terakhir" Mew mengigit lidahnya sendiri, Ia haus darah, tatapan merahnya tidak berperasaan.

Gulf melihat Mew mengambil aba-aba untuk mulai mendekat pada Win serta adik-adiknya.

Gulf berteriak sebisa mungkin "Kalian larilah! Menjauh dari sini!"

Win mengintruksi adik-adiknya untuk lari "Lari! Phi Win dan Phi Gulf yang akan mengulur waktu, cepat!" titah Win.

Adik-adiknya mengangguk, dengan tubuh kecil dan polos mereka berlari menuju pintu masuk yang mereka masuki tadi.

Namun, gerakan cepat kilat dari Mew bukanlah tandingan bagi remaja berusia 17 tahun seperti Win dan Gulf.

Dalam sepersekian detik, Mew berhasil mendapatkan salah satu adik mereka, Love.

Mew menjelajahi setiap jengkal leher milik Love dengan jari-jari panjangnya, dan...

"A-ah... hiks Phi Win, Phi... Galp... sa... ki... th" gigi-gigi runcing milik Mew telah menggigit leher milik Love, Ia menghisapnya dengan nikmat, Love kian mengejang dan membiru.

Love Doesn't Feel✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang