Soobin tersenyum setelah suapan terakhir dari bubur dalam pangkuannya ditelan Yeonjun. Pemuda kelinci itu lekas menuangkan segelas air. Soobin memberikan air dan obat yang telah ia buka kepada Yeonjun.
"Kakak bisa sendiri? Atau mau Soobin bantu? Kepalanya masih sakit kan?"
"Gak apa-apa, Soobin. Kakak bisa sendiri."
Yeonjun balas tersenyum. Tangannya terangkat guna menyambar air dan obat yang diberikan Soobin. Saat Yeonjun mulai meletakkan obat tersebut diatas lidahnya, Soobin menatap terlampau lekat. Berjaga-jaga, takut Yeonjun membutuhkan bantuan secara tiba-tiba. Akan tetapi, Yeonjun berhasil meminum obatnya tanpa masalah sama sekali.
Kemudian sewaktu Yeonjun hendak beranjak untuk mengembalikan gelas tersebut keatas meja, Soobin dengan cekatan menyambar lebih dulu gelas dalam genggaman Yeonjun.
"Kakak istirahat dulu, ya? Biarin obatnya kerja. Soobin ganti kompresnya dulu," ujar Soobin seraya membereskan bekas makan Yeonjun.
Perkataan Soobin barusan tidak dibalas oleh Yeonjun. Pemuda yang lebih tua itu hanya diam. Sibuk memerhatikan paras manis Soobin yang tampak serius berkutat dengan mangkuk dan gelas bekasnya makan.
Yeonjun menahan pergelangan tangan Soobin ketika pemuda kelinci itu hendak beranjak untuk mencuci peralatan makan Yeonjun. Spontan, Soobin pun menautkan alisnya bingung. "Kenapa? Kakak butuh sesuatu? Atau kepala Kakak sakit lagi? Diman—"
"Gak ada yang sakit, Soobin. Kakak baik-baik aja. Seratus persen sehat."
"Kalau—"
"Kamu pulang, ya?"
"A–apa?" Soobin mengerjap. Tidak mengerti dengan pola pikir Yeonjun yang tiba-tiba saja memintanya untuk kembali pulang.
Sementara diatas ranjang, Yeonjun mulai melengkungkan kurva manisnya. Sumpah mati, kendati wajahnya pucat pasi, senyum pemuda Virgo itu tetap tampan dan begitu menawan.
Yeonjun menarik tangan Soobin untuk ikut duduk bersama dengannya. Mangkuk dan gelas diletakkan. Soobin duduk di sisi ranjang dimana Yeonjun menatapnya begitu dalam.
"Makasih udah ngerawat Kakak malam ini. Tapi, kamu harus pulang sekarang. Gak baik berduaan sama Kakak di kamar ini, kan?"
Yeonjun melepaskan tangannya yang semula menggenggam pergelangan Soobin. Kini, tangan itu beralih guna mengacak surai hitam Soobin yang tampak sedikit berantakan.
"Kayak yang kamu bilang tadi, kita udah beda. Udah gak sama. Kamu udah punya Kak Jaehyun. Kalau kamu berduaan sama Kakak disini untuk waktu yang lama, bukannya itu bakal bikin Kak Jaehyun mikir yang enggak-enggak?" lanjut Yeonjun.
Sejenak, Soobin terdiam untuk beberapa saat. Sepasang netra bulatnya menatap iris jelaga Yeonjun. Sedikit tidak percaya, kalau Yeonjunnya benar-benar menganggap serius apa yang ia ucapkan.
Entah kenapa, Soobin benar-benar kecewa mendengar perkataan Yeonjun. Pemuda kelinci itu lekas bangkit. Menyambar tasnya, kemudian tersenyum paksa sebelum akhirnya keluar dan meninggalkan Yeonjun seorang diri di dalam kamar.
"Jun? Soobin kenapa pulang?" tanya Mark, baru saja masuk beberapa detik setelah Soobin keluar.
Yeonjun menggeleng. Memilih untuk meluruskan tubuh dan membenarkan posisi tidur. Pemuda Virgo itu menarik selimut yang membungkus tubuhnya. Memejam, tidak mempedulikan pertanyaan Mark barusan.
Gue yang usir, Mark.
—
Besoknya, Yeonjun nekat untuk masuk dan beraktivitas di dalam kampus. Baik Lucas, Mark, maupun Changbin sudah memperingati sejak pagi. Akan tetapi, Yeonjun malah mengabaikan dan berpura-pura tuli.

KAMU SEDANG MEMBACA
ex, yeonbin ✔️
FanfictionIntinya, Yeonjun masih sayang. Tapi, enggak tahu Soobin gimana. yeonbin ft. 97-02liners. genre: romance, fanfiction. bxb! ( ! ) beberapa part mengandung harsh word. ( ! ) belum di revisi. ©2O2O, c h o i h u e k a n g.