1O. malam ini

6.5K 972 232
                                        

Tepat tiga detik setelah sambungan telepon terputus, Yeonjun bergegas untuk masuk kembali ke dalam kamar. Diraihnya kunci motor, dompet, dan jaket yang ia letakkan di sembarang tempat. Ketika Mark bertanya dengan raut heran yang tergambar jelas di wajahnya, Yeonjun tidak menjawab dan malah bergegas keluar dari Apartement Lucas.

Maka, disinilah Yeonjun berada, berdiri di depan pintu Apartement Soobin. Pemuda Virgo itu tampak bimbang sekaligus ragu. Berkali-kali tangan Yeonjun terangkat guna memencet bel, dan berkali-kali pula ia mengurungkan niatnya.

Sampai akhirnya, Yeonjun memberanikan diri untuk memencet bel dari Apartement Soobin. Butuh waktu beberapa detik sebelum pintu itu terbuka, menampilkan Soobin dengan piyama berwarna biru muda.

Yeonjun hendak menyapa dan tersenyum kepada Soobin, awalnya. Tetapi setelah melihat merah yang tercetak pada hidung dan mata Soobin, sekaligus bekas-bekas air mata yang tampak di kedua pipi tembilnya, Yeonjun segera mengurungkan niat awalnya.

Yang lebih muda menatap Yeonjun dengan tatapan terluka. Membuat Yeonjun tiba-tiba saja merasa bersalah, entah untuk alasan apa.

"Soob—"

Ucapan Yeonjun terpotong oleh Soobin yang tiba-tiba saja meringsut maju dan memeluk Yeonjun. Yeonjun jelas-jelas speechless. Lalu tidak sampai disana, Yeonjun lagi-lagi dibuat terkejut manakala Soobin tiba-tiba saja menangis dalam pelukannya.

Yeonjun terlalu ragu sekedar untuk membalas pelukan Soobin. Jadi, yang dilakukan pemuda itu hanyalah diam dan menunggu Soobin menghentikan tangisnya.

Hingga beberapa menit menjelang, isakan Soobin mulai mereda. Pemuda Desember itu mengusakkan hidungnya pada ceruk leher Yeonjun. Sedikit menghirup harum pada tubuh Yeonjun sebelum kemudian menjauh, benar-benar melepaskan pelukannya dari tubuh semampai Yeonjun.

Wajah Soobin yang memerah dan matanya yang membengkak membuat Yeonjun diam-diam meringis. Yang lebih tua memaksakan senyum pada bibirnya, dibalas oleh Soobin dengan senyum serupa.

"M–masuk, Kak," ajak Soobin. Suaranya sangat parau, lagi-lagi berhasil membuat Yeonjun meringis di dalam hati.

Menganggukkan kepala kikuk, Yeonjun lekas melangkahkan kakinya untuk masuk setelah Soobin memberikan akses. Keduanya duduk diatas sofa ruang utama atas ajakan Soobin.

"Diluar lagi dingin. Kakak mau cokelat panas? Soobin buatin, ya?" Soobin bertanya sembari menghidupkan penghangat ruangan.

Yeonjun menggeleng, tersenyum pada Soobin disebelahnya. "Buat kamu aja. Kakak gak kedinginan."

"Harus minum pokoknya, nanti Kakak masuk angin. Tunggu sebentar ya, Soobin buatin dulu."

"Soob—hei! Soobin!"

Yeonjun mendesah ketika Soobin lebih dulu melenggang menuju dapur. Karena paham kalau Soobin tidak akan pernah bisa dibantah, Yeonjun akhirnya memutuskan untuk mengalah dengan menyandarkan punggungnya pada sofa.

Manik kembar pemuda Choi itu bergerak menyusuri setiap sudut ruangan. Tersenyum ketika menyadari tidak ada yang berubah dari ruangan ini. Sudah lama sekali sejak terakhir kali ia mengunjungi Apartement ini. Akan tetapi, baik dari segi penataan maupun aroma ruangnya tidak berubah. Aroma Lavender yang berpadu dengan cokelat mint. Manis harumnya, seperti Soobin.

Sedang asik memandangi setiap sudut dari ruang utama, pandangan Yeonjun tiba-tiba saja terpaku pada sebuah foto diatas meja. Alis milik pemuda Choi itu bertaut dengan sendirinya. Yeonjun tanpa sadar melangkah, mendekati meja di dekat televisi, lekas menyambar sebuah bingkai dengan selembar foto yang mengisi.

ex, yeonbin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang