"Kakak marah?"
Setelah hening yang cukup lama, Soobin pada akhirnya memberanikan diri untuk bicara. Ia menoleh, menatap pada Yeonjun disebelahnya. Pemuda yang lebih tua tidak menjawab, malah menarik senyum dan mengusap sekali puncak kepala Soobin.
"Kapan Kakak bisa marah sama kamu?"
"Sekarang?" Soobin menatap Yeonjun dengan rasa bersalah yang tampak jelas. "Soobin gak bermaksud buat Kakak sakit, Soobin cuma—"
"Iya, Kakak paham."
Suara Yeonjun yang serak membuat Soobin termangu, menggigit bibir semakin merasa bersalah. Yeonjun tidak pernah mengutarakan apa yang sedang ia rasakan. Jadi mendengar penuturan Yeonjun beberapa saat lalu, Soobin jelas-jelas merasa canggung terhadap Yeonjun.
Saat ini, jam menunjukkan pukul empat sore. Mama sedang beristirahat didalam kamar usai memarahi Yeonjun dan Soobin habis-habisan. Sementara itu, keduanya memutuskan untuk berdiam diri di ruang utama.
"Kakak ngerti kalau maksud kamu baik. Maaf, Kakak terlalu sensitif tadi."
Bahkan disaat perasaannya sendiri nyaris dan hampir dipertaruhkan, Yeonjun tetap menarik senyum dan meminta maaf, seolah-olah ialah yang bersalah dan sangat kekanakan disini.
"Kakak gak perlu minta maaf. Soobin yang—"
"Kakak mau minta maaf karena Kakak masih sayang sama kamu. Maaf, karena Kakak gak bisa berhenti buat suka sama kamu. Kadang ini bikin Kakak sakit. Tapi mau gimana lagi? Udah jadi resiko Kakak buat sayang sama pacar orang."
Soobin termenung, bingung atas ucapan tiba-tiba Yeonjun.
"Kakak gak pernah tahu kalau mencoba untuk ngelurusin keadaan itu sesulit ini. Kakak cuma mau temenan sama kamu. Tapi, kayaknya gak bisa, ya? Susah. Bawaannya sakit terus setiap di dekat kamu."
Yeonjun lagi-lagi tersenyum, tidak peduli pada ekspresi keheranan Soobin. "Kakak izin, ya?" katanya, sukses membuat Soobin mengernyit dalam.
"Kakak butuh waktu. Izin buat hilang sebentar dari hidup kamu. Nanti Kakak balik lagi, bawa perasaan yang baru buat kamu. Rasa sayang sebagai seorang Kakak, bukan seorang mantan yang nyatanya gak bisa move on."
Ekspresi Yeonjun saat mengucapkannya begitu ringan, seolah sama sekali tak memiliki beban, seakan telah ikhlas dengan keadaan, dan itu sukses membuat Soobin mengerjapkan mata hendak menangis.
"Kalau kamu—"
Tatkala Soobin memeluknya terlampau erat, mencengkram punggung jaketnya kemudian menenggelamkan wajah pada ceruk leher yang lebih tua, Yeonjun lekas tertawa miris. Kalimatnya kembali tertelan, tetapi ia tidak berniat untuk membalas pelukan yang Soobin berikan.
"J–jan—hiks—jangan ..."
Soobin terisak kuat. Menggeleng brutal sambil terus-menerus berkata jangan. Tangannya mencengkram punggung jaket Yeonjun hingga terlihat kusut. Soobin tidak mau, tidak ingin Yeonjun berhenti menyukainya.
"Gak—hiks, gak mau. Kakak gak boleh, gak boleh berhenti sayang sama Soob—hiks."
Suaranya teredam, terkalahkan oleh isak tangis yang lebih banyak Soobin keluarkan. Yang lebih tua sedikitnya merasa kasihan. Tetapi Yeonjun tidak mau kembali lemah, ia harus menegaskan Soobin. Membuat Soobin berhenti menarik-ulur dirinya.
"Kakak tau kalau kamu gak egois, Soobin," ujar Yeonjun, mulai membalas pelukan Soobin. Ia mengusap punggung sempit Soobin, berusaha menenangkan. "Izinin Kakak, ya? Jangan egois. Jangan nahan Kakak kalau ujungnya kamu gak bisa ngasih Kakak kepastian."
Soobin semakin menangis mendengarnya. Kepalanya ia tenggelamkan sedalam-dalamnya di leher Yeonjun, kembali menggeleng sembari berucap jangan.
"Terus Kakak harus gimana?" Yeonjun tertawa pendek. "Kakak harus tetap disini, diam disini dan selalu ada di sisi kamu, sementara kamu sendiri gak pernah punya niat buat balik ke Kakak lagi? Jangan bercanda, Soobin. Kakak juga manusia yang pasti punya rasa muak."
Soobin menggesekkan wajahnya pada leher Yeonjun, membiarkan bagian leher kaus yang lebih tua basah oleh tangisnya. "Soobin, sayang Kakak," ujarnya, dibalas tawa pendek oleh Yeonjun.
"Kakak tahu," Yeonjun menempatkan dagunya pada pundak Soobin. "Kita sama-sama sayang. Tapi kalau rasa sayang ini justru malah bikin kita sakit, bukannya kita harus berhenti?"
Soobin kembali menggeleng, isakannya telah mereda kendati wajahnya masih basah oleh air mata. Soobin mengendus leher Yeonjun, mencari posisi ternyaman. "Soobin, sayang Kakak. Sayang banget, Kak. Gak mau lepas. Mau sama Kakak terus."
Yeonjun menghela napas saat sebuah kecupan mendarat di permukaan lehernya. Mau tidak mau, ia pun mengurai pelukan mereka. Yang lebih tua lalu mencengkram pundak Soobin, menatap Soobin dalam. Wajah Soobin basah oleh air mata, tetapi Yeonjun berusaha untuk membutakan diri agar tidak kembali memeluk Soobin.
"Sejujurnya, Kakak gak mau bikin kamu sakit. Kakak gak mau bikin kamu bingung. Tapi ini demi kelanjutan kita berdua. Kamu harus milih, Soobin. Kakak, atau Jaehyun?"
Respons dimana Soobin secara spontan mendelikkan kedua mata, sukses membuat Yeonjun tertawa tanpa suara. "Gak bisa kan?" tukas Yeonjun, lekas melengos dan mengalihkan pandangannya ke lain arah.
"Bukan—"
"Kakak gak mau maksa," Yeonjun memotong. "Semuanya tergantung sama kamu, senyaman kamu. Kakak gak akan ngilang sebelum kamu jawab pertanyaan Kakak. Udah, ya. Udah sore. Kakak harus pulang."
Ketika Yeonjun beranjak dan menyambar kunci motor diatas meja, Soobin lekas bangkit guna menahan pergelangan Yeonjun. Yang lebih muda menggeleng, lagi-lagi hendak menangis saat melihat sorot mata Yeonjun yang amat dingin.
"Soobin, butuh waktu," kata Soobin, semakin erat menggenggam tangan Yeonjun.
Yeonjun melirik tautan tangan mereka sebelum kemudian mengangguk, memahami posisi Soobin. "Kakak tahu. Kakak udah bilang kalau Kakak gak maksa."
"T–tapi," Soobin mengulum bibir bawahnya, merasa gugup setengah mampus. "T–tapi, sampai Soobin bisa milih, Kakak ... Bisa tetap sama Soobin? Nemen—"
"Sejak kapan kamu jadi egois?"
Soobin tercekat. Secara spontan melepaskan tangannya dari pergelangan Yeonjun. Sama sekali tidak mengira kalau Yeonjun akan berkata seperti itu tentang dirinya.
"Bukan cuma kamu yang butuh waktu. Kakak juga. Kakak juga butuh waktu, Soobin. Buat milih, bertahan sama kamu, atau lepas dari kamu sepenuhnya."
Yeonjun pergi setelah mengucapkan kalimat terakhirnya. Meninggalkan Soobin yang kini terduduk, menutup wajah dan kembali menangis hebat.
Keduanya tidak sadar, kalau Mama menyaksikan perdebatan mereka sejak awal.
—
hayoloh kegep.
KAMU SEDANG MEMBACA
ex, yeonbin ✔️
FanfictionIntinya, Yeonjun masih sayang. Tapi, enggak tahu Soobin gimana. yeonbin ft. 97-02liners. genre: romance, fanfiction. bxb! ( ! ) beberapa part mengandung harsh word. ( ! ) belum di revisi. ©2O2O, c h o i h u e k a n g.