16. mabuk

6K 840 189
                                        

Lampu merah, berhenti. Klakson berbunyi di kiri-kanan. Udara cukup dingin, diluar hujan turun lumayan deras. Yeonjun memutuskan untuk menghidupkan penghangat agar Mama tidak kedinginan.

"Mama mau pake jaket Yeonjun? Biar lebih anget," tawar Yeonjun sembari membuat gerakan membuka jaket.

Mama menggeleng, lalu menahan pergerakan Yeonjun. "Gak usah sayang, Mama udah cukup anget pake ini."

"Kalau kedinginan bilang ya Ma."

Mama tersenyum, mengundang senyuman serupa di bibir Yeonjun. Pemuda Choi itu lalu kembali menatap ke depan, memainkan jari pada stir mobil sambil sesekali bersenandung kecil. Terkadang pula Yeonjun manggut-manggut, mengikuti nada yang ia buat sendiri.

Mama memerhatikan dari samping. Yeonjun itu pemuda yang baik, kelewat baik malah. Kenapa bisa keduanya berakhir putus dan berantakan seperti ini?

Dipanggilnya Yeonjun. Lalu ketika Yeonjun menoleh, Mama segera mengusap sayang puncak kepala anak itu.

"Mama udah tahu semuanya, Yeonjun. Jangan nutupin apapun dari Mama lagi, ya? Kamu harus ngomong jujur."

Yeonjun menukik alis, berusaha mencerna ucapan Mama. Lalu saat ia mulai memahami apa yang Mama katakan, ia pun tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Yeonjun membolakan mata, menatap horor Mama.

"Mam—"

"Kamu tahu Soobin gimana, Yeonjun." Mama memotong, mendahului Yeonjun. "Soobin gak egois, dia anak yang baik, Mama yakin kamu tahu itu. Tolong bertahan sama Soobin ya, nak? Mama gak maksa kamu. Kalau kamu gak mau, gak apa-apa. Mama minta kamu bertahan karena Mama percaya kalau kamu yang terbaik untuk Soobin."

Yeonjun hendak menjawab, tetapi lampu sudah berubah menjadi hijau. Mau tidak mau, Yeonjun kembali meluruskan pandangan dan menyetir untuk melanjutkan perjalanan.

Hening beberapa saat, Yeonjun tidak yakin untuk berbicara. Hingga pada akhirnya, ia pun memberanikan diri karena merasa tak sopan kalau harus mengabaikan Mama.

"Yeonjun gak sebaik itu, Ma," tukas Yeonjun dengan pandangan yang masih lurus ke depan; tidak berani menatap Mama. "Yeonjun sering nyakitin Soobin. Yeonjun bahkan selingkuh dari Soobin. Yeonjun juga gak pernah ada untuk Soobin, Ma. Yeonjun bukan yang terbaik, Yeonjun justru yang terburuk untuk Soobin. Yeonjun..."

Yeonjun tidak melanjutkan kalimatnya. Ia memilih bungkam dan melipat bibirnya ke dalam sampai Mama tersenyum, memegang sebelah lengan Yeonjun yang menjuntai bebas.

"Itu dulu, sayang." Mama bersuara. "Mama tahu gimana kamu. Kalau kamu bejat, kalau kamu yang terburuk, kamu gak akan pernah balik ke Soobin, kamu gak akan pernah rela sakit hati buat liat Soobin bahagia, kamu gak akan pernah neken perasaan kamu sedalam-dalamnya cuma biar Soobin seneng. Orang brengsek itu yang melakukan tapi gak menyesal kemudian. Sedangkan kamu, ngeliat gimana kamu selama ini, kamu anak yang baik, Yeonjun. Mama bener-bener percaya sama kamu."

Yeonjun menggigit bibir dalamnya, ingin sekali menangis dalam pelukan Mama yang sudah ia anggap seperti Mama kandungnya sendiri. Tapi Yeonjun tidak ingin terlihat lemah, tidak ingin terlihat bodoh karena terlalu menyayangi Soobin.

"Tolong bertahan untuk Soobin, ya? Soobin cuma lagi labil. Dia butuh perhatian, Soobin lagi nyari sumber bahagianya, Yeonjun. Dia nangis kejer setelah kamu pulang tadi, belum berhenti sampai kamu dateng. Mama yakin, setelah ini Soobin bakal sadar. Dia anak Mama, Mama tahu dia gimana. Soobin bakal balik ke kamu, Yeonjun. Tolong tunggu Soobin, ya?"

Yeonjun meremas stirnya kuat-kuat. Mulai mengangguk, kendati hatinya tidak seringan itu untuk mengiyakan.

"Iya. Yeonjun... Minta maaf karena udah buat anak Mama nangis."

Sekitar jam sepuluh, Yeonjun akhirnya tiba di kamar kos. Ia merebahkan tubuh diatas kasur, merentangkan kedua tangan seraya memandang langit-langit kamar.

Pemuda itu sedang berusaha mencari sedikit ketenangan, mengulik penyebab kenapa ia bisa terjebak pada rasa sayangnya untuk Soobin. Yeonjun sibuk memikirkan apa yang harus ia lakukan sampai ponselnya tiba-tiba saja berbunyi, memaksa Yeonjun untuk menghentikan lamunannya dan beranjak mengangkat telepon.

"Hal—"

"Yeonjun! Ke bar biasa, Soobin mabuk!"

Yeonjun memejam gusar, segera menyambar kembali kunci mobil Lucas dan berlari keluar dari kamar kos.

Ya Tuhan, kapan hidup Yeonjun bisa tenang?

"Kok bisa?" Yeonjun bertanya setelah tubuh Soobin berhasil ia rangkul. Pemuda kelinci itu tertawa dalam pelukan Yeonjun, berkali-kali berusaha menggigit telinga Yeonjun, namun dihalangi oleh yang lebih tua.

Wooyoung menggeleng, menatap kasihan Soobin. "Pas gue mau masuk tadi, gue ngeliat dia. Jadi gue ikutin. Dia mau mabuk, gue coba larang tapi dia malah ngajak gue berantem. Jelas gue gak bisa apa-apa, lo pasti bakal nonjok gue kalo gue sampe ribut beneran sama Soobin."

Yeonjun mengangguk, kembali mencoba untuk menghalangi Soobin yang semakin agresif padanya. Ia berterimakasih pada Wooyoung sebelum kemudian membawa Soobin pergi bersamanya.

Pemuda kelinci itu tertawa, mengalungi leher Yeonjun semakin erat. "Kak Yeonjun —hik. Sayang Soobin! Cium!"

Yeonjun tidak menjawab, sedikit kesulitan membuka pintu mobil. Ia berusaha untuk membuat Soobin masuk, tetapi yang lebih muda menggeleng ribut. Berkali-kali berkata ingin dipeluk Yeonjun. Tidak ada pilihan lain. Pada akhirnya, Yeonjun memutuskan untuk memangku Soobin dan menyetir menuju Apartement yang lebih muda.

Sepanjang perjalanan, Soobin terus membuat tanda di permukaan leher Yeonjun. Sesekali, Yeonjun mendesah, tetapi kewarasannya masih normal, ia berkali-kali menjauhkan kepala Soobin dari lehernya.

Sulit menyetir dengan kondisi dan situasi seperti ini. Choi Soobin benar-benar membuat segalanya menjadi rumit. Bahkan ketika mereka tiba di Apartement dan Yeonjun berusaha untuk merebahkan tubuh Soobin, pemuda itu menggeleng ribut dan malah mengalungkan kakinya di pinggang Yeonjun.

"Heee Kak Jun! Love! Kak Jun sayang Soobin. Banyak! Banyak! Peluk!"

Yeonjun mengalah, ia membiarkan Soobin menariknya hingga ia sendiri ikut jatuh dan berbaring diatas ranjang. Soobin tersenyum senang, beranjak menaiki tubuh Yeonjun dan memeluknya dari atas. Yang lebih muda menciumi wajah Yeonjun —antara gemas atau memang melakukannya secara tak sadar.

Yeonjun awalnya kesal setelah mendengar kabar mabuknya Soobin. Tetapi pada akhirnya, ketika ia mulai menyadari bengkak yang keterlaluan pada wajah dan mata Soobin, Yeonjun mulai terdiam lama. Diusapnya wajah Soobin, yang lebih muda terkikik girang mendapat perlakuan tersebut.

Soobin semakin mengeratkan pelukannya, tidur diatas tubuh Yeonjun dengan Yeonjun yang balas memeluknya erat.

Agaknya, Yeonjun benar-benar tidak bisa meninggalkan Soobin.

jadi tim yeonbin / jaebin ni?

ex, yeonbin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang