"Lo serius ngomong gitu di depan Jaehyun sama Soobin, Jun? Udah gila lo. Wah banget lo jadi manusia."
Yeonjun mengendik menanggapi. Tangannya bergerak untuk menggapai sepotong martabak diatas meja. Rasa cokelat, manis dengan keju dan susu yang ikut menghiasi di sekitarnya. Rasa kesukaan Soobin. Ah, Yeonjun lagi-lagi tersenyum mengingat Soobin.
Kepala pemuda Choi itu terangkat, kemudian mengangguk membenarkan pertanyaan Mark. "Iya, gue bilang gitu depan mereka."
"Fix sinting!"
Mark membanting punggung pada sandaran kursi. Bersedekap, memicing menatap Yeonjun yang tampak acuh menggigit martabak dalam genggaman.
Saat ini, Apartement Lucas menjadi latar. Dengan tiga kotak martabak dan sekotak pizza juga beberapa kaleng soda, mereka memutuskan untuk menghabiskan malam Sabtu mereka di Apartement Lucas.
Sudah lama sekali sejak mereka berkumpul dan bertukar cerita di malam hari seperti ini. Changbin hanya diam mendengarkan cerita Yeonjun, sama sekali belum mengeluarkan komentar apapun. Sementara Lucas, sedang sibuk membuka penutup kaleng sodanya.
Yeonjun sendiri hanya bisa menghela napas sebelum kemudian melanjutkan, "Dia mancing gue terus, anjing. Gak ngerti lagi apa maksud dia begitu. Kalo gak suka, ya ngomong. Gue kan gak pernah ngusik dia. Kenapa dia ngerasa terganggu dan terus-terusan ngusik gue?"
"Bener juga. Tapi tetep aja, cara lo nanggepin Jaehyun itu salah. Lo bilang lo masih sayang sama Soobin kan? Kalo gini caranya yang ada Soobin makin benci sama lo."
"Ya gak masalah," Yeonjun menanggapi. "Gue udah terbiasa dibenci dia. Kemarin, dia udah nyuruh gue mundur secara gak langsung. Gue gak mungkin kan terus maju kalo Soobin aja udah ngusir gue? Delapan bulan udah lewat. Tapi gue masih disini ngejaga hati. Berharap Soobin bakal nengok ke gue lagi. Nyatanya? Dia cari yang baru. Soobin nemuin sosok yang mungkin lebih wah dan lebih baik dari gue. Kalo gue juga mau nyari sosok lain yang bisa bikin gue bahagia selain dia, apa gue salah?"
Mark terdiam mendengar ucapan Yeonjun. Begitu pula dengan Changbin yang sedari awal hanya mendengarkan. Lucas pun mulai memberikan perhatian. Ruangan mendadak lengang, akibat Yeonjun yang tiba-tiba saja mengungkapkan apa yang tengah ia rasakan.
"Gue bingung mau ngerespons gimana," timpal Lucas. Tangannya terulur untuk meletakkan sekaleng soda keatas meja. "Kalaupun gue mau nyalahin Soobin, semuanya kan berawal dari diri lo sendiri," lanjutnya sembari menyedekapkan kedua tangan.
Diam-diam, Changbin mulai mengangguk membenarkan ungkapan Lucas.
"Gak usah bahas masa lalu lah. Cukup liat ke depan aja, bisa?"
"Ini bukan masalah masa lalu atau masa depan, bro. Sekedar reminder supaya lo lebih sadar diri. Soobin gak sepenuhnya salah disini. Lo juga nggak. Kalian cuma kurang komunikasi. Dan lagi, semuanya kan berawal gara-gara lo. Soobin mutusin lo karena kesalahan lo sendiri. Dia nyari yang lebih baik dari lo, itu juga wajar menurut gue. Masalah lo yang keukeuh buat terus sendiri dan berharap supaya Soobin nengok ke lo lagi, itu kan keputusan lo. Jangan salahin Soobin kalo dia tetep lurus dan gak nengok lagi. Dia udah punya Jaehyun, bener, lo harus sadar."
Yeonjun kembali terdiam. Mencerna dengan baik setiap perkataan yang telah Changbin lontarkan. Kepalanya mendadak pening. Bingung sekaligus pusing.
"Sekarang kalo lo tertarik sama si Beomgyu, coba kejar dia, gak masalah. Yang jadi masalah itu, kalo lo cuma ngejadiin Beomgyu pelarian supaya lo keliatan baik-baik aja dan oke di depan Jaehyun atau Soobin."
Tertampar. Yeonjun rasanya seperti di tampar oleh tangan-tangan tak kasat mata. Apa benar, ia hanya berniat untuk menjadikan Beomgyu pelarian semata?
KAMU SEDANG MEMBACA
ex, yeonbin ✔️
FanfictionIntinya, Yeonjun masih sayang. Tapi, enggak tahu Soobin gimana. yeonbin ft. 97-02liners. genre: romance, fanfiction. bxb! ( ! ) beberapa part mengandung harsh word. ( ! ) belum di revisi. ©2O2O, c h o i h u e k a n g.