17. pilihan

5.2K 790 128
                                    

Soobin yakin sekali kalau Yeonjun berada di kamarnya semalam. Kendati dalam keadaan setengah sadar, Soobin tahu betul, bahkan hapal diluar kepala akan harum tubuh milik Choi Yeonjun. Aroma pemuda itu tidak akan pernah berbohong. Tetapi kenapa ketika ia terbangun di pagi hari, Yeonjun tidak ada? Kemana pemuda itu pergi?

Soobin memegangi kepalanya yang terasa nyeri. Hal ini sering terjadi apabila Soobin memaksa untuk mabuk. Pemuda Desember itu memiliki toleransi alkohol yang rendah. Kepalanya akan pening dan ia akan merasa mual setiap kali menenggak alkohol, seperti sekarang ini.

"Oh? Udah bangun?"

Soobin menoleh ke sumber suara, otomatis mengernyit saat melihat Yeonjun tengah berdiri sembari menatapnya lamat. Pakaian pemuda itu sangat rapi dan wangi. Yeonjun tampak segar, harumnya bahkan sampai tercium oleh hidung Soobin.

"Kak—"

"Mandi dulu, Kakak tunggu di meja makan."

Soobin mengangguk. Kendati masih bingung dan belum mampu mencerna situasi, Soobin tetap menuruti perintah Yeonjun. Pemuda itu bangkit dari kasurnya. Masih sambil memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri, Soobin mulai berjalan ke kamar mandi dan membersihkan diri.

Pemuda Sagitarius itu keluar setengah jam kemudian. Sudah rapi dan tidak kalah wangi. Soobin memutuskan untuk mengenakan hoodie putih yang ia padukan dengan jeans pendek berwarna hitam.

Membawa langkahnya menuju meja makan, Soobin lalu berhenti saat mendapati kehadiran Yeonjun. Si Choi tertua itu duduk di salah satu kursi, menumpu sebelah kaki diatas kaki lainnya. Yeonjun tampak serius bergelut dengan ponsel pintarnya. Ketika Soobin menarik kursi yang berhadapan dengan Yeonjun, si rambut cokelat akhirnya mulai mengalihkan pandang kearah Soobin.

Yeonjun meletakkan ponsel, menyodorkan bubur dan teh manis diatas meja kepada Soobin. "Dimakan. Semalam mabuk, pasti pusing kan?"

Ragu-ragu, Soobin mengangguk. Sejujurnya sangat penasaran tentang kenapa Yeonjun bisa tahu perihal mabuknya dia. Tetapi Soobin tak ambil pusing. Ia memakan bubur buatan Yeonjun dan meminum tehnya sesuai perintah Yeonjun.

"Kamu udah mendingan? Kakak pulang ya. Ada latihan basket."

Soobin mendongak, melirik kearah Yeonjun dihadapannya. "Di hari Minggu? Tumben?"

"Dua hari lagi fakultas hukum bakal tanding dadakan lawan fakultas teknik. Kakak harus ikut karena Kakak ketuanya. Kamu gak apa-apa kan sendiri? Kalau butuh sesuatu telepon Jaehyun aja."

Soobin mengernyit saat mendengar kalimat terakhir Yeonjun. Sementara Yeonjun sendiri, bertindak abai dan malah menyambar jaket kulitnya. Ia tersenyum sejenak kepada Soobin sebelum kemudian bangkit dan melangkah pergi.

"Soobin pilih Kakak," seru Soobin tiba-tiba.

Langkah Yeonjun terhenti. Hal itu tidak luput dari perhatian Soobin yang kini fokus memandang punggung lebar Yeonjun.

"Soobin pilih Kakak," ulang Soobin sekali lagi.

Si Choi berjaket kulit tak lantas menyahut. Membuat Soobin meletakkan kasar sendoknya hingga menimbulkan dentingan yang cukup keras. Soobin beranjak, mendekati Yeonjun yang masih setia membelakanginya.

Dipegangnya pergelangan tangan pemuda Choi itu, lalu ditariknya hingga tubuh Yeonjun berputar dan menghadap pada Soobin secara keseluruhan.

"Soobin. Pilih. Kakak," tekan Soobin.

Respons dimana Yeonjun terkekeh bukanlah respons yang Soobin harapkan. "Kamu masih mabuk ternyata," ujar Yeonjun di sela-sela kekehannya.

ex, yeonbin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang