Lelaki Khayalan (End)

113 24 9
                                    

Happy Reading 💞

Selalu dukung Author dengan cara klik tanda bintang di sebelah kiri

Berikan komentar kalian di setiap paragraf yang menurut kalian paling jleb masuk ke dalam hati serta pikiran kalian

Cerita ini mengikuti kontes menulis festival bersama Elunnarpublish

"Kehilangan mengajarkanku untuk bersikap biasa saja, menempatkan sesuatu dengan perhitungan yang pas. Aku mulai sadar, bahwa apa  yang diperjuangkan dan kita dapatkan tidak membersamai karena semuanya hanyalah titipan, yang sewaktu-waktu akan diambil kembali oleh sang pemilik. Oleh karenanya jangan pegang terlalu erat apa yang Dia titipkan, biasa saja hingga tiba saatnya titipan itu diambil kembali, kita tidak merasakan sakit yang begitu menyesakkan."

S a d g i r l

🔐 Toska 🔐

POV Nila

Aku tak pernah sesedih ini sebelumnya,tapi setelah kehilangan duniamu. Aku telah merasakan sedihnya kehilangan yang telah dirasakan manusia disemesta ini. Kepergiannya membuatku tunarungu,manusia yang menyerukan isi hatinya tak terdengar ditelingaku dan tak dapat ku respon.

Diriku terbalut kesedihan yang mendalam hingga jiwakupun direnggut oleh pihak tak ku kenal. Di sini siapa yang terjerat,dan siapa yang jera? Kalau seperti ini, kematian akan lebih baik dari pada harus terprosok ke penjara dan mendapatkan ludahan dari mereka yang terhina.

Tanggal terlaknat itu, 17 September 2009.Tanggal dimana sebagian jiwaku telah resmi hilang.Ku pandangi gumpalan awan yang bergerak bebas dilangit, dia adalah objek yang sering aku sumbangi untuk mengirimkan monolog rinduku padanya.Aku yang menjelma sebagai penyair, dialog-dialog itu ku harapkan tersampaikan padanya.

Untuk rindu yang tak terucapkan. Untuk air mata yang masih jatuh di banyak kepala kesukaan.Untuk mata yang sembab setelah menangis seharian. Untuk hati yang merasakan sakit setelah diabaikan dan ditinggalkan.Bersabarlah.Mungkin,esok hari kamu akan mendaptkan kebahgiaan.Pikirku dengan menghela napas dalam-dalam, menguatkan hati agar tak memberikan celah untuk air mata tak jatuh lagi.

"Hei, aku turut berduka duka cita ya dengan kematian Ulla, ini juga tiba-tiba buatku,"ucap Siti yang membuat lamunanku leyap. Aku menatapnya dengan tatapan bingung, entah sejak kapan dia ikut duduk di sampingnya.

"Hmm...Ini semua udah takdir. Di dunia ini enggak ada yang abadi, yang ada sebuah kepastian.Dan kepastian itu
kematian,"sahutku.

"Apa maksud, La? "Pertanyaan yang membuat dahiku mengkerut.

"Ini memang fakta,Sit."

"Kamu memang baik, La."Air mata meleleh di pipi Siti dan rasa pedih mengantarkan tanganku untuk merangkulnya.

"Kalau aku memiliki sahabat sepertimu dan Ulla, itu sebuah keberuntungan buat aku.Kalau saja Tuhan tak mempertemukan ku denganmu dan Ulla, bisa dibilang hatiku akan tetap keras dan tak ada ruang untuk cinta."

Aku tersenyum tipis kemudian membalas rangkulannya hingga beberapa detik.Siti bangkit, sebelum dia pergi.Siti menepuk bahu dan mengucapkan sepenggal kata yang mampu menyobarkan kembali api semangat dalam hatiku.Di situlah aku mendapatkan rasa semangat untuk terus melanjutkan hidup, memang benar kata orang. Biasanya orang yang suka menasehati orang lain, orang itu tak pernah menyelesaikan masalahnya sendiri.
"Kamu harus kuat, La.Aku enggak mau kehilangan dua orang yang ku sayangi."

"Kamu juga,"sahutku sambil menatapnya.

Kita pun bertukar senyum untuk saling menguatkan walaupun aku tahu kita sama-sama masih berkawan dengan pedihnya kehilangan.Tapi lebih baik disembunyikan karena tak akan ada orang yang akan meladeni rasa itu.

TOSKA|Tamat ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang