⚠️ TERMASUK CERITA PEMEKOSAAN ⚠️
Nasya Ullaya,gadis duduk dibangku kuliah semester lima. Dia begitu lugu dan serius dengan jutaan rumus matematika.Baginya,cinta hangalah sebuah illusi saja. Ia tak pernah membayangkan jika dia harus dipertemukan Mahe...
Selalu dukung Author dengan cara klik tanda bintang di sebelah kiri
Berikan komentar kalian di setiap paragraf yang menurut kalian jleb masuk ke dalam hati serta pikiran
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ketemu sama Nila dan Siti ✨ Tokoh terpenting di part kali ini
. . .
"Mana yang lebih melelahkan? Kaki yang terus mengejar atau hati yang terus berharap."
S a d g i r l
🔐 Toska 🔐
🍒🍒🍒
Perjalanan panjang, kereta menuju kota seberang.
Seorang gadis duduk termangu di bangku kereta. Matanya menerawang jauh, memandang pemandangan bergerak dihadapannya.Melalui jendela, ia lihat hijau sejauh mata memandang. Bukit-bukit dan sawah luas membuatnya seperti menatap lukisan.
Indah.
Gadis itu,tak lain adalah tokoh utama cerita kita.Ulla yang sedang berlari pergi dari kepingan hatinya.
Ia menghela napas untuk kesekian kali, membuang sesak di hati. Entah kenapa, seolah dunia tahu ia sedang patah hati,jadi serasa mendukung.
Mata hazzelnya mengedarkan pandangannya ia baru sadar jika dirinya duduk ada di pojok gerbang, dan kereta kelas ekonomi ini entah kenapa sedang sepi.Hanya ada Ulla sendiri, di deretan kursinya.
Baiklah, Ulla sendiri lagi.
Ia mentertawai diri, dan sedetik kemudian. Rasa hampa menyimutinya.Ia jadi teringat Om Mahendra,orang yang ia tinggalkan.
Ponselnya sedari tadi berdering, namun Ulla biarkan.Ada belasan panggilan tak terjawab dari Siti dan Pelangi.
Ia meringis.Maaf,ya.
Ulla sedang tak ingin bicara pada siapapun. Toh, nanti Siti dan Pelangi akan melupakan ketidakhariannya bersamaan dengan berlalunya waktu, seperti deburan ombak yang menghanyutkan pasir.
Ulla menatap layar ponsel, lalu membuka memo.
Imajinasinya berpetualang. Rasa sakit di hati, sesak menyelimuti, ia rangkai menjadi diksi indah.
Baiklah, biarkan benang putus sekarang Tak perlu di rajut ulang Untuk cerita yang usang
