"Jadi, bagaimana jawaban kamu Taehyung?"
Taehyung berbalik untuk melihat entitas seorang Jeongguk berdiri dengan senyuman menawannya yang tidak pernah luntur. Tuhan, kalau Taehyung bisa pingsan, ia ingin pingsan sebentar saja- Jeongguk terlalu menawan.
"Taehyung?" dengan senyuman Jeongguk kembali bertanya. Menyadarkan Taehyung yang sejak awal masih melongo. Terkesiap sejenak.
"Y-ya? Gimana?"
"Jawaban kamu?"
Jimin bergegas mengambil surat yang terbuka di meja. Menyodorkannya ke hadapan Taehyung langsung. "Ente baca nih!"
Rose terkikik melihat ekspresi Jimin, "Greget ya, Jim?"
"Pol."
Sebenarnya Taehyung tadi sudah membaca surat itu. Sudah melihat juga apa isi kotak tersebut, namun apa ya, efek shock mungkin? Jadinya lupa semua.
"Duduk dulu yuk. Yakali Jeongguk berdiri ditengah pintu. Gaenak diliatnya."
□
Rose membawakan segelas teh kehadapan Jeongguk, lalu setelahnya ia melipir kedalam kamar Taehyung bersama yang lain.
Dalam artian, diruang tamu tersebut hanya ada dua entitas manusia, Taehyung dan Jeongguk.
Taehyung teringat mereka berdua pernah berada di posisi yang sama, dulu. Sebelum kabar itu mencuat, dan sebelum hari hari penuh kejutan itu dimulai. Lalu sekarang, mereka berada di posisi yang sama, dengan suasana canggung mendominasi.
Bukan hanya Taehyung yang merasa canggung, Jeongguk pun demikian terlihat dari kaki nya yang tidak mau diam daritadi bergemulutuk di lantai. Taehyung sendiri memegangi kaos bagian bawahnya.
"Em, tentang kotak dan isinya itu.." ucapan Taehyung menggantung, sungkan untuk dilanjutkan
"Iya, itu buat kamu semuanya. Sudah saya persiapkan sejak dulu."
"Bapak, yakin? Serius?"
"Saya bukan seseorang yang berada di umur main-main, Taehyung."
Hening lagi
"Kamu sendiri, bagaimana?"
Mengambil napas, karena Taehyung rasa mendadak udara disekitarnya hilang.
"Sejujurnya, saya sedikit ragu. Bukan-kepada bapak, namun ke keadaan diri saya."
"Bukankah, hitungannya kita baru bertemu sebentar, pak? Bahkan sekarang saya masih semester 2. Lalu, bapak juga menghilang berbulan bulan."
Raut wajah Jeongguk yang awalnya bahagia berubah suram. Ia sudah menduga akan ada kejadian seperti ini, waktu yang salah dengan perasaan yang benar kah? Ataukah, perasaanya juga berbeda?
"Jadi, kamu menolak?"
Hela napas kasar terdengar dari Taehyung.
"Bapak kalau memang serius, seharusnya bukan ke saya. Tapi langsung ke orangtua saya. Bukankah begitu seharusnya?"
Jeongguk tercenung. Mengapa ia tidak terpikirkan sedikit pun tentang orangtua Taehyung? Ia hanya beranggapan asalkan kedua orangtuanya dan Taehyung memberi lampu hijau maka selesai.

KAMU SEDANG MEMBACA
MAINSTREAM ; KOOKV
FanfictionCuma kisah mainstream antara Taehyung dan Bapak Jeongguk. "Pak Jeongguk itu udah terverifikasi bucin." "Sama siapa?" "YA SAMA LO LAH SIAPA LAGI?!" KOOKV LOKAL AU WARN! JAVANESSE BXB Masih Newbie :)