PDF TERSEDIA DI TRAKTEER
https://trakteer.id/autumn_ginkgo
Kesalahan terbesar Lee Je No adalah ketika membiarkan orang yang begitu mencintainya terluka dan meninggalkannya beserta permata kecil mereka. Dan Tuhan terus memberinya cobaan dalam perjuan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Heh mampir juga anda kemari Nugguin ya? Welcome say selamat membaca Vote and comment okay
Nyesel gw nyuruh PERUSUH ngerusuh Sakit kepala gw sekarang
Pokoknya terima kasih banyak buat yang terus support dan selalu stay
💚AKU CINTA KALIAN💚
🍀🍀
Jaemin berkutat dengan kegiatannya memasak untuk Jeno. Namun pikirannya pun melalang buana kesana kemari. Jaemin bisa merasakan pria yang duduk di meja pantry terus memandangnya lekat sedari tadi.
Hening diantara mereka hanya ada bunyi peralatan masak dan pisau yang memotong - motong sayuran. Beberapa menit kemudian Jaemin selesai memasakkan nasi goreng dan ramyeon. Jaemin meletakkannya di hadapan Jeno bersamaan dengan kimchi dan lauk lain. Jeno hanya memandang Jaemin dalam diam.
"Makanlah, kau pasti lapar dan lelah"
"Kau tak perlu repot - repot, Na."
"Kalau kau memperlakukanku sebaik ini aku jadi tidak rela"gumam Jeno lirih tak bisa di tangkap Jaemin.
"Kau bilang apa?"
"Tidak ada, Na. Aku akan makan cepat dan pulang. Agar kau bisa istirahat. Kau juga makan kan?"
"Aku tidak lapar"
"Makanlah...aku tak akan makan kalau kau tak mau makan. Aku tak bisa menghabiskan ini sendirian"
"Huh.....baiklah"
Jaemin menyerahkan sepiring nasi goreng pada Jeno. Dan ia pun mengambil nasi goreng bagiannya. Keduanya makan dengan hening. Senyap.
Jeno harap bisa mencairkan suasana tak mendukung ini tapi memangnya apa yang bisa ia lakukan jika dirinya pun remuk di dalam. Bahkan Jeno tiba - tiba rasa makanan di mulutnya mendadak hambar sama seperti hatinya yang hampa. Jeno menundukkan wajahnya terfokus menyantap masakan Jaemin dengan hati yang bimbang.
Sementara Jaemin sesekali ia memandang Jeno yang sedang menyantap masakannya. Jaemin tercekat dan termangu. Ironis sekali. Andai saja ia bisa terus seperti ini dengan pria itu. Dengan suasana yang berbeda dan senyum hangat yang Jeno berikan padanya. Betapa Jaemin menginginkannya. Tapi permainan takdir terus menyeretnya dalam rasa sakit.
Apa yang harus ia lakukan.
Mata Jaemin memanas tapi ia tahan semua rasa itu kuat - kuat. Jaemin tak tahu sebenarnya apa yang di inginkan hatinya. Tapi yang pasti Jaemin meruntuki dirinya sendiri. Dia lah orang bodoh itu yang mencoba menggapai angannya tentang Jeno namun terlalu takut menghadapi kenyataan yang seperti jurang hitam yang dalam dan Jaemin tak punya pegangan apapun untuk melaluinya.
