Tiga hari berlalu. Sohyun telah mempersiapkan segalanya, mulai dari penyediaan tempat, catering, dekor ruangan, serta tempat berlangsungnya acara resepsi pernikahan.
Sohyun ingin pernikahan Jungkook digelar secara meriah, walaupun nantinya akan ada banyak pro dan kontra dari kalangan masyarakat tentang sikapnya. Pun jika benar, Sohyun pikir tidak perlu menyikapi omongan mereka secara berlebihan. Ia lebih suka berdiam diri sambil menikmati bagaimana sekumpulan manusia itu meradang setelah diabaikan.
Beberapa hari sebelum penentuan tanggal pernikahan. Sohyun sudah membicarakannya pada Jungkook dan Jiya, mereka setuju dengan idenya. Sempat ada penolakan untuk dilakukan secara besar-besaran. Apalagi sampai mengundang para kolega dari luar negeri. Jungkook sempat berpikir jika ide Sohyun sangat buruk, karena baginya sama saja dengan membuka aib keluarga Jeon. Namun, pada akhirnya mereka setuju juga.
Sohyun sendiri menegaskan bahwa lebih baik digelar secara meriah dan diketahui banyak orang. Daripada harus menupi, di mana nantinya bisa meledak bagai bom waktu. Kemudian semua menjadi lebih rumit.
Persiapan gedung sudah selesai, setelah memastikan dekorasinya sempurna Sohyun memutuskan pergi dari sana. Sejak tadi ia hanya menjadi pengamat—sesekali memberikan pendapat tentang desain ruangan.
Sedikitpun Sohyun tak ingin ada kesalahan atau kekurangan pada saat acara nanti. Mengingat para tamu yang hadir berasal dari kalangan atas. Ada sebagian dari kalangan selebritis juga, karena beberapa diantaranya bekerja sama dengan perusahaan suaminya.
Meja bundar terlihat memenuhi setiap sudut ruangan. Di tengah-tengah karpet merah terbentang sempurna, sentuhan lembut dalam gedung dengan nuansa ungu putih mengingatkan Sohyun pada pernikahannya dan Jungkook. Mereka memakai nuansa yang sama.
Jungkook secara pribadi menginginkan desain ruangan yang sama persis seperti pernikahan pertamanya. Sohyun dengan segala kemurahan hati menuruti kemauan sang suami.
Tiba di depan lift Sohyun berhenti bersama seorang pria asing yang berdiri di sisinya. Dari segi penampilan Sohyub yakin pria itu bukanlah salah satu staff hotel. Bisa jadi seorang tamu atau apa pun itu Sohyun tidak peduli.
Jika boleh jujur, Sohyun akui pria tersebut sangat tampan. Wajahnya seperti pahatan—tidak benar-benar nyata. Bahkan bayangannya pun terlihat sempurna.
"Apa aku setampan itu?"
Sohyun menoleh ke kiri dan ke kanan. Mencaritahu pria di sebelahnya berbicara pada siapa. Pun Sohyun rasa dia telah melakukan kesalahan dengan memalingkan wajah ke kanan. Pria itu kini tengah menatapnya. Tatapan penuh mengintimidasi yang terkesan seksi.
"Aku? Kau bicara padaku?" Sohyun bertanya balik sembari menunjuk dirinya.
Sebelah alis sang pria menukik tajam. Ia tersenyum, senyumnya terkesan meremehkan. Smirk. "Apa ada orang lain selain kita berdua?"
"Astaga." Sohyun menepuk jidat. Dia bukan tak hanya salah melirik, tapi juga salah bicara. Sohyun benci ketika pertanyaan dibalas pertanyaan. Jadi wanita itu memilih diam sampai pintu lift terbuka dan menampilkan sosok Jungkook.
"Oh, Hyun. Aku baru mau menjemputmu dan—" Jungkook melihat pria di sebelah Sohyun sebentar. Menerka-nerka ada apa sampai istrinya ditatap begitu. "Kau mengenal dia?" bisik Jungkook saat Sohyun sudah berada di sebelahnya. Berdiri anggun dengan dagu yang terangkat. Terlihat angkuh.
"Entahlah, aku tidak peduli."
Jungkook meluruskan wajahnya. "Tidak masuk?" ia bertanya pada pria di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Get Revenge? [✔]
FanfictionSaat kau membaca surat ini, mungkin aku sudah tidak ada di Korea. Aku pergi, sangat jauh. Tolong jangan mencariku. Tetaplah bersama kak Jiya. Sampaikan permohonan maafku karena sudah berkata kasar padanya. Satu lagi, aku pergi membawa benih dalam ra...