Tiga tahun yang lalu, jauh sebelum pernikahan itu terjadi. Sohyun adalah manusia paling lemah, mentalnya rusak karena perkataan orang-orang. Sohyun tidak punya tempat untuk mengadu selain menceritakan pada hembusan angin malam. Berharap sapuan angin adalah pelukan hangat dari Kim Sinhyu. Saudari kembarnya yang kini sudah pergi jauh—begitu jauh sampai Sohyun tak dapat menggapai dirinya.
Empat belas tahun yang lalu semua orang berduka atas kepergian Sinhyu. Mereka menyalahkan Sohyun, bahkan ingin menjebloskan seorang gadis kecil berusia sembilan tahun ke dalam sel. Untunglah hukum di negeri mereka tidak buta. Sohyun hanya menjalani masa rehabilitasi selama beberapa bulan lalu dibebaskan setelah psikiater yang menanganinya mengatakan bahwa Sohyun baik-baik saja. Tidak ada riwayat sakit jiwa atau apa pun yang patut mereka curigai, pun setelah itu penderitaan Sohyun dimulai.
Semua yang Sohyun lakukan adalah kesalahan. Bahkan Jaehyuk pernah berkata kasar pada Sohyun, beliau bilang. Sohyun bernapas pun adalah kesalahan, apalagi mereka melihat anak itu hidup dengan baik. Sohyun tak pernah menangis ketika dipukul, Sohyun kecil selalu membuka kedua telapak tangannya ketika tatapan Hyein berubah datar. Sohyun selalu bersujud memohon ampun pada mereka bahkan hanya untuk kesalahan kecil. Selama ini Sohyun selalu bersikap seolah semua baik-baik saja. Namun, tanpa mereka sadari. Mentalnya mulai mati secara perlahan.
Suatu ketika Sohyun merasa sangat putus asa. Tepat saat ia mendengar hasil ujian akhirnya di sekolah menengah atas. Saat itu orang tua wali murid datang membawa sebuket bunga juga memberikan ucapan selamat pada anak-anak mereka. Hanya Sohyun sendiri yang tidak mendapatkan semua itu. Dia sendirian melihat Nami dan Nara memeluk orang tua mereka, menceritakan bagaimana takutnya mereka ketika hasil diumumkan. Beruntung semua murid kelas tiga lulus seratus persen, jadi tidak ada yang perlu ditakuti lagi sekarang.
"Kau sendirian?" tanya seseorang pada saat itu.
Sohyun menatapnya sekilas lalu mengalihkan pandangannya. Tidak ingin bicara pada siapa pun, Sohyun benar-benar menantikan kedatangan kedua orang tuanya. Yang mana sangat mustahil jika mereka meluangkan waktu untuk berada di aula sekolah.
"Hei!" Sohyun menoleh sekali lagi namun kali ini ia dibuat terkejut sebab orang yang tadi menyapanya mengambil foto mereka berdua. Sohyun dengan wajah bingung terlihat inosen dan pria tampan yang jauh lebih dewasa. "Aku akan menyimpan ini sebagai kenang-kenangan," ujar pria itu.
"Maaf, Anda siapa?" tanya Sohyun. Pasalnya wajah pria itu tidak asing dari pandangannya. Sohyun seperti pernah melihat pria itu, tapi lupa di mana dan kapan mereka pernah bertemu. Atau hanya perasaannya saja.
"Aku? Ah, aku putra dari psikiater yang pernah merawatmu di tempat rehabilitasi." Pria itu tersenyum. Manis sekali. "Kim Seokjin, tapi kau harus memanggilku dengan sebutan kak Seokjin. Aku lebih tua darimu."
Sohyun pikir berkenalan dengannya tidaklah buruk. Toh dia adalah anak dari seorang psikiater yang pernah merawatnya, Kim Gowun adalah sosok ayah kedua bagi Sohyun. Pria itu selalu hadir saat Sohyun merasa kesepian berada dalam kurungan. Semenjak keluar dari tempat rehabilitasi Sohyun tidak lagi mendengar kabar pria itu. Dan sekarang Sohyun dipertemukan dengan putranya, wajah mereka sangat mirip. Mereka juga sama-sama ramah terhadap dirinya.
"Untuk apa Kakak ke sini?" tanya Sohyun setelah mengambil beberapa foto bersama Seokjin. Pria itu terlihat berbeda dari pria lainnya, dia sangat ceria. Kontras dengan Sohyun yang suka memperlihatkan sisi gelapnya.
Kim Seokjin memasukkan ponsel ke dalam saku celana, pria itu mengusap dagunya. Terlihat berpikir. "Ayah menyuruh aku datang untuk memberikan selamat padamu. Ayah tidak bisa hadir karena sedang berada di luar negeri."
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Get Revenge? [✔]
FanficSaat kau membaca surat ini, mungkin aku sudah tidak ada di Korea. Aku pergi, sangat jauh. Tolong jangan mencariku. Tetaplah bersama kak Jiya. Sampaikan permohonan maafku karena sudah berkata kasar padanya. Satu lagi, aku pergi membawa benih dalam ra...