Kedatangan Jungkook mengalihkan semua perhatian, pria itu berhenti di depan ayah mertuanya dengan napas tersengal-sengal. Dada naik turun secara tidak teratur. Jungkook segera datang ke sini ketika mendapatkan kabar bahwa ibu mertuanya sudah meninggal. Tanpa pikir panjang Jungkook berpaling, melihat ke dalam ruangan tempat ibu mertuanya.
"Bagaimana bisa?" tanya Jungkook seolah tak ada yang mengganjal di dalam sana.
Jaehyuk melihat sekilas ke dalam. Sohyun tidak ada. Tadi ketika Jungkook tiba dan mengatur napasnya, Jaehyuk lihat Sohyun sempat menoleh dan berlari masuk ke dalam kamar mandi. Jaehyuk yang cukup peka memilih diam dan menyuruh tim medis untuk segera masuk.
Sama halnya dengan Kim Jaehyuk, para tim medis memilih bungkam sembari melakukan tugas mereka. Meski dalam hati bertanya-tanya kenapa wanita muda itu berlari masuk ke kamar mandi dan tidak keluar lagi dalam waktu yang lama?
"Ibu mertuamu jatuh di kamar mandi saat mengalami pusing. Kepalanya membentur wastafel, benturannya sangat keras hingga nyawanya tidak dapat terselamatkan." Jaehyuk menjelaskan pada Jungkook dengan sangat tenang. Sesekali ia melirik ke dalam ruangan. "Jeon bolehkah Ayah minta bantuanmu?" tanya pria itu. Berbeda sekali dengan Kim Jaehyuk yang Jungkook kenal.
Sejak kapan Ayah mertua seramah ini?
"Boleh Ayah," jawab Jungkook. Sekali lagi ia melihat ke dalam ruangan, sayang sekali Sohyun tidak di sini. Jungkook bergumam dalam hatinya—berharap sebuah keajaiban dengan adanya kehadiran Sohyun. Namun, Jungkook rasa itu sangat mustahil. Sohyun saja tidak dapat dihubungi. Bagaimana bisa dia ada di saat-saat seperti ini."Tolong urus pemakaman ibu mertuamu. Ayah yakin sebentar lagi akan ada orang yang datang untuk memberi penghormatan."
Dengan polosnya Jungkook mengangguk. Sebenarnya Jungkook berniat masuk hanya untuk melihat wajah ibu mertuanya sebentar, tapi karena permintaan Jaehyuk yang mendadak. Akhirnya Jungkook memutuskan untuk berpamitan. Pria itu akhirnya pergi dari sana. Jungkook harus segera menyiapkan tempat upacara penghormatan terakhir ibu mertuanya sebelum pemakaman dilakukan.
Setelah kepergian sang menantu, Jaehyuk pun segera masuk ke dalam. Pertama-tama Jaehyuk menuju ke kamar mandi. Pria itu mengetuk beberapa kali dan tak lama kemudian pintu terbuka. Menampilkan wajah Sohyun yang sangat kacau, Jaehyuk bisa melihat luka di kedua mata indah putrinya.
"Ayah ... Ibu sudah pergi." Sohyun mengadu, suaranya terdengar memelas. Seakan Sohyun ingin mengatakan tolong kembalikan ibunya. Ini masih belum terlambat. Atau ini terlalu cepat.
"Biarkan Ibumu pergi dengan tenang. Jangan menahan Ibu di sini," kata Jaehyuk sembari mengusap rambut panjang Sohyun. Kemudian merengkuh tubuh Sohyun hingga suara tangisan pilu kembali terdengar.
Hampir lima belas menit Sohyun habiskan untuk menangisi kepergian ibunya serta penyesalan setelah mendengar cerita sang ayah. Sohyun mulai berpikir jika saat itu dia tidak pergi meninggalkan Korea, apakah ibunya masih bisa diselamatkan?
Sohyun bertanya-tanya bagaimana bisa dia bersikap seegois itu. Sekarang Sohyun menyesal dan ingin mengakhiri semua rencananya, Sohyun tidak ingin kembali ke Berlin. Tapi di satu sisi Sohyun tidak ingin bertahan di Seoul.
"Apa terjadi sesuatu antara kau dan Jungkook?" tanya Jaehyuk, tidak biasanya ia melihat Sohyun menghindari Jungkook. "Maaf jika Ayah terkesan lancang," tambahnya.
"Jungkook berbohong padaku," jawab Sohyun. Tatapannya kosong. Mereka masih berada di ruangan, melihat tubuh Hyein yang terbujur kaku di atas bangkar. "Aku membencinya."
Seketika itu otak Jaehyuk mulai berputar, memikirkan kemungkinan yang menyebabkan kebencian dalam diri Sohyun. "Pasti karena surat keterangan dokter, iya kan. Hyun?"
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Get Revenge? [✔]
Hayran KurguSaat kau membaca surat ini, mungkin aku sudah tidak ada di Korea. Aku pergi, sangat jauh. Tolong jangan mencariku. Tetaplah bersama kak Jiya. Sampaikan permohonan maafku karena sudah berkata kasar padanya. Satu lagi, aku pergi membawa benih dalam ra...