Sohyun memendarkan tatapannya, melihat seisi ruangan yang tampak begitu asing. Tempat ini bukan lagi sebuah bendungan yang hanya ada hamparan tanah berdebu, di dalam sini terdapat satu ranjang. Sisanya kosong dengan dinding putih yang sangat kontras dengan suasana ruangan. Rasanya Sohyun seperti dimasukkan kembali dalam ruang rehabilitasi.
Wanita itu segera beranjak. Di sisi ranjang sebelah kiri terdapat sebuah gaun pengantin serta beberapa alat makeup. Sohyun tidak tahu untuk apa semua itu, yang ada dalam pikiran Sohyun saat ini adalah bagaimana keadaan Taehyung dan Hyeranya. Bagaimana dia harus melarikan diri walau itu sangat mustahil.Ada kekosongan dalam diri Sohyun. Ia ingat sebelum tak sadarkan diri, Sohyun tidak menemukan Taehyung lagi pada saat itu. Taehyung sudah tiada. Cerita kisah cinta mereka berakhir di bendungan kota Gidae. Sangat menyedihkan sekaligus menyakitkan bagi Sohyun yang mengharapkan banyak hal.
Kini semua tinggal harapan. Tak ada secercah cahaya yang dapat menyelamatkan Sohyun. Baru saja membuka mata, Sohyun sudah disambut oleh kesakitan yang luar biasa.
Pintu terbuka. Menampilkan dua sosok wanita yang mungkin berusia sepantaran dengan dirinya.
"Permisi Nyonya, kami diperintan Tuan Ryu untuk mendandani Anda. Katanya hari ini adalah hari yang sangat penting," ujar salah satu dari mereka. "Tapi sebelum itu ada baiknya jika Nyonya mandi terlebih dahulu."
Sohyun tidak menjawab apa pun, wanita itu masih berdiri menatap ruangan yang penuh kekosongan itu. Kemudian tatapannya berpindah pada kaca jendela besar yang memperlihatkan pesona kota Gidae. Sudah pagi ternyata.
"Nyonya, mari saya antar ke kamar mandi."
Sohyun menatap pelayan satunya lagi dengan pandangan yang sukar diartikan. Namun Sohyun tidak melawan ketika ia diantar menuju kamar mandi. Sohyun tidak tahu begitu khawatirnya Hejun sampai-sampai meminta salah satu pelayan untuk menemaninya di dalam kamar mandi.
Begitu Sohyun dan salah satu pelayan itu hilang dari balik pintu kamar mandi, Hejun pun masuk. Ia melihat penata rias yang ditugaskan untuk membantu Sohyun berdandan. Pria itu tersenyum samar, lantas mendekat.
"Tolong dandani dia seindah mungkin, harus cantik. Aku tidak ingin ada kekurangan sedikitpun di hari yang bahagia ini. Mengerti?" tanya Hejun pada sang penata rias. Pria itu mengusap ujung permukaan gaun putih model ball gown dengan penuh kelembutan. Senyum terukir di bibirnya.
"Mengerti Tuan, kami akan berusaha semaksimal mungkin. Anda terlihat sangat bahagia pagi ini."
Hejun melangkah ke tepian jendela kamar. Melihat keindahan kota Gidae yang tidak sepadat ibu kota. Tempat ini benar-benar tenang dan nyaman.
"Tentu saja, karena aku mendapatkan apa yang aku inginkan."
Sang penata rias mengangguk paham. Semua pria tentu akan senang jika mereka mendapatkan wanita yang mereka cintai. Apalagi sampai membawa wanita tersebut naik ke pelaminan.
"Semoga pernikahannya berlajan lancar. Saya yakin pengantin wanita akan menyukainya," ucap si penata rias sambil memilah alat makeup.
Menghela napas sejenak. Hejun melangkah mundur, ia harus bersiap-siap juga. Tapi sebelum itu Hejun mau memastikan keadaan aula gedung apartemen terlebih dahulu—ruangan yang disulap menjadi tempat pernikahan.
Tidak ada boleh kesalahan apa pun. Hejun menginginkan sesuatu yang sempurna, dia menantikan hari ini sudah sejak lama jadi akan sangat tidak berarti jika terdapat kesalahan walaupun hanya sedikit.
Tak lama setelah kepergian Hejun, Sohyun dan pelayan yang menemaninya tadi keluar dari kamar mandi. Wanita itu terlihat mengenakan kimono mandi dengan sebuah handuk yang melilit di kepala.
"Wajah Anda terlihat sangat murung, padahal ini merupakan hari bahagia Anda." Sang penata rias mengangkat gaun pengantin tepat di hadapan Sohyun. Kemudian kembali ia letakkan ke ranjang. "Tuan Ryu adalah pria yang baik. Anda beruntung mendapatkan pria sepertinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Get Revenge? [✔]
FanficSaat kau membaca surat ini, mungkin aku sudah tidak ada di Korea. Aku pergi, sangat jauh. Tolong jangan mencariku. Tetaplah bersama kak Jiya. Sampaikan permohonan maafku karena sudah berkata kasar padanya. Satu lagi, aku pergi membawa benih dalam ra...