Hampir seminggu berlalu. Sohyun melakukan apa yang dia katakan perihal membuat Jungkook merasa bosan dan mungkin akan menceraikan dirinya. Namun, itu tidaklah mudah. Jungkook sudah membulatkan tekad untuk tidak melepas Sohyun. Apa pun yang terjadi keputusan Jungkook masih sama—membiarkan Sohyun tetap di sisinya.
Selama berada di sini Sohyun jarang sekali mengunjungi rumah utama. Ia lebih suka menempati paviliun dengan keamanan yang begitu ketat. Mustahil jika Sohyun bisa keluar barang sejengkal saja. Jungkook adalah pria gila, lama-kelamaan bukan Jungkook yang merasa bosan. Melainkan Sohyun sendiri. Wanita itu mulai lelah menjalani kehidupan seperti ini.
Menurut Sohyun percuma saja dia berpikir keras karena pada akhirnya tidak ada jalan keluar untuk memecahkan masalah.
Malam semakin larut, pun Sohyun masih betah duduk di balkon kamar sembari menikmati sapuan angin malam. Sesekali ia mengecek pesan yang masuk ke ponselnya. Seminggu tidak bertemu Hyera membuat rindu Sohyun semakin terpupuk. Sohyun benar-benar merindukan putrinya, Taehyung bilang Hyera sempat demam. Tentu saja sebagai seorang ibu Sohyun merasa sangat khawatir. Tapi tak banyak yang bisa Sohyun lakukan. Seluruh pergerakan Sohyun diawasi oleh beberapa orang yang ditugaskan Jeon Jungkook.
Kim Taehyung :
Jungkook berulah lagi? Haruskah aku menyuruh Jimin menculikmu?Sohyun tertawa seusai membaca balasan dari Taehyung. Pria itu melakukan banyak hal aneh selama seminggu terakhir.
Sohyun :
Tidak, jangan lakukan itu. Malah kau akan semakin memperburuk suasana. Tidak ada cara lain, aku pikir harus membicarakan ini dengan Jungkook.Tak butuh waktu lama bagi Taehyung untuk mengetik balasan.
Kim Taehyung :
Ah benar. Aku sangat penasaran apa dia menyentuhmu atau tidak, itu membuatku frustrasi Kim Sohyun. Ya meskipun aku sadar dia suamimu.Sohyun :
Sejauh ini kami tidak melakukan apa-apa. Sudahlah jangan bahas dia lagi, bagaimana keadaan Hyera? Aku sangat merindukannya.Sekitar lima menit Sohyun baru mendapatkan balasan dari Taehyung.
Kim Taehyung :
Maaf aku sedang menemani Hyera ke kamar mandi. Saat ini Hyera baik-baik saja, tapi beberapa kali dia terus mengigau memanggil-manggil namamu. Mampirlah jika kau sempat.Sohyun menghela napas lelah. Hendak mengetik balasan, tapi tiba-tiba saja pintu kamar terbuka. Sohyun ingat lupa menguncinya—wanita itu meletakkan ponsel pada sofa yang ia duduki. Kemudian segera menghampiri Ilhwa, sang mertua membawa sepiring buah-buahan yang telah dikupas dan dipotong.
"Ibu pikir kau sudah tidur," ucapnya lembut. Sohyun mengamati setiap pergerakan Ilhwa. Mertuanya memang sering datang berkunjung ketika malam. "Jennie sedang rewel. Kemungkinan Jungkook tidak bisa mengunjungimu."
Dalam hati Sohyun memekik senang. Memang itu yang Sohyun inginkan selama berada di sini. Tidak sia-sia kehadiran Jennie, anak itu terkadang melakukan sesuatu di luar dugaan. Seperti meminta Jungkook untuk tidak kemana-mana. Kabar baiknya Jungkook selalu menuruti perkataan Jeon Jennie tanpa membantah. Padahal Jungkook bisa saja melakukannya.
"Ibu lihat kalian belum berbaikan seperti dulu lagi. Pasti kau sangat menderita, maafkan keegoisan Ibu." Ilhwa mendudukkan diri di bibir ranjang. "Jungkook adalah putra satu-satunya di keluarga kami. Apa pun yang terjadi dia tidak boleh terluka."
Sohyun mengerti. Tapi secara tidak langsung Sohyun juga menderita dan terluka. Bahkan lebih dari yang Jungkook rasakan, ah tidak. Mungkin Jungkook tak pernah merasakan apa itu rasa sakit. Makanya itu dia memilih untuk menyakiti daripada harus tersakiti.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Get Revenge? [✔]
FanficSaat kau membaca surat ini, mungkin aku sudah tidak ada di Korea. Aku pergi, sangat jauh. Tolong jangan mencariku. Tetaplah bersama kak Jiya. Sampaikan permohonan maafku karena sudah berkata kasar padanya. Satu lagi, aku pergi membawa benih dalam ra...