Maaf ya guys, bab ini gk sampe 3k lebih word. Soalnya Ata takut dipaksain nulis malah jadi gk nyambung wkwkwk.
Jangan lupa komen recehnya sayang.
Please jangan nangis oke, Ata udah kelar nangisnya tadi.
Happy reading.
.
.
.
Tepat tanggal 20 Desember 2018, salju pertama di tahun itu akhirnya turun juga. Banyak orang terlihat sangat antusias terutama anak-anak. Jalanan terlihat ramai, beberapa kendaraan mulai berhenti. Mereka turut membuka telapak tangan—merasakan dinginnya butiran salju. Senyum kebahagiaan terbit di wajah mereka, terkecuali Sohyun yang baru saja melangkah keluar dari sebuah gedung rumah sakit Seoul.
Sore tadi sepulang kerja Sohyun langsung bergerak menuju rumah sakit. Kedatangan Sohyun bukan untuk menjenguk seseorang, sejak beberapa jam yang lalu Sohyun merasakan nyeri di bawah perut sebelah kiri. Sohyun yang merasa sangat kesakitan langsung pergi ke sana, menemui salah satu teman kelasnya semasa sekolah dulu yang kini merupakan salah satu dokter hebat di rumah sakit Seoul.
Setibanya di rumah sakit, Sohyun langsung memeriksa penyakit yang dideritanya. Ia juga minta untuk diberikan obat saja tanpa melakukan pemeriksaan lanjutan. Namun, Lee Nami tidak mau mendengar permintaan Sohyun. Katanya sudah menjadi aturan rumah sakit. Maka Sohyun pun menurut saat ia di ajak menemui dokter kandungan.
Di sana Sohyun mendapatkan beberapa pemeriksaan, termasuk USG dan yang paling membuat Sohyun tercengang adalah ketika dokter Eunjung mengatakan bahwa rahim Sohyun baik-baik saja. Sohyun hanya mengalami infeksi saluran kemih, jadi tidak terlalu berbahaya namun Sohyun harus tetap melakukan perawatan. Takutnya berpengaruh pada kedua ginjalnya.
Pada saat itu Sohyun mulai merasa ada yang tidak beres, jadi ia meminta pada dokter agar segera melakukan tes kesuburan. Dengan perasaan harap-harap cemas, Sohyun menunggu hasil dari serangkaian tes yang ia lakukan dan pada saat hasil tes telah keluar Sohyun merasakan dunianya runtuh dalam detik itu juga.
"Kondisi organ reproduksimu baik-baik saja Nona Kim. Tidak ada yang bermasalah di sini," jelas dokter Eunjung.
Tubuh Sohyun gemetar lalu ia memberanikan diri untuk bertanya, "Tapi Dok, bagaimana bisa a-aku dinyatakan mandul saat pemeriksaan pertama? Kira-kira tiga tahun yang lalu."
Alis dokter Eunjung mengerut samar. "Maaf, sebelumnya pemeriksaan dilakukan di rumah sakit mana? Takutnya mereka salah mendiagnosis."
"Di Amerika, tepat setelah kami—aku dan suamiku selesai berbulan madu." Suara Sohyun terdengar sedikit gemetar ketika dia mengatakan itu pada dokter Eunjung, yang secara tidak langsung terdengar oleh Nami.
Keadaan kembali hening. Dokter Eunjung dan Nami saling menatap, mereka hanyalah seorang dokter. Tidak mungkin mencampuri rumah tangga orang lain. Namun, dalam beberapa kasus mereka tidak bisa melihat wanita seperti Sohyun mengalami hal ini. Dia terlalu baik.
Dokter Eunjung menghela napas berat. Ia menatap manik mata Sohyun yang berwarna cokelat bersih, tatapannya begitu lekat. Di sana Eunjung dapat melihat kesedihan serta luka yang coba pasiennya sembunyikan.
"Hanya ada dua kemungkinan. Bisa jadi dokter di sana memang melakukan kesalahan atau ...," ucap Eunjung. Sengaja menggantungkan kalimatnya, membuat Sohyun penasaran.
"Atau apa Dok?"
"Atau suami anda memalsukan surat keterangannya."
Seketika itu juga tubuh Sohyun melemas. Air mata yang harusnya bisa dibendung malah jatuh berderai, dadanya sesak. Tidak percaya namun perkataan dokter Eunjung sangatlah masuk akal. Sohyun ingat saat itu setelah selesai melakukan pemeriksaan, Jungkook menyuruhnya pulang lebih dulu pun tanpa menaruh curiga Sohyun menyetujui perkataan Jungkook. Wanita itu pulang ke hotel dan beberapa jam kemudian Jungkook datang membawa hasil keterangan dari dokter. Jujur saja Sohyun merasa sedih dan kacau, sedih karena tidak bisa memberikan keturunan dan kacau memikirkan banyak hal yang mungkin bisa saja terjadi dalam kehidupan pernikahan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Get Revenge? [✔]
FanficSaat kau membaca surat ini, mungkin aku sudah tidak ada di Korea. Aku pergi, sangat jauh. Tolong jangan mencariku. Tetaplah bersama kak Jiya. Sampaikan permohonan maafku karena sudah berkata kasar padanya. Satu lagi, aku pergi membawa benih dalam ra...