01 - Rainy Day [PROLOGUE]

22.1K 1.1K 162
                                    

CATATAN:
Gambar-gambar hanya visualisasi untuk memudahkan penulis berimajinasi. Silakan bayangkan visual orang lain jika tidak berkenan dengan visualisasi yang disediakan☺️

Cerita ini murni buatan purpleliyy jika ada kesamaan dalam bentuk apa pun, itu hanya sebuah kebetulan😇

.
.
.

Hari ini hujan mengguyur ibu kota, menimbulkan bising air di atas atap rumah dan halaman. Namun, airnya tinggal sedikit, mungkin sebentar lagi hujannya akan reda. Baru pukul setengah lima sore, tetapi gelapnya sudah seperti magrib. Suhunya juga dingin, membuat jiwa-jiwa kian menggigil.

Di kursi kayu berwarna hitam, duduklah seseorang yang selalu bersamaku, lebih tepatnya, hidup denganku. Sesekali, dia ke luar rumah, mencari nafkah untukku dan untuknya, juga untuk anak kami.

Ya, dia yang tengah duduk tenang di sana, di jarak 3 meter dariku. Sedang ditemani secangkir kopi hitam dan biskuit kesukaan. Di tangan kanan besarnya, bertengger kokoh sebuah buku yang agak tebal. Dia sedang membaca. Dirinya sangat suka membaca.

Aku hanya diam, memandanginya dengan tatapan kosong sebab sedang tak ada apa pun di kepalaku—selain dirinya itu. Sesekali, ia menatapku. Namun, tak ada senyum walau sesenti ketika tatap kami bertemu.

Dia berdiri.

"Mau kemana, Mas?" tanyaku.

"Ke atas, mau ambil buku," jawabnya.

Terlalu banyak yang kuingin darinya. Terlalu banyak yang ingin kutanyakan padanya.

Dia berlalu, menaiki tangga rumah kami yang berada di ruang tengah. Menuju perpustakaan kesayangannya—sebuah ruang berukuran 6x6 meter, berisi 3 buah rak yang masing-masing memiliki tinggi 2 meter dan lebar 1 meter. Semua sekat raknya dipenuhi buku-buku faktual, tak ada buku fiksi di sana.

Pria itu... dingin bagai air es, kaku bagai tak punya ekspresi, sangat pendiam, dan tak terlalu ramah. Namun, wibawanya sangat kuat. Dia bilang, dia mencintaiku, tapi kelihatannya... seperti tidak. Aku masih berusaha percaya, kendati yang ditunjukkannya selama ini membuatku meragukan cintanya.

Dia... suamiku.

Daryl Revandra Aryanoputra.

Ponselku berdering panjang. Aku meraihnya dari atas sebuah meja.

Mas Gabriel is calling...

"Halo, Mas."

"Halo, Lin. Saya udah di depan rumah, nih, mau mampir. Daryl ada, kan?"

"Oh, udah di depan ya, Mas? Ada, ada. Saya ke depan dulu, Mas," ucapku seraya berjalan menuju pintu utama.

Aku memutar kunci, lalu menarik pegangan pintu besi. Pintu pun sudah terbuka.

MasGabriel yang tengah memunggungi pintu itu pun membalikkan tubuh.

Ia lalu tersenyum setelah melihatku. "Sore, Lin."

"Sore. Silakan masuk, Mas." Aku tersenyum ramah.

Dia mengangguk sambil tersenyum, seraya melangkahkan kaki menuju dalam rumahku.

"Mana Daryl-nya, Lin?" tanyanya.

"Di perpus, Mas. Biasa," jawabku.

Dia mengangguk, tersenyum tipis, seraya duduk di sofa hitam ruang tamuku.

"Minta kopi susu dong, Lin.. boleh?"

"Boleh dong. Masa gak boleh, Mas?" Aku bertanya akrab.

Dia terkekeh kecil, "Masak apa Lin hari ini?"

HUSBANDS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang