02 - Different House & Story

11.2K 952 232
                                    

Pukul 8 malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul 8 malam.

Gabriel baru saja pulang, setelah makan kenyang bersama Daryl di rumah sang adik. Menikmati hidangan rumahan, tetapi rasa bintang lima karya Rossalin. Kini, tersisalah para pemilik rumah—Rossalin dan suaminya, Daryl.

"Mas Daryl." Rossalin memanggil pelan. Mereka berdua masih duduk di ruang keluarga. Sisa-sisa piring kotor di ruang makan, belum Rossalin rapikan.

Daryl menoleh sebagai responsnya, memberi tatapan bertanya 'Apa?' tanpa suara.

"Udah 3 tahun, Mas... tapi Mas Daryl selalu begini sama aku," ujar Rossalin pelan.

Daryl langsung mengernyitkan dahi. "Maksudmu?"

"Kamu kapan sih Mas bisa berubah? Aku heran sama kamu. Kamu tuh selalu seperti gak anggep aku istri kamu," cetus Rossalin, wajahnya sudah diliputi sedih.

Daryl hanya menyimak sambil terus mengernyit.

"Kamu tuh gak ada basa-basinya ajak aku makan. Aku nungguin, tapi tetap aja kamu gak ajak aku makan!" suara Rossalin menaik.

Mungkin ini terdengar sepele, tapi Rossalin sudah terlalu lelah dengan sikap dingin suaminya yang selalu tak ia mengerti. Ataukah ini juga salah Rossalin? Mengapa bisa tidak mengerti dengan suami sendiri?

"Aku kira tadi kamu udah makan. Lagian tadi Mas Gabriel kan udah nawarin kamu makan, tapi kamunya aja yang gak mau, kan?"

Wajah Rossalin seketika kaku, matanya membesar karena tak percaya. "Mas. Suami aku itu kamu, bukan Mas Gabriel...," balasnya bernada lelah.

Daryl hanya terdiam.

"Meskipun aku udah makan, Mas...," lirih Rossalin melembut. "Kamu sebagai suami harus tetap nawarin. Meski hanya formalitas, itu tandanya kamu perhatian dan sayang sama aku...," lanjutnya halus. Berharap suaminya mau mengerti.

Lelaki itu tetap diam, tak merespons. Hanya pandangannya saja yang sedikit tertunduk. Entah apa yang ada di benak pria itu.

"Tadi juga...." Rossalin menyeka mata dengan suara mulai bergetar. "Waktu Mas Gabriel baru datang, dia bilang mukaku pucet, mungkin karena udara dingin. Terus dia suruh aku minum teh hangat. Dan pas dia bilang itu, kamu tau gak yang aku rasain?"

Pertanyaan Rossalin membuat tatapan Daryl terangkat, ia pun menatap istrinya sekarang.

"Miris, Mas. Aku sedih... kenapa orang lain lebih perhatian sama aku daripada suamiku sendiri? Mas Gabriel baru datang, tapi dia bisa lihat aku pucet. Kamu... dari siang sama aku, mana tahu kamu mukaku pucet atau enggak—"

"Gabriel, Gabriel, Gabriel terus! Aku gak suka dibanding-bandingin, ya! Mending tinggal sama Mas Gabriel aja kamu sekalian!" Daryl menghardik, lalu berdiri dari sofa.

Rossalin terkesiap beberapa sekon. "Aku bukannya mau ngebandingin, Mas. Aku cuma mau ngasih contoh ke kamu—Mas! Mas!"

Daryl enggan menggubris. Ia memilih berjalan, meninggalkan Rossalin yang sebentar lagi akan menangis.

HUSBANDS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang