21 - The Tears in a Hug

6.1K 529 281
                                    

[Sebelumnya] "Aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Sebelumnya] "Aku... sebenarnya gak mau bilang ini, Mas. Tapi aku gak tau lagi harus bilang ke siapa."

Gabriel menelan ludahnya.

"Udah 10 hari... Rossalin di Manado sama Angelica. Dan udah seminggu dia gak ada kabar, Mas. Dia gak mau angkat telfonku, dia gak mau read chat-ku."

Gabriel mengernyit, masih belum terlalu mengerti. "Sepuluh...hari? Di Manado? Kok gak sama kamu?"

Daryl diam, menatap ke arah lain dengan sorot yang sendu.

"Kalian...." Gabriel yang cepat peka itu mendekatkan tubuh, berekspresi tegang menatap adiknya lekat-lekat. "Kalian kenapa, Ryl...?"

Ragu-ragu Daryl menatap kakaknya, tapi mau tak mau, harus menceritakan kisah pertengkaran, adu mulut, serta adu bentak yang terjadi antara dirinya dan Rossalin. Lalu, kisah dua kali penamparan yang Daryl lakukan terhadap sang istri—semuanya terjadi 2 minggu lalu, sepulangnya dari rumah Gabriel.

Sampai kepada permintaan Rossalin yang ingin 'pulang kampung' mendadak 10 hari lalu.

"Kamu keterlaluan, Ryl." Gabriel menggeleng-gelengkan kepala. "Mas gak nyangka kamu bisa sejauh itu."

Daryl tertunduk.

"Kenapa harus nampar? Terus... dua kali? Kamu kenapa gak bisa percaya aja—gak didenger—itu, aahh." Gabriel mendesah penuh sesal.

"Aku khilaf, Mas."

"Khilaf terus alasanmu dari dulu! Terus bisa-bisanya kamu gak minta maaf untuk itu? You kidding me, Daryl? Waktu dia masih di rumah, kamu ngapain aja?"

Daryl hanya diam menunduk, mendengarkan Gabriel yang menggebu-gebu.

"Mendingan kamu tonjok Mas aja sekalian waktu itu dari pada kamu mukul perempuan, Daryl..."

Daryl menunduk terus.

"Eh, mukamu angkat. Liat sini, gak usah sok-sok nunduk."

Daryl pun mengangkat kepala, menuruti perintah masnya.

"Ibu kita perempuan, Ryl. Anak kamu," Gabriel menunjuk Daryl, "anak kamu juga perempuan. Kamu mau kalau misal Angelica sudah besar, sudah nikah, terus suaminya nampar dia, kamu gak marah?"

"Marah, Mas," jawab Daryl pelan. Tampangnya mirip kucing basah.

Entah harus berapa kali Gabriel mencermahi adik satu-satunya ini. Suara Gabriel makin parau saja dibuatnya.

"Mas gak bisa tolong kamu, soalnya kamu—"

"Mas, jangan bilang begitu." Daryl langsung memotong, mengangkat kepalanya untuk momohon. "Tolong aku, Mas... sekali ini aja." Ia menggenggam tangan kanan Gabriel. "Aku gak tau harus minta tolong ke siapa, Mas. Aku sebenarnya bisa aja susul dia ke Manado, tapi aku gak mau ribut di sana... banyak keluarganya di sana—"

HUSBANDS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang