Prolog

861 38 0
                                    

Pagi ini Damar meminum kopi di bale bambu depan rumah karena baru saja melatih para geriliyawan, "Bopo udah minum kopinya?" seorang gadis berparas ayu berkulit matang keluar dari rumah persembunyian berupa gubuk.

"Udah cahayu..." Ucap Damar dengan lembut pada anak gadisnya. "Yaudah aku mau ke pasar ngater makanan buat di jual sama mbo Dijah." Kata Nindita. "Yowiss hati-hati." Ucap Damar. Nindita mengangguk kemudian mengendong bakul dengan kain untuk ke pasar. Nindita melihat ada sekumpulan tentara Belanda wara-wiri di setiap pasar jadi ia berusaha menghindar.

"Mbo Dijah ini saya bawa makanannya." Kata Nindita. "Cahayu makananmu enak sekali sampai banyak yang memesan, ini hasil penjualan kemarin." Kata Mbo Dijah sambil mengunyah sirih.
"Yaudah aku pulang mbok." Ucap Nindita. "Hati-hati ojo melaku-laku." Peringat Mbo Dijah melihat Nindita berlari kegirangan menuju keluar pasar.

Sesampainya di rumah Nindita memasak untuk ayahnya yang mungkin sedang di ladang atau melatih para pejuang. Nindita sangat menyangi ayahnya semenjak sang ibu telah meninggal dunia waktu ia umur 8 tahun.

----

Amsterdam 1925

Di club beberapa orang pria berparas Eropa sedang asyiknya minum yang memabukan. "Fredrick, eindelijk kwam je." Ucap temannya. "Natuurlijk mijn vriend." Fredrick menegak minumannya sampai tak bisa seimbang ia mencari tempat duduk.

Temannya yang sempoyongan mendekati Fredrick ia adalah atasannya yang pernah ke Hindia Belanda, "Fredrick aku punya...hik.... rahasia hindia belanda....hik." Ujarnya sambil duduk di hadapan Fredrick. "Wat, Jan?" Tanya Fredrick menengak minumannnya lagi. "Hindia belanda sangat cocok untukmu... Hik... Untuk mengembangkan... Hik... Bisnismu... Hik." Rupanya temannya sudah ingin pingsan tapi masih mampu bicara karena mabuk berat.

"Lalu apa lagi? Kebetulan aku ingin bisnis tambang!!" Jason menyalakan cerutunya lalu menyembulnya ke udara. "Apa kau ingin jasaku Tuan." Seorang wanita berambut pirang datang berwajah Eropa, tak lupa bibirnya juga berpoles lipstick merah menyala.

"Pergilah jalang!!" Fredrick menyembur membuat perempuan itu pergi sambil berkata kasar.

"Dasar laki-laki kotor pemabuk!!" Melengang pergi sambil mengoyangkan kipas di tangannya.

"Ada apa denganmu, Fred??" Tanya Jan temannya.

"Kau tahu papaku memasukan ku ke militer padahal aku sangat suka berbisnis." Keluh Fredrick pada atasannya.

"Hahahaha!! Rupannya kau tidak tahu di hindia belanda gadis pribumi sangat bagus untuk pemuas nafsumu dan mengairahkan." Ucapnya. Fredrick langsung berfikir sejenak ayahnya dan atasannya juga menyuruhnya ke hindia belanda tapi ia belum menerima tugas itu karena rumor senter terdengar jika tak ada yang menarik di hindia belanda.

1930-1945Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang