Chapter 31. Tetangganya Tetangga

7.9K 1.5K 341
                                    

Selamat malam...

Ketemu lagi bersama Zoya si gadis shalehah dan tentunya dengan cerita absurdnya. Emot buat Zoya mana?

Seberapa kangen kalian dengan Zoya?

Kangen banget?

Bwane, akhir-akhir ini author dalam kondisi yang kurang baik. Bukan fisiknya yang bermasalah tapi yang lain hehehe

Info : Untuk pembelian buku ZOYA dan SISTER COMPLEX kalian bisa langsung ke Shopee ulfhashopbooks, keduanya ready dan stok terbatas. Dan untuk buku INCREDIBLE BROTHERS masih bisa dipesan diberbagai toko buku online, dapatkan buku Keluarga Thomas yang bobrok!!!

***

Sore itu matahari perlahan terbenam, senja dengan warna ungu kemerahannya mulai nampak. Orang-orang menghabiskan waktu sorenya di taman sambil menikmati senja sesekali disapa oleh angin yang melintas begitu saja. Mereka merasakan tapi tak ada yang menyambut. Hidup memang seperti itu, yang dirasakan dianggap tak ada yang terlihat diagung-agungkan walau begitu jauh.

"Senjanya cantik ya, Qsa?" Ozil melihat bocah di pangkuannya seraya tersenyum lembut. Bocah itu mengangguk sebagai jawaban.

Suara decakan kekesalan terdengar. Ozil menoleh ke samping di mana gadis yang sejak tadi menggerutu, dia duduk meluruskan kakinya seraya melipat kedua tangan di dada. Ozil tersenyum mencubit pipi gadis itu.

"Kan tadi Abang ngajakin ngobrol tapi  dicuekin, giliran dicuekin malah marah," kata Ozil menarik tangannya kembali. Gadis itu mengubah posisinya dengan wajah merenggut sebal.

"Apa lo?!" ketusnya melotot kala melihat bayi dipangkuan Ozil menatapnya polos. Bayi itu beringsut ke dalam pelukan Ozil mencari perlindungan dari soiton betina di dekatnya.

"Dek!" Ozil memeluk Aqsa yang ketakutan. Gadis itu memajukan bibir bawahnya mengabaikan teguran serta tatapan memperingati abangnya.

"Adek kenapa, sih? Kalau kesal sama orang lain jangan limpahin ke Aqsa, kasian!"

"Makanya jangan cuekin Zoya!" protesnya sebal.

"Yang cuek duluan siapa?"

"Itu karena Abang nggak gandeng tangan Zoya!"

Aqsa semakin meringkuk takut. Ozil menatap Zoya dengan tatapan memperingati. Menyadari itu, Zoya berdeham classy menggaruk cuping hidungnya.

"Zoy lebih dulu jadi adik Abang bukan dia," cicitnya. Rasanya Zoya ingin berteriak tetapi melihat tatapan yang jarang Ozil tunjukkan padanya membuat nyalinya menciut.

"Kamu cemburu sama Aqsa?" Ozil menatap Zoya lekat. Dari dulu sampai sekarang adiknya itu tidak berubah, masih saja cemburu pada anak kecil.

Zoya memilih bungkam. Biarkan saja abangnya itu menerka-nerka. Masih dengan aksi merajuknya, Zoya mengedarkan pandangannya mencari tempat yang memungkinkan untuk menyingkirkan serangga nakal itu. Zoya tinggal menunggu Ozil lengah dan membawa serangga itu menjauh darinya. Seutas senyum licik terlukis di bibirnya.

"Aqsa masih kecil, Dek."

"Zoya juga masih kecil," sahut Zoya malas.

"Kamu udah mau tujuh belas tahun sedangkan Aqsa belum genap 14 bulan loh, lupa?"

"Serangga nakal ini kan cuma adik ti----"

Ozil menggeleng tegas. "Dek, nggak boleh ngomong kayak gitu. Bagi Abang kalian itu sama, nggak ada yang namanya adik kandung mau pun adik tiri. Kalian berdua adik Abang, dan kita bertiga sama-sama anak mama. Nggak ada perbedaan tentang itu."

ZORION (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang