Chapter 41. Orion

10.7K 1.7K 712
                                    

Absen dulu yang nungguin Zoya update??? Sebelum lanjut baca pastikan kalian pencet tanda bintang di pojok kiri bawah! Itu asupan buat author rajin update, apalagi kalau komentnya buanyaaak 🤣 skip!

Kemarin yang ngehujat Orion siapa? Ngaku kalian? Bukannya ngedukung malah disumpahin ckckck.

Oke, langsung aja baca chapter spesial Orion. Kalau ada yang typo mohon dikoreksi ya!

****

Bangunnya Felli dari koma adalah kesyukuran bagi Orion. Sebab dia adalah kunci melepaskan tuduhan yang dilayangkan pada pacarnya. Orion memang tidak melihat dengan mata kepalanya tapi ia sangat yakin jika Zoya mengatakan yang sejujurnya, maka dari itu ia percaya.

Tuduhan yang diberikan kepada Zoya memang tidak terang-terangan, namun Orion tidak bisa terima begitu saja. Kepala Sekolah hendak memanggil Zoya kala gadis itu masih sakit, tapi Orion berhasil mencegahnya. Meminta untuk tidak memanggilnya karena takut gadis itu masih trauma.

Dari penelusurannya di gedung tua mencari bukti seperti CCTV tidak membuahkan hasil maka jalan satu-satunya adalah menunggu Felli tersadar.

Hari pertama mengunjungi gadis itu tentunya butuh pertimbangan, Zoya akan  marah mengetahuinya tapi Orion yakin Zoya bisa memahami. Di rumah sakit Orion disambut oleh kedua orangtua Felli dengan ramah. Katanya Orion teman yang pertama kali berkunjung. Teman? Orion hendak menyangkal. Mereka tidak punya hubungan baik hingga bisa dikatakan teman. Mereka hanya sebatas senior dan junior.

Sempat Orion dan Veronika beradu mulut kala wanita paruh baya itu mengungkit soal anak yang mendorong Felli sampai koma seperti sekarang. Tak tanggung-tanggung Orion membantahnya.

"Jangan nuduh orang tanpa bukti, Tante. Itu sama aja fitnah." Meski kesal tidak lantas membuat Orion lupa siapa orang di depannya.

"Kamu ngomong seperti ini karena dia pacarmu, kan." Veronika menyindir.

Bukannya merasa tidak enak Orion malah mengangguk. "Karena dia pacarku makanya aku tahu dia kayak apa," balasnya menyudahi perdebatannya karena Bagas---ayah Felli mengode istrinya untuk diam.

Menyadari niatnya, Orion mendekati ranjang gadis itu. Selain perban melingkar di kepalanya tidak ada luka lain. Luka di kepala memang fatal. Orion ingat jelas kala menggendong Felli, darah gadis itu terus menetes hingga meleber ke seragamnya.

Setengah jam berlalu akhirnya Orion meninggalkan rumah sakit. Hari ini kegiatan di sekolah cukup padat, pentas seni semakin dekat membuatnya sebagai penanggung jawab kelelahan. Sesampainya di rumah, ia menuju kamar mandi untuk bersih-bersih lalu kembali dengan pakaian santai.

Orion duduk di pinggir ranjang, sebelah tangannya menggerakkan handuk di atas kepala mengeringkan rambut basahnya, sebelahnya lagi meraih ponsel di dalam tas. Pesan? Melihat nama yang tertera sontak membuatnya terkejut dan panik, dengan kesal dilemparnya handuk itu ke belakang dan bergegas mengetik pesan balasan.

Sedikit lagi menekan tombol kirim ponselnya lebih dulu mati karena kehabisan daya. Orion mengeram frustasi melempar ponselnya. Disaat genting ponselnya tidak bisa diajak berkompromi. Rambut basahnya diremas kuat sebelum tersentak mengingat sesuatu.

Telepon rumah.

Kaki panjangnya berlari ke lantai satu menuju telepon yang bisa digunakan menelepon keluar. Jari telunjuknya menekan beberapa angka yang sangat dihafal, ekspresi kalutnya berharap tersambung ke sana tapi sayangnya bunyi menandakan nomor yang ditujunya sibuk. Orion tidak kehilangan akal, dia beralih menghubungi telepon rumah Hadinata yang hanya membutuhkan beberapa detik untuk dapat jawaban.

"Oh Den Orion...Nona sudah tidur, Den."

Mendengar itu akhirnya Orion menutup teleponnya. Terdengar helaan napas lega dan risau dalam satu waktu. Besok ia akan menemuinya.

ZORION (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang