Chapter 25. Superior

8.6K 1.6K 502
                                    

Emot buat Zoya?

Sebelum lanjut membaca kuy beri vote dan komentarnya....

***

Instagram : unianhar

Niatnya hanya ingin bolos di jam pertama pelajaran malah kebablasan sampai jam istirahat tiba. Malas, menjadi alasannya. Malas meneguhkan hati untuk tidak memaafkan Orion seutuhnya. Zoya harus membuktikan jika dia juga bisa marah meski marahnya nanggung. Ingin memaafkan namun terlanjur kecewa, ingin marah namun terlalu sayang untuk melakukannya. Zoya sedang dilema.

Zoya mendesah panjang menerawang jauh ke depan. Cinta memang membuat orang pintar jadi bodoh. Bahkan Zoya yang menyandang juara umum tiga tahun berturut-turut jadi bodoh karenanya. Sontak Zoya menggeleng, menyangkal pendapat hatinya. Zoya tidak bodoh, ia hanya melakukan apa yang orang baik lakukan.

Zoya menepis tangannya ke sebelah kiri, menyingkirkan setan bertanduk yang membawa tongkat sambil duduk di bahunya. Menghasut Zoya agar tidak memaafkan Orion. Akibat tepisannya, setan itu terlempar kembali ke asalnya.

"Dasar setan, beraninya ngehasut gue." Zoya mendesis, untungnya imannya kuat jadi dirinya kebal hasutan.

Zoya memang kecewa dan marah, tapi mendengar penuturan Orion membuat perasaannya perlahan membaik dan memaafkan meski belum sepenuhnya. Zoya ingin merajuk dan dimanja oleh Orion. Zoya berharap aksi bolosnya menggetarkan hati Orion untuk mencarinya.

Zoya menyeringai, terkekeh dalam hati. Tanpa sadar setan yang diusirnya berhasil menguasainya. Setan itu tersenyum meremehkan dan berkata 'sok-sok-an ngusir gue, nyatanya masuk dalam perangkap, dasar iman kardus'.

Tang!

Pantulan bola basket membentur pembatas tribun atas, tepat di depan Zoya, sontak membuat jiwa gadis itu kembali memasuki raganya, refleks ia meringsut mengedarkan matanya mencari sumber keterkejutannya. Matanya tertuju pada beberapa orang di bawah sana ikut melihat ke arahnya.

"Kami..., nggak sengaja," kata Deni---salah satu anggota tim basket. Lalu kembali bermain bersama teman-temannya.

Kalau saja Zoya tidak dilanda rasa malas sudah pasti hadist-nya sudah keluar untuk menyadarkan mereka dari kesalahannya. Zoya mengembungkan kedua pipi sebelum beranjak hendak meninggalkan tribun. Untuk keluar dari sana, Zoya harus menuruni tangga lalu berjalan ke arah kanan menuju pintu keluar.

Langkahnya terhenti kala sebuah bola menggelinding dan memantul pada sepatunya. Zoya berbalik dan refleks menendang bola basket dengan tenaga penghancur semesta, bola itu terlempar jauh, melewati beberapa anak basket yang menghindar. Kecepatan setara dengan tendangan Tsubasa Ozora membuat bola itu mengarah ke pintu masuk lapangan dan membentur kening seseorang yang baru datang.

Hantaman keras terdengar, bola terjatuh dan menggelinding menjauh, semua anak basket berlari mendekati orang itu sebelum tumbang. Zoya terbelalak dengan mulut membulat tak percaya jika tendangannya sekuat itu. Takut, panik, dan cemas jadi satu membuat Zoya kalap pada tempatnya. Ingin kabur tapi kakinya tak bisa melangkah.

Zoya melihatnya menjauh dari rekannya, mendekati seraya memegang kepala, matanya berkilat marah mengintruksikan Zoya untuk tidak beranjak kalau masih ingin hidup. Zoya semakin kalap berharap siapa pun membantunya.

"Lo," desisnya menajam.

"Iya gue?!" sentak Zoya mendongak seraya melangkah mundur.

Mendapati tatapan tajam seperti itu membuat Zoya ngeri. Andai bola tidak mengenainya begitu keras, Zoya tak perlu setakut ini. Melihat dengan jelas saat dia terkena bola, dari suara hantaman bahkan tubuhnya nyaris terhuyung ke belakang. Untungnya dia mempunyai keseimbangan yang bagus.

ZORION (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang