Chapter 19. Kejailan Zoya

8.1K 1.4K 117
                                    

Selamat sore, Zoya kembali lagi, emotnya dong!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat sore, Zoya kembali lagi, emotnya dong!

Note: Sekarang novel Zoya ada di shopee ulfhashopbooks ya, yang mau peluk bukunya bisa langsung ke sana 😊

Btw, thanks buat 1K votenya. Author harap sebelum jadwal update bisa langsung sampai 1K lagi 😛

*

*

*

*

Instagram : unianhar

***

Seperti yang Zoya duga. Erlan telah melaporkan dirinya dan Arsyad pada Kepala Sekolah. Karena ulah keduanya membohongi Erlan, rapat yang harusnya selesai hari ini harus ditunda minggu depan. Sebagai hukuman, keduanya disuruh membersihkan toilet gedung kelas mereka.

Puluhan kali dihukum baru kali ini Zoya disuruh membersihkan tempat pembuangan kuman-kuman Atlanta. Zoya ingin marah, tetapi pada siapa? Ini semua karena dia sendiri. Erlan mengadukannya sebab cowok itu disalahkan karena tidak mengumpul absensi kelasnya.

Zoya mendesah menatap pintu di depannya dengan sebelah tangan memegang gagang pel, ujungnya berada dalam ember berwarna pink berisi air. Dengan setengah tak ikhlas Zoya menggeret embernya ke dalam toilet. Kedatangannya membuat dua siswi yang bercermin kebingungan, termasuk ibu paruh baya---tukang bersih-bersih di sana menatap Zoya dan alat pel bergantian.

"Keluar!" Zoya menunjuk pintu keluar.

Dua siswi yang bercermin tadi kini keluar terbirit-birit, bahkan siswi yang berada di dalam bilik langsung keluar kala Zoya menggedor-gedor pintu meminta mereka keluar.

"Izin bantuin ya, Bu. Katanya pekerjaan yang dikerjakan bersama-sama akan lebih mudah."

"Iy--iya Neng. Silakan." Ibu itu masih berdiri, bingung dan horor sendiri sambil memandangi Zoya yang mengangkat pel-nya dari ember, diletakkannya pel itu di lantai tanpa menguras airnya. Zoya pun mulai mengepel seraya mendumel.

"Gue laporin sama Papa Aldrik biar tahu rasa kalian!"

"Lapor juga sama Opa!"

"Pokoknya Zoy bakal laporin kalian semua!" teriak Zoya mengepal kasar, untung lantainya benda mati. Kalau hidup mereka akan berteriak kesakitan dan meminta ampun atas dosa yang tidak mereka perbuat.

"Sa--saya juga bakal dilaporin, Neng?"

Zoya berhenti mengepel, berbalik melihat ibu itu. Terlihat ada raut ketakutan di wajah keriput dan lusuhnya. Membuat Zoya tidak tega. Zoya menggeleng. Ibu itu bernapas lega. Zoya mengembungkan pipinya, akhir-akhir hati Zoya lemah, perlu penguat agar tetap kokok seperti cintanya sama Orion.

ZORION (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang