Chapter 50. Perjalanan Telah Usai (End)

16.9K 1.5K 216
                                    

Selamat sore, Zoya kembali dengan tingkah kalemnya. Masih nungguin?

Alhamdulillah 😁

Seperti yang ada dijudul sekarang, kalau ini part terakhir dari kisah Zoya si gadis shalehah. Sebelum membaca pastikan kalian koment dan kasih vote sebagai salam perpisahan untuk Zoya.  ☺☺☺


******

Suara riuh ramai seantero lapangan basket terdengar di setiap sudut Antlanta. Teriakan memberi semangat bagi tim kesayangan saling bersahutan, tepukan balon bergemuruh, suara terompet menusuk indera pendengaran, yel-yel dari dua kubu terus terdengar oleh penonton yang mengisi tribun.

Suasana persaingan sangat terasa. Selain pertandingan final antara tuan rumah dan sekolah Cendana, ini menjadi pertandingan yang ditunggu-tunggu karena keduanya diunggulkan.

Satu persatu pemain memasuki lapangan, membawa tas dan handuk untuk mengelap keringat mereka nantinya. Masing-masing tim berkumpul di sisi lapangan, melakukan pemanasan sambil mendengarkan arahan pelatih.

Kala peluit terdengar dari wasit yang memimpin pertandingan, kedua kapten mendekat dan menyimak ucapan wasit. Jason yang mengenakan seragam basket tanpa lengan berwarna biru bergaris putih khas Atlanta terlihat menunjuk sebelah lapangan lalu bertos dengan kapten tim lawan.

Setelahnya kembali menghampiri tim-nya meminta mereka bersiap-siap. Peluit pertanda kedua tim memasuki lapangan terdengar. Tim Atlanta pertama yang turun ada Jason, Didit, Rico, Hardi dan Bombong sedangkan Rio dan kelima rekannya masih duduk di tepi lapangan menyaksikan jalannya pertandingan.

"Cepet! Udah mau mulai, nih."

Gadis berambut sepunggung berlari menaiki tangga mencari kursi kosong di tribun Barat tanpa melepaskan tangan cowok yang datang bersamanya. Rambut dicurly dengan bandana pink membuatnya tampak manis hari ini, ditambah dengan penampilan casualnya, baju kaos putih berleher V, rok jeans span mini selutut, dipadukan dengan sepatu putih.

"Waduh, kursinya penuh," gerutunya dengan pandangan mengedar ke setiap sudut tribun barat. Kok ada yang aneh? Kenapa dirinya merasa asing sendiri.

"Kakak Tiri," panggilnya berbisik, Arsyad sedikit membungkuk memudahkan gadis itu bicara. "Kok mereka liatin kita kayak gitu, sih?"

Zoya membalas tatapan mereka yang terang-terangan, seakan sama-sama bingung dan bertanya-tanya. Arsyad ikut menyadari tatapan mereka. Benar juga, wajah mereka terlihat normal dari wajah teman-temannya.

"WOI KALIAN BERDUA?!"

Suara lantang tanpa tahu situasi dan kondisi menyela diantara teriakan penuh semangat para penonton. Zoya dan Arsyad menoleh ke tribun Timur, di sana manusia-manusia langka yang dikenalnya bergerombolan memandang keduanya dengan tatapan mencaci.

Dilihatnya Pradipta melompat dari kursi atas melangkahi kursi di bawahnya, membelah mereka yang berdiri dan merebut toa mesjid yang Juna pegang.

"Kakak-adik yang berada di tribun lawan dimohon segera mengambil langkah ke tribun Timur sebelum kami menyumpahi kalian sebagai duo pengkhinat." Suara santun nan menusuk Pradipta memenuhi lapangan yang tiba-tiba berubah sunyi. Arsyad dan Zoya bersitatap sebelum kembali memandang ke seberang.

Juna menyambar toa-nya dari Pradipta dengan wajah sangar. "Hati-hati megang, ini toa mesjid komplek gue," dumelnya sebelum mengarahkan ke depan.

"Bagi suporter tim lawan, waktu dan tempat dipersilakan mengusir kedua manusia aneh ditengah-tengah kalian. Ini demi kenyamanan kalian sebagai tamu, terima kasih." Suara Juna tak kalah santun dari Pradipta, perhatian ke tim lawan namun tega menjatuhkan teman sendiri.

ZORION (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang