Fine

5.3K 717 20
                                    


Renjun berjalan masuk ke dalam kediaman Lee diikuti Haechan di belakangnya. Tanpa suara, Renjun segera menuju kamarnya dan membaringkan tubuh di atas tempat tidur. Pening di kepalanya semakin menjadi.

Menghembuskan napas panjang, Renjun meringkuk di atas tempat tidurnya sembari memejamkan mata, berharap bahwa sakit di kepalanya akan berkurang. Namun, belum sempat Renjun tidur, ponselnya berdering nyaring membuatnya terpaksa membuka mata lagi.

Melihat nama Tuan Lee pada layar ponselnya, Renjun segera mengangkat panggilan tersebut.

"Iya, Ayah" jawab Renjun

Maka setelah mendengar penjelasan Tuan Lee agar Renjun datang ke perusahaannya, entah dengan tujuan apa, Renjun memaksa diri untuk bangun dari tempat tidurnya.

Renjun menyambar mantel dan keluar dari kamarnya dengan cepat.

Tidak sampai setengah jam pria mungil itu sudah sampai di perusahaan LC Company. Memandang sebentar gedung menjulang tinggi tersebut, Renjun segera masuk dan mengatakan kepada resepsionis perihal tujuannya. Ia dibawa menuju ruang utama direktur Lee. Selepas dipersilakan masuk, Renjun segera melangkahkan kaki mungilnya ke dalam ruangan tersebut.

"Tuan Lee" panggil Renjun

Namun begitu tatapannya bertemu dengan seseorang yang begitu ia hindari lima tahun terakhir ini, langkahnya mundur beberapa dengan tangan gemetar dan mata membelalak.

"Renjun ... " panggil orang tersebut lirih yang semakin membuat Renjun bergetar ketakutan.

"B-Baba" gumam Renjun

Saat ia melihat Tuang Huang berdiri dari tempat duduk dan mulai menghampirinya, Renjun secara panik berteriak.

"Berhenti! Tidak! Jangan– jangan mendekatiku!" retina Renjun bergerak gelisah, dan perlakuannya tersebut tidak luput dari perhatian Tuan Lee dan Tuan Huang yang menatapnya prihatin.

"T-Tuan Lee, k-kenapa?" Renjun menatap Jaehyun penuh kekecewaan dan hal itu membuat Jaehyun seperti terhantam sesuatu di jantungnya.

"Renjun, tolong dengarkan Ayah lebih dulu" bujuk Tuan Lee yang dihadiahi gelengan keras oleh Renjun.

"Renjun, Baba—"

"Diam! D-diam di tempatmu–" Renjun mulai mengatur deru napasnya yang tidak beraturan.

Kepalanya semakin sakit, dan tanpa mengucapkan apapun lagi, Renjun keluar dari ruangan tersebut dengan berlari sangat kencang. Meninggalkan gedung bertingkat tersebut tanpa menoleh ke belakang.

Ingatan masa lalunya kembali berputar, membawa trauma tersendiri untuk Renjun. Tangan mungilnya memeluk tubuhnya sendiri yang menggigil. Ia masih mengingat dengan jelas bagaimana dengan tidak berperasaan ayahnya memukul, menyiramnya dengan air, atau membiarkan Renjun kehujanan sementara mamanya disiksa oleh ayahnya. Renjun ingat saat ayahnya terang-terangan menyiksa ibunya di depan selingkuhannya. Renjun sangat mengingatnya.

Air matanya terus turun, dan ketakutan yang selama lima tahun terakhir dapat di atasinya, kini kembali membuat Renjun akhirnya terduduk di trotoar sembari memukul-mukul dadanya yang terasa sesak.

Aku harus lari.

Maka dengan sekuat tenaga, mengabaikan sakit di kepalanya yang semakin menjadi, Renjun kembali berjalan tanpa tujuan. Ia hanya harus lari dan menjauh dari pria itu, kemanapun, Renjun tidak peduli selama ia tidak bertemu dengan pria itu.

.

"Tidak akan mudah membujuk Renjun apalagi dengan kondisi psikisnya yang tidak baik. Bertahun-tahun kamu memperlakukannya dengan tidak baik. Tentu hal itu membawa trauma tersendiri untuk Renjun. Saat itu, aku harus membawa Renjun ke psikiater karena ia sering menangis dan takut yang tidak wajar saat hujan. Hampir dua tahun ini kondisi mentalnya mulai membaik, dan sepertinya pertemuanmu dengannya membawa trauma itu kembali" ucap Jaenyun memandang Huang Yuta– ayah Renjun,  yang tengah menampilkan wajah sendunya.

Jaehyun sebenarnya sudah berkomunikasi dengan Yuta sejak satu tahun terakhir. Pertemuan tidak sengaja mereka pada urusan bisnis membawa Jaehyun mengenal Yuta dan membuat mereka menjadi seorang teman. Ia juga sudah mendengar cerita Yuta mengenai perlakuannya terhadap Renjun.

Menyesal. Yuta teramat menyesali perlakuannya terhadap istri dan putranya dulu. Meski dua tahun lalu ia akhirnya menikah dengan putri keluarga Xiao, hal itu tidak membuat Yuta berhenti mencari keberadaan Renjun. Selepas kepergian istrinya dan Renjun lima tahun lalu, Yuta merasa kosong dan lambat laun ia mdnyadari bahwa semua hal yang sudah ia lakukan adalah kesalahan besar. Ia mencoba mencari Renjun dan mamanya, sampai ia mendapat kabar bahwa istrinya meninggal dalam kecelakaan sementara Renjun tidak diketahui keberadaannya.

Satu tahun lalu, saat perusahaannya bekerjasama dengan LC Company, Yuta mengenal Jaehyun dan ia akhirnya mengetahui bahwa putranya berada di rumah besar Jaehyun.

Menghembuskan napas panjang, Yuta memijat kepalanya. Pria yang hampir menginjak setengah abad di usianya tersebut begitu merindukan putra kecilnya. Ia ingin merengkuh Renjun dan bercanda bersama anaknya lagi. Tapi tidak sekarang, dan entah kapan– hingga Renjun memberi kesempatan.

"Aku akan membantumu membujuknya, dan kau juga harus berusaha untuk meyakinkannya bahwa kau sudah berubah dan kembali menjadi Babanya yang dulu. Memang tidak akan mudah, tapi aku yakin Renjun akan memahaminya seiring berjalannya waktu. Dan aku juga percaya kalau dia pasti memaafkanmu meski butuh waktu yang tidak sedikit" Jaehyun menepuk pelan pundak Yuta.

"Terima kasih" ucap Yuta

"Dibanding itu, yang harus kita lakukan adalah mencari keberadaan Renjun sekarang. Karena aku yakin dia tidak akan pulang ke rumahku lagi setelah kejadian ini. Aku harus memberitahu orang-orangku untuk mencarinya" ucap Jaehyun yang di anggukki setuju oleh Yuta.

"Mark, sampaikan pada saudaramu untuk membantu mencari Renjun. Detail ceritanya akan Ayah ceritakan kalau Renjun sudah ketemu." ucap Jaehyun menelpon Mark kemudian kembali menatap Yuta dan tersenyum meyakinkan.



.

Sedangkan Mark yang mendapat kabar dari ayahnya untuk menemukan Renjun menjadi panik. Ia duduk dan menatap saudaranya.

"Renjun hilang. Ayah menyuruh kita mencarinya." ucap Mark

"Bagaimana bisa? Dia pulang bersamaku tadi siang." elak Haechan

"Entahlah, yang pasti kita harus segera menemukan Renjun." jawab Mark yang langsung dianggukki ketiganya.

Tanpa menunggu dua kali, Lee bersaudara segera meninggalkan ruang tamu yang sebelumnya menjadi tempat mereka berbincang sembari menunggu Renjun pulang sebelum kabar hilangnya Renjun membuat ke-empat pria tersebut khawatir.

Mereka mengendarai kendaraan masing-masing dengan mulut terus merapal doa semoga Renjun baik-baik saja. Sebab tidak banyak yang tahu bahwa dibalik kerja keras, sikap tak acuh, dan keras kepala Renjun, pria mungil itu menyimpan begitu banyak luka hingga membuatnya trauma.

Karena tidak akan ada seorang anak yang baik-baik saja secara mental setelah mendapat perlakuan buruk dari orang yang begitu ia percaya dan andalkan. Tidak ada anak yang akan baik-baik saja secara mental, setelah mendapat kekerasan fisik bertahun-tahun lamanya. Sebab setiap anak menyimpan luka mereka sendiri dan tidak banyak yang berani utarakan rasa sakitnya.

Dan satu dari sekian banyak anak yang mendapat perlakuan tidak mengenakan hingga menimbulkan trauma itu, adalah Renjun. Jadi, entah apa Renjun akan baik-baik saja atau tidak setelah pertemuannya dengan seseorang yang menghancurkan mentalnya.

LOVEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang