Part Of Me (2)

4.5K 580 10
                                    

Warn: kissing scene

Renjun meregangkan tubuhnya sebentar sebelum terkejut saat sebuah tangan melingkar di pinggangnya.

"Astaga Haechan, kau mengejutkanku." ucap Renjun

"Maaf, aku merindukanmu. Seharian tidak bertemu denganmu." keluh Haechan sembari memajukan bibirnya beberapa centi.

Renjun menjerit dalam hati. Kalau saja Haechan bukan pihak atas, dan  Renjun bukan pihak bawah, pasti Renjun sudah jadikan pria itu sebagai kekasihnya. Sebab Haechan begitu menggemaskan– meski Renjun tahu Haechan akan menjadi menyeramkan saat mode serius.

Renjun akhirnya hanya tersenyum sembari mengusap kepala Haechan yang tengah bersandar di bahunya.

"Bagaimana hari pertamamu tadi?" tanya Renjun

"Membosankan, karena tidak ada kau." jawab Haechan sembari menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Renjun sembari sesekali mengecupi leher putih tersebut.

"Kau sendiri, bagaimana? Taeyong Hyung tidak memperlakukanmu dengan buruk, kan? Akan aku lindas tubuhnya dengan mobil Mark kalau dia berani menyakitimu." ucap Haechan mengeratkan pelukan pada pinggang Renjun.

"Sebentar– Taeyong Hyung? Apa dia salahsatu bagian keluarga besar Lee juga?" tanya Renjun, mengabaikan pertanyaan Haechan sebelumnya.

"Iya, dia sepupu kami. Kau mungkin belum pernah bertemu dengannya karena dia sibuk mengurus perusahaan cabang di Jeju dan baru kembali satu tahun lalu." jelas Haechan yang dibalas anggukkan oleh Renjun.

"Aku merindukanmu." ucap Haechan sembari mengendusi leher dan bahu Renjun.

Renjun sendiri hanya diam, membiarkan Haechan mengecupi leher dan bahunya. Sedangkan tangannya mengelus lengan Haechan di perutnya.

"Jangan dekat-dekat dengan Yangyang." ucap Jeno tiba-tiba yang membuat Renjun dan Haechan menoleh.

"Yangyang? Siapa dia?" tanya Haechan.

"Dia ketua kelompok kami dan dengan terang-terangan orang itu menyukai Renjun kita." jelas Jeno.

Renjun hanya menghela napas pelan, ia merasakan lengan Haechan yang semakin erat di pinggangnya.

"Aku dan Yangyang itu kan satu tim, bukankah wajar jika kami berbicara atau bercanda bersama? Terlebih dia adalah ketua tim kami, tentu aku akan banyak butuh bantuan dan interaksi dengannya. Kalaupun Yangyang menyukaiku, aku tahu batasanku dan ingat, yang aku cintai hanya kalian." jelas Renjun panjang mencoba memberi pengertian.

"Tentu saja, kau memang hanya boleh mencintai kami." Jaemin masuk ke dalam kamar Renjun dan menjawab penjelasan kekasihnya tersebut sebelum memberi kecupan pada pipi Renjun.

"Kami tidak mau kau dekat dengan dia." ucap Jaemin lembut.

"Apa artinya aku juga tidak boleh berteman dengan siapapun jika orang tersebut tampak menyukaiku meski dalam artian lain? Suka– kagum pun, tidak boleh?" tanya Renjun yang membuat ketiga Lee tersebut diam.

Renjun kembali menghela napas panjang, kemudian melepas pelukan Haechan di pinggangnya.

"Aku merindukan Markeu, aku akan melihatnya." ucap Renjun meninggalkan Jeno, Jaemin dan Haechan dalam keheningan.

Renjun mengetuk pintu kamar Mark dan segera masuk setelah dipersilakan.

"Apa aku mengganggu Hyung?" tanya Renjun.

"Tentu saja tidak. Aku merindukanmu dan sangat senang karena kau disini." jawab Mark sebelum meninggalkan meja belajarnya dan menghampiri Renjun.

"Boleh tidak aku tidur disini untuk malam ini saja" tanya Renjun

"Sangat boleh, kau boleh tidur disini kapanpun Sayang." Mark membawa Renjun ke dalam pangkuannya sembari memeluk tubuh mungil tersebut yang langsung diterima dengan senang hati oleh Renjun.

"Apa ada sesuatu yang mengganggumu?" tanya Mark sembari mengusap kepala Renjun penuh sayang.

"Hyung, aku tidak memiliki satu teman pun selama kuliah. Dan magang kali ini membantuku mendapat teman, tapi sepertinya Jeno, Jaemin, dan Haechan tidak menyukainya." keluh Renjun.

"Apa mereka bersikap posesif terhadapmu?" tanya Mark yang hanya dibalas pelukkan yang semakin erat dari pria bermata rubah tersebut.

"Renjun, mereka hanya begitu mencintaimu hingga mereka tidak ingin orang lain juga mencintaimu. Rasa takut kehilangan kamu membuat mereka menjadi posesif dan berlebihan, tapi hanya dengan cara itulah mereka menunjukan rasa cinta mereka." jelas Mark sembari mengecup puncak kepala Renjun.

"Aku tahu, pasti rasanya sangat mengesalkan terlebih selama ini kamu tidak memiliki waktu untuk memiliki seorang teman. Aku sangat mengerti, Renjun. Tapi mereka– kami, adalah bagian dari hidup kamu sekarang, dan mau tidak mau kamu harus menerima bagaimanapun menyebalkannya sifat mereka." Mark mengusap pelan punggung Renjun

"Akan leih baik kalau kamu bisa sedikit mengubah sikap mereka, tapi percayalah Renjun, yang mereka lakukan padamu adalah bentuk rasa cinta mereka." Mark mencium cukup lama kening Renjun.

Sementara pria mungil itu hanya menelusupkan wajahnya pada leher Mark.

"Terima kasih, Hyung selalu menjadi seseorang yang memberiku paham saat aku tidak tahu dan Hyung selalu menjadi seseorang yang aku jadikan tempat bersandar. Aku menyayangimu." ucap Renjun sembari mengecup bibir Mark cukup lama.

Sayangnya, pilihan Renjun salah. Sebab saat ia berusaha melepas bibirnya, Mark justru menekan tengkuknya dan memperdalam ciuman mereka. Bibirnya melumat dengan lembut bibir Renjun, membiarkan pria mungil tersebut meremah kedua bahunya.

Mark semakin memperdalam ciumannya dengan sesekali mengigit bibir kekasihnya. Saat Renjun membuka mulutnya, dengan segera Mark menelusupkan lidahnya pada mulut Renjun. Menjilat apapun yang ada di dalam mulut pria mungil itu.

"U-ugh"

Renjun melenguh kecil saat Mark menjilat rongga mulutnya. Mereka mengabaikan saliva yang menetes pada sudut bibir masing-masing.

Mark terus menyesap bibir Renjun, sedang satu tangannya masuk ke dalam piyama pria bermata rubah tersebut dan mengelus punggung Renjun.

Renjun yang mendapat perlakuan tersebut hanya mampu melenguh kecil, merasakan tangan besar Mark mengusap lembut punggungnya. Merinding, hingga Renjun semakin kuat meremat bahu Mark.

Melirik Renjun sekilas, Mark melepas ciumannya pada bibir Renjun dan beralih pada leher pria itu. Menyesap dan memberi gigitan pada leher jenjang Renjun.

"A-ahh Mark—"

Renjun mendongakkan kepalanya, memberi akses kepada Mark untuk bisa menciumi lehernya. Tangannya meremat rambut Mark sedang pria itu sibuk membuat kissmark pada leher putih Renjun.

Mark merapatkan tubuhnya pada Renjun kemudian mengecupi leher jenjang tersebut dan tersenyum saat melihat wajah memerah milik Renjun. Jemarinya terulur mengusap bibir kekasihnya, sebelum mengecup singkat bibir bengkak tersebut.

"Aku mencintaimu." bisik Mark tepat di depan wajah Renjun yang langsung membuat wajah pria mungil tersebut semourna berubah warna.

Baiklah, Renjun blushing mendapat perlakuan tersebut. Wajahnya semakin panas saat mengingat sensasi bagaimana Mark mengelus punggungnya dan mencium bibirnya. Menelusupkan wajah pada dada Mark, pria itu tersenyum simpul.

"Aku juga mencintaimu."

Senyum lebar Mark menguar, pelukannya mengerat dan bibirnya mengecupi kepala Renjun.

Renjun begitu menggemaskan saat tengah malu, dan Mark harus menahan diri mti-matian agar tidak menerkam Renjun saat itu juga.

Mau menolak bagaimanapun, Lee bersaudara sekarang resmi menjadi bagian hidup Renjun. Dan meski tidak suka, Lee bersaudara adalah orang-orang yang akan siap memberikan seluruh hati dan cintanya kepada Renjun.

LOVEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang