Renjun menyelesaikan sarapannya dengan cepat kemudian bergegas menuju LC Company meninggalkan Lee bersaudara yang tengah menatapnya sembari menghela napas pelan.
"Jangan terlalu mengekangnya, kita semua tahu bagaimana kehidupannya. Dia pasti menginginkan seorang teman." ucap Mark sebelum kembali menuju kamarnya.
Tidak ada reaksi dari ketiga Lee. Mereka menyelesaikan makanannya dengan tenang dan beranjak menuju perusahaan tempat mereka magang.
Renjun berlari kecil di koridor menuju lift yang akan membawanya ke ruangannya sebelum seseorang menghentikan langkahnya.
"Renjun"
Tubuh Renjun menegang, namun ia berusaha mengendalikan diri. Kepalanya menoleh dan ia melihat Yuta tengah tersenyum ke arahnya sembari membawa paper bag di tangannya.
"Ini, bekal untukmu. Istriku membuatnya. Terserah kau ingin memakannya atau tidak." ucap Yuta sembari tersenyum, lantas segera berlalu setelah Renjun menerima paper bag tersebut dengan tangan gemetar.
Tanpa sadar Renjun sudah menahan napas, maka dengan segera pria mungil itu menghembuskan napas panjang dan melanjutkan jalannya yang sempat tertunda.
Renjun masuk ke dalam ruangan dan menemukan Heejin tengah memakan bekal miliknya.
"Selamat pagi" sapa Renjun
Heejin mendongak lantas membenahi tempat makannya dan bangkit lantas berjalan ke arah Renjun dan berhenti tepat disamping pria mungil itu.
"Murahan." bisik Heejin dan dengan sengaja menabrakan bahunya pada bahu Renjun dan hal itu tidak luput dari perhatian Yeeun yang baru saja memasuki ruangan.
Renjun hanya mampu menghela napas panjang, kemudian berjalan dan memilih duduk di sofa. Entah kapan ia akan berbaikan dengan Heejin.
Yeeun melangkah masuk dan duduk disamping Renjun.
"Hei, selamat pagi" sapa Yeeun
"Hei, pagi" jawab Renjun ramah
"Aku tidak sengaja melihatmu dengan Heejin tadi. Maaf kalau aku lancang, tapi boleh aku tahu ada masalah apa antara kalian berdua? Sebab kita berada dalam satu tim yang sama sekarang, dan aku tidak ingin kalau hubungan kalian membuat kerjasama tim kita menurun." ucap Yeeun.
Renjun menghela napas panjang sebelum menceritakan masalahnya dengan Heejin. Yeeun tampak mengangguk paham.
"Sebaiknya kau bicara lagi dengannya dan coba perbaiki hubungan kalian dengan lebih sering berinteraksi atau coba berikan sesuatu yang dia suka. Mungkin terkesan seperti suap tapi bisa dicoba, kan?" ucap Yeeun sembari tersenyum.
"Baik, akan aku coba." jawab Renjun sambil tersenyum.
Obrolan keduanya terputus saat Yangyang diikuti Jeno dan Jaemin masuk ke dalam ruangan. Dan tidak lama setelahnya, Heejin ikut masuk ke dalam ruangan.
"Jeno, ini untuk kamu."
Renjun mengalihkan atensinya pada benda pipih di genggamannya untuk melihat Jeno.
"Terima kasih" jawab Jeno singkat sembari menerima bekal dari Heejin.
Renjun memalingkan wajah, ia memilih fokus kembali pada ponselnya. Mereka fokus pada urusan masing-masing hingga jam makan siang.
Renjun melirik paper bag dari ayahnya, kemudian dengan segera menyambarnya dan berlalu dari ruangan tersebut menuju rooftop. Pria mungil itu mengeluarkan kotak makan bergambar Moomin yang mampu membuat Renjun tersentak. Kotak makan itu miliknya yang ia beli bersama ibunya dulu. Bahkan ukiran nama Renjun masih tercetak jelas di sudut kiri bawah tutup bekal tersebut. Mata Renjun memanas, tangannya menggenggam erat kotak makan tersebut.
"Baba ... "
Ingatan tentang masa lalunya yang menyenangkan kembali terputar. Namun ingatan menyakitkan dan pelariannya bersama sang ibu juga ikut memenuhi kepala Renjun.
Renjun menutup wajahnya dengan kedua tangan. Kepalanya mendadak pusing dan perasaan tidak enak menghampirinya. Perutnya seperti digelitiki dan Renjun ingin muntah karena gugup. Takut dan bahagia disaat bersamaan.
Pria berbahu sempit itu membiarkan wajahnya basah. Dengan tangan gemetar, Renjun meraih kotak makan tersebut dan dibuat semakin menangis kencang begitu melihat isinya. Daging sapi pedas dengan irisan jamur serta tambahan sosis dan telur. Jangan lupakan daun seledri serta wortel yang menghiasinya.
"Kenapa dia melakukan ini padaku–" ucap Renjun dengan air mata yang terus turun.
Mulutnya mulai mengunyah makanan tersebut tanpa repot menghentikan tangisannya. Renjun bahkan tidak peduli kalau ia akan tersedak nanti. Dan benar, setelah suapan ketiga, Renjun terbatuk hebat.
"Uhukk ... Uhuk– "
Tangan mungil itu memukul dadanya pelan.
"K-kenapa dia jahat sekali– dia sengaja, sengaja membuatku menjadi bersalah disini hiks sialan!" Renjun mengumpat, namun mulutnya kembali mengunyah makanan tersebut.
Setelah merasa lebihbaik akibat tersedak, Renjun kembali memakan dan menghabiskan bekal dari ayahnya. Ia juga meminum jus mangga yang dibawakan ayahnya hingga habis. Sesekali Renjun membersihkan sisa air mata di wajahnya lantas menghembuskan napas panjang.
"Besok kalau makan jangan sambil nangis, gak enak kan tersedak?"
Renjun terkejut mendapati Haechan tiba-tiba duduk disampingnya.
"Lihat, wajahmu jadi jelek sekali." tanpa memberikan kesempatan Renjun menjawab, Haechan mengusap lembut pipi Renjun.
"Jangan menangis sendirian. Kau punya aku, Jaemin, Jeno, atau Mark Hyung. Jangan sakit sendiruan karena kau punya kami." Haechan mengusap kedua kelopak mata Renjun penuh sayang.
"Maaf kalau kami terkesan mengekang dan membatasi pertemananmu. Renjun, kami hanya tidak ingin membagimu dengan siapapun. Bagi kami, hanya memiliki kami saja seharusnya sudah cukup buatmu. Kami takut kamu berpaling." Jelas Haechan panjang lebar dengan jemari menggenggam tangan Renjun sembari mengelus punggung tangan kekasihnya tersebut.
"Maaf. Maaf karena kami membuatmu sedih" Haechan kembali bersuara saat tidak memdapat respon apapun dari Renjun.
"Aku juga minta maaf" ucap Renjun lirih yang berhasil membuat Haechan tersenyum dan segera membawa pria mungil tersebut ke dalam pelukannya.
"Aku sangat menyayangimu" ucap Haechan sambil mengecup pipi Renjun.
"Lihat, kau lebih cantik jika tidak menangis." ujar Haechan setelah melepas pelukannya dan menatap wajah Renjun.
"Aku pria, bodoh." jawab Renjun
"Memang cantik hanya untuk perempuan?" tanya Haechan sembari menyelipkan anak rambut pada telinga Renjun.
"Tidak, sih." jawab Renjun singkat.
"Kamu itu mataharinya Lee Haechan, jadi kalau kamu hilang, Haechan tidak akan lagi menjadi fullsun."
"Cringe cringe cringe" jawab Renjun
"Lonjun-ah ... " rengek Haechan yang berhasil membuat Renjun tertawa.
"Lagipula kau itu tidak cocok dengan hal-hal seperti itu Lee Haechan." ucap Renjun
"Padahal aku rela belajar dengan Jaemin supaya kau terkesan" ucap Haechan lesu.
"Astaga Haechanie kau tidak perlu belajar seperti itu, sungguh. Tapi aku berterima kasih karena kau mau berusaha seperti ini. Terima kasih, Sayang." ucap Haechan.
"Astaga! Stop! Aku tidak bisa menerima ini! Kau kau kau– kau keterlaluan Renjun. Kau memanggilku S-sayang? Harusnya aku mengabadikannya!" Haechan kembali merengek yang hanya dibalas tawa oleh Renjun.
Keduanya menghabiskan waktu makan siang dengan obrolan ringan dan tawa. Renjun bahagia, kehadiran Haechan membantunga melupakan sedikit ketidak percayaan diru dan kekhawatiran yang dimilikinya.
Haechan benar-benar matahari bagi setiap orang, termasuk bagi Renjun. Haechan adalah mataharinya.
Maaf gaje bin cringe 😢
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVED
FanfictionHanya tentang Renjun yang menjadi semesta bagi sekitarnya. warn! bxb