"Renjun" panggil Heejin yang berhasil membuyarkan lamunan pria itu.Keduanya tengah duduk di taman kampus selepas makan siang. Sementara Lee bersaudara sudah sibuk dengan urusan masing-masing.
"Iya?" jawab Renjun sembari memfokuskan pandangannya pada Heejin.
"Jeno itu belum memiliki kekasih, bukan?" tanya Heejin
"Kau menyukainya?" tanya Renjun tepat sasaran.
Melihat bagaimana Heejin menunduk malu-malu membuat Renjun dapat menyimpulkan bahwa gadis itu menyukai Lee Jeno. Tidak heran, sebab Jeno memang tampan. Bahkan dia sering dipanggil prince oleh keluarga besar Lee sebab memiliki pahatan wajah sempurna. Jadi bukan tidak mungkin kalau Heejin tidak menyukai pria itu. Namun, entah kenapa Renjun tidak suka. Ia merasa kesal dan cemburu?
"Renjun?" panggil Heejin.
"Iya? Jeno belum memiliki kekasih kok" jawab Renjun sambil tersenyum.
"Kamu mau membantuku untuk mendekatinya tidak?" tanya Heejin
"Aku bisa saja, tapi aku takut kalau yang aku lakukan akan membuat hubunganku dan Jeno malah jadi tidak baik. Biar bagaimanapun aku hanyalah pekerja di rumah Tuan Lee jadi aku sangat menghindari hal-hal yang bisa merusak hubunganku dengan Lee bersaudara" jelas Renjun panjang lebar.
Pria itu tidak sepenuhnya berbohong dan dengan ucapannya setidaknya ia bisa menolak keinginan Heejin.
"Begitu ya" jawab Heejin lesu
Melihat raut wajah Heejin tentu membuat Renjun tidak enak hati.
"Tapi kalau untuk memberitahumu hal-hal yang Jeno suka atau hal kecil lainnya, aku bisa. Tapi aku sungguh minta maaf, kalau harus terlibat langsung aku tidak berani" ucap Renjun akhirnya yang berhasil membuat Heejin mendongak dengan mata berbinar.
"Benarkah?" tanya gadis itu
"Tentu saja" jawab Renjun menampilkan senyuman manisnya.
"Terima kasih, Renjun!" ucap Heejin penuh semangat.
Setidaknya Renjun bisa membantu seseorang. Dan perihal perasaannya, biar itu menjadi tanggung jawabnya sendiri. Lagipula Renjun cukup tahu diri untuk tidak berharap lebih pada Lee bersaudara.
"Ren, memang kamu tidak memiliki perasaan apapun pada mereka?" tanya Heejin penasaran.
"Tidak tahu, hubunganku dengan mereka selama ini hanya sebatas Tuan Muda dengan asistennya. Meskipun mereka memperlakukanku dengan sangat baik, seperti teman atau adik, tapi aku selalu ingat bahwa posisiki memang hanya asisten mereka, tidak lebih." jelas Renjun panjang.
"Tentu ada perasaan nyaman saat berada di dekat mereka, terlebih dengan pria tampan di sekitar kita. Tapi, rasa sungkanku lebih besar" jujur Renjun
Heejin mendengarkan penuturan Renjun dengan seksama dan sedikit banyak dia tahu bagaimana perasaan pria mungil itu. Karena berat harus menekan perasaan diri sendiri karena menyadari bahwa tempat berpijak kita tidak sama dengan mereka. Meskipun Renjun hidup di rumah besar keluarga Lee, dia hanyalah Huang Renjun dan fakta itu tidak dapat di ubah.
"Tapi kamu terlihat sangat dekat dengan Jaemin atau Haechan, apakah mereka belum pernah mengatakan perasaan mereka?" tanya Heejin lagi
"Jaemin itu seperti seorang sahabat yang begitu peduli pada sahabatnya yang lain, sementara Haechan seperti adik kecil untukku. Dia sangat manja dan menggemaskan meski seringkali menyebalkan karena sifat usilnya" kekeh Renjun yang berhasil membuat Heejin ikut tertawa kecil
"Heejin aku harus masuk kelas, besok Jeno masuk pukul delapan dan dia menyukai permen jelly, kau bisa memberikannya" senyum Renjun kemudian melambaikan tangan pada Heejin dan segera berlari kecil menuju kelasnya.
Renjun entah kenapa menjadi begitu tertekan saat Heejin mengatakan menyukai Jeno. Hatinya sakit.
Apakah Renjun mulai jatuh cinta dengan pria itu?
Menggeleng ribut, Renjun mencoba mengenyahkan pikirannya.
Renjun, semangat mencari uang supaya orang itu tidak memperlakukanmu dengan seenaknya lagi. Fighting!
Renjun menyemangati dirinya sendiri kemudian masuk ke dalam kelas dan duduk disamping jendela yang mengarah langsung pada taman rumput kampus tersebut.
"Hei"
Renjun menoleh begitu seseorang menepuk pelan pundaknya. Ia tersenyum saat melihat Jaemin dengan senyum lima jarinya tengah menatapnya dengan pandangan teduh.
Renjun teringat kalau hari ini ia berada di satu kelas dengan Jaemin.
"Ada apa?" tanya Jaemin
Namun belum sempat Renjun menjawab, dosen mereka sudah lebih dulu masuk dan Renjun bersyukur setidaknya dia bisa lari dari pertanyaan Jaemin meski ia sendiri sejak awal memang tidak berniat menjawab.
Mereka melewati perkuliahan dengan damai dan Renjun segera memasukkan barang-barangnya.
"Pulang bersamaku?" tawar Jaemin
"Tidak, aku harus mampir ke supermarket terlebih dahulu" jawab Renjun sembari memakai ranselnya.
"Tapi aku bisa mengantarmu dan aku tidak menerima penolakan, ayo." Jaemin menarik pelan lengan Renjun mengabaikan bisikan dari gadis-gadis yang mereka lewati.
Jaemin memakaikan pelindung kepala pada Renjun dan segera menyuruh pria itu untuk naik ke atas sepeda motornya.
Keduanya segera meninggalkan pelataran kampus menuju salah satu supermarket yang sering mereka kunjungi.
Renjun fokus memilih bahan makanan sementara Jaemin tanpa protes mendorong troli dan berjalan di samping Renjun. Setelah selesai, mereka tidak langsung kembali melainkan memilih duduk di meja yang terdapat di depan supermarket tersebut.
Renjun fokus memakan es krim sementara Jaemin meminum soda sembari menatap wajah Renjun. Pria itu terkekeh saat melihat bibir Renjun belepotan. Dengan segera, Jaemin mendekatkan wajahnya pada wajah Renjun dan membersihkan sisa es krim di sudut bibir pria mungil tersebut.
Renjun yang mendapat perlakuan tersebut, dengan wajah Jaemin yang hanya berjarah kurang dari lima centi di depannya membuat Renjun menahan napas.
Jaemin yang menyadari tubuh Renjun menegang, manatap kedua manik Renjun dan untuk beberapa detik Jaemin bertahan pada posisinya sebelum akhirnya mengecup ujung bibir Renjun.
"Manis" gumam Jaemin sedangkan Renjun hanya mampu membelalakan mata karena terkejut.
"Bernapas, Renjun"
Maka setelah kalimat Jaemin, Renjun segera mengambil napas begitu banyak. Wajahnya memerah dan tangannya lengket sebab es krim yang ia pegang meleleh dan memenuhi jemarinya. Jantungnya sudah berdetak tidak karuan dan Renjun bahkan belum bergerak sedikitpun.
Sikap Renjun membuat Jaemin tertawa gemas. Pria itu mengusak poni milik Renjun kemudian menghabiskan soda miliknya.
"Ayo pulang, sudah sore" ajak Jaemin
"Y-ya" jawab Renjun gugup
Mereka segera meninggalkan supermarket dengan Renjun yang bergerak kaku di belakang Jaemin. Bahkan setelah sampai di rumah, Renjun berlari lebih dulu meninggalkan Jaemin. Ia meletakkan kantong belanjaannya sembarangan dan masuk ke dalam kamar.
Jaemin hanya tersenyum simpul bahkan karena terlalu sibuk memperhatikan Renjun, ia tidak sadar kalau Mark tengah menatapnya heran di daun pintu.
"Ada apa?" tanya Mark
"Apa?" Jaemin balik bertanya
"Ada apa dengan wajahmu? Dan kenapa Renjun berlari seperti itu? Ada apa dengan kalian?" tanya Mark berurutan
"Aku?" Jaemin mendekatkan tubuhnya pada Mark
"Aku menciumnya" jawab Jaemin singkat sebelum masuk ke dalam kamar, meninggalkan Mark yang tengak terkejut di tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVED
FanfictionHanya tentang Renjun yang menjadi semesta bagi sekitarnya. warn! bxb