Setibanya di rumah keluarga Lee, Renjun segera berlalu menuju kamarnya tanpa melepaskan bonek berukuran besar dalam pelukannya. Ia melempar tubuh mungilnya yang terasa lelah kemudian memejamkan mata sebelum sebuah pelukan mengejutkannya.
"Mark Hyung" ucap Renjun sembari tersenyum menatap Mark yang berada di sampingnya.
"Hadiah dari siapa? Sampai tidak melepaskannya." ucap Mark dengan satu tangan mengusap surai milik Renjun.
"Dari Jeno, Jaemin, dan Haechan " jawab Renjun
"Tumben?" heran Mark sembari menaikkan satu alisnya.
"Um— Markeu sebenarnya tadi siang aku bicara dengan Baba." Renjun mulai bercerita.
"Aku sudah tidak takut lagi dengan Baba dan kupikir beliau sudah berubah, meskipun aku sempat khawatir dan merasa sesak." Renjun memainkan telinga Moomin di tangannya.
"Tapi aku tidak bisa berbohong kalau aku sangat senang Baba memperlakukanku dengan baik. Dan beliau juga memberiku boneka. Sayangnya, teman satu timku tidak sengaja menumpahkan kopi pada kepala Moomin, jadi Jeno membawa bonekanya untuk di bersihkan. Kemudian, sebagai gantinya, Jeno, Jaemin, dan Haechna membelikanku boneka Moomin super besar! Aku sangat menyukainya!" jerit Renjun semangat di akhir ceritanya membuat Mark tersenyum gemas.
"Jadi kalian pergi berjalan-jalan tanpa aku?" respon Mark sembari menampilkan wajah sedihnya.
"Eh? Kami tidak bermaksud seperti itu– tadi sungguh tidak disengaja." ucap Renjun menyesal.
"Bagaimana sebagai gantinya, kau harus mau pergi jalan-jalan denganku?" tawar Mark.
"Setuju" jawab Renjun sembari menampilkan senyum lebarnya.
"Baiklah, bersihkan dirimu dan berganti pakaian lalu kita akan pergi keluar." ujar Mark sembari mengusak puncak kepala Renjun sebelum beranjak dari tempat tidur pria mungil tersebut dan berlalu keluar.
Kurang dari setengah jam, Renjun keluar dari kamarnya, lengkap dengan mantel berwarna cokelat yang sudah menempel di tubuhnya. Ia sedikit heran melihat Lee bersaudara berkumpul dengan wajah Mark yang sudah menekuk sempurna.
"Sudah siap? Ayo pergi." suara Jaemin mengintrupsi.
"Eh? Tapi aku sudah berjanji akan pergi dengan Mark Hyung." jawab Renjun jujur.
"Dan bersama kami juga." jawab Haechan cepat.
"Tapi Mark Hyung" Renjun menatap Mark bingung.
"Ayo berangkat, sudah malam." ucap Mark setelah menghembuskan napas pelan.
Renjun sebenarnya merasa kasihan dengan Mark. Diantara Lee bersaudara, Renjun jarang sekali menghabiskan waktu dengan Mark. Sesekali ia ingin menikmati waktunya bersama pria itu. Mark yang sibuk mempersiapkan sidangnya dan Renjun yang sibuk dengan magangnya membuat mereka berdua semakin tidak memiliki waktu berinteraksi selain sarapan dan makan malam, itupun kalau Mark tidak memilih makan di kamarnya. Meskipun sesekali Renjun pergi ke kamar Mark hanya untuk menemani pria itu belajar dan berakhir tidur di ranjang Mark, Renjun merasa waktu yang ia habiskan bersama pemuda itu terlalu sedikit.
Menghembuskan napas panjang, perasaan bersalah semakin memenuhi hati Renjun. Renjun juga tidak akan menyalahkan Mark kalau pada akhirnya dia akan mencari perempuan lain yang bisa diajak berbincang atau menghabiskan waktu kapanpun tanpa harus berebut dengan saudaranya. Pun sama dengan Lee yang lain. Renjun akan maklum jika pada akhirnya nanti mereka mencari teman hidup masing-masing dan mengabaikan Renjun. Biar Renjun pikirkan soal itu nanti, sebab sekarang ia hanya ingin fokus dengan apa yang dimilikinya.
"Mark" Renjun melepaskan genggaman Haechan dan Jaemin di tangannya dan berjalan menghampiri Mark kemudian memeluk lengan pria itu.
"Apa Sayang?" jawab Mark lembut.
"Mau street food?" tawar Renjun.
"Aku yakin sebenarnya itu kemauanmu, tapi tidak masalah." jawab Mark sembari tersenyum, sedangkan ketiga Lee hanya diam dan memilih membiarkan Renjun menempel dengan Mark sebab mereka tahu kalau Mark paling sedikit menghabiskan waktu dengan Renjun.
Mereka tahu risiko berbagi, karenanya mereka menekan ego masing-masing untuk tidak memonopoli Renjun sendirian.
Kelima pemuda tersebut sampai di jalanan yang khusus menyediakan makanan sepanjang jalan tersebut. Renjun tidak bisa menyembunyikan wajah bahagianya. Ia dan Lee bersaudara membeli beberapa makanan dengan sesekali bercanda.
Karena suasana yang cukup Ramai, Renjun tidak sengaja menabrak seseorang hingga makanan yang tengah dipegang orang tersebut jatuh.
"Maaf, aku tidak sengaja." ucap Renjun sembari membungkukkan badan.
"Apa kau buta?! Bisa-bisanya tidak melihat orang sebesar ini di hadapanmu!" teriak orang tersebut.
"Maaf, saya sungguh tidak sengaja. Saya akan mengganti makanan anda." ucap Renjun
"Kau bukan hanya menjatuhkan makananku tapi membuat tanganku kotor, bodoh!" teriak orang itu lagi dan berhasil mengundang tatapan dari orang-orang di sekitarnya.
"Hei, bukankah dia sudah meminta maaf? Dia bahkan menawarkan untuk membayar makananmu kembali. Tanganmu bisa dibersihkan, jika terluka aku akan membawamu ke rumah sakit. Tidak malukan kau, memperlakukan seseorang yang tidak sengaja hingga seperti ini?" ucap Jeno menengahi.
"Sialan. Berikan aku uang." ujar pria tersebut.
Maka dengan segera, Jeno mengeluarkan beberapa lembar uang yang jumlahnya tidak sedikit dan segera memberikannya kepada orang tersebut.
Orang itu jelas terkejut melihat nominal uang yang Jeno berikan. Namun dengan angkuh, ia hanya berdeham kecil kemudian meninggalkan tempat tersebut. Sedangkan Renjun sudah berada dalam dekapan Mark.
"Kita pulang?" tawar Mark yang akhirnya di anggukki oleh Renjun.
Mereka akhirnya meninggalkan tempat tersebut.
Renjun berlalu ke kamarnya diikuti Lee bersaudara. Ia merebahkan diri dan segera mendapat pelukan Mark serta Haechan di samping kanan dan kirinya, sementara Jaemin dan Jeno duduk di masing-masing pinggiran ranjang.
"Aku bersyukur memiliki kalian." ucap Renjun tiba-tiba.
"Kalau saat itu aku tidak menolong Tuan Lee dan setuju dibawa ke rumah ini, mungkin aku tidak akan bertemu kalian– oh, atau sebenarnya semuanya dimulai dari Baba. Kalau saja Baba tidak memperlakukan aku dan Mama dengan buruk hingga akhirnya kami kabur ke Korea, mungkin aku tidak akan bertemu kalian." Renjun bercerita sembari tersenyum. Pipi kirinya dikecup Mark dan Haechan semakin mengeratkan pelukannya.
"Aku sangat berterima kasih kepada Tuhan karena membuatku bertemu dan mendapatkan cinta dari kalian." jemari Renjun mengusap pelan lengan Haechan dan Mark di perutnya.
"Berkat kalian juga, aku memberanikan diri berbaikan dengan Baba." mata rubah itu menerawang.
"Semua yang sudah aku lewati, menjadi lebih berwarna setelah keberadaan kalian. Aku tahu suatu saat kalian akan berada pada fase bosan dan menginginkan hubungan lain. Namun, sebelum masa itu datang, aku hanya ingin mencintai kalian dengan benar." Renjun tersenyum simpul.
"Aku mungkin tidak bisa berada bersama kalian terus-menerus atau ada saat kalian membutuhkanku. Tapi, aku akan selalu mengusahakan yang terbaik. Meski aku juga tahu bahwa sebanyak apapun yang aku lakukan tidak akan bisa membalas cinta yang sudah kalian berikan padaku." Renjun menjelaskan yang didengarkan dengan baik oleh Lee bersaudara.
"Aku hanya tahu bahwa aku sangat mencintai kalian. Itu saja."
Cuma mau ngasih tahu kalau beberapa part lagi bakalan end 👉👈
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVED
FanfictionHanya tentang Renjun yang menjadi semesta bagi sekitarnya. warn! bxb