Lee bersaudara kebingungan saat tidak menemukan Renjun di rumah mereka padahal waktu baru menunjukkan pukul 6.45 dengan makanan yang sudah tersaji di meja makan.
"Kemana Renjun?" tanya Mark
"Apa dia masih di kamarnya?" Jaemin melontarkan pertanyaan baru.
Jeno tanpa suara segera menuju kamar Renjun dan mengetuk pintu dengan gantungan badak berwarna putih tersebut. Namun setelah panggilan ketiga, Renjun tidak kunjung keluar, maka Jeno berinisiatif membuka pintu kamar tersebut. Mengedarkan pandangannya pada ruangan itu dan tidak menemukan Renjun dimanapun.
Jeno kembali ke meja makan dengan gelengan kecil.
"Kemana Renjun sepagi ini" gumam Jaemin.
"Renjun semalam bersamamu, apa sesuatu terjadi?" tanya Mark pada Haechan
"Aku mengungkapkan perasaanku padanya" jawab Haechan pelan yang membuat Lee bersaudara terdiam.
"Dia pasti merasa dipermainkan" gumam Jeno
"Apa maksudmu?" tanya Mark
"Tiga hari lalu aku menciumnya, setelah kita makan malam dengan Ayah. Kemudian di hari berikutnya, Jaemin yang menciumnya. Dan semalam Haechan mengungkapkan perasaannya. Renjun pasti merasa bahwa dirinya tengah kita permainkan. Dia terkejut dengan pernyataan cinta Haechan dan perlakuan tiba-tiba aku dan Jaemin." jelas Jeno
"Aku akan bicara dengannya nanti" ucap Mark
"Ayo berbagi" ucap Jaemin setelah cukup lama mereka hanya diam sambil mengunyah makanan.
"Maksudmu?" tanya Haechan.
"Aku yakin diantara kita tidak ada yang mau mengalah dan berbagi adalah solusi terbaik. Kita akan bicara dengan Renjun dan bertanya bagaimana perasaannya terhadap kita atau apa yang dia rasakan. Kita juga harus mengatur jadwal hari apa dan dengan siapa Renjun berkencan" jelas Jaemin panjang yang dianggukki oleh ketiganya.
"Aku akan mencari Renjun" ucap Mark kemudian bangkit dari tempat duduknya dan bergegas keluar.
Jeno menatap punggung Mark yang sudah menghilang dibalik pintu. Dalam hatinya, ia sebenarnya merasa keberatan tapi hanya itu satu-satunya cara agar ia tetap bisa bersama Renjun dan tidak ada pertengkaran antara mereka.
Sementara Mark segera melajukan mobilnya meninggalkan pelataran mansion mewah keluarga Lee untuk mencari Renjun. Retinanya menangkap pria mungil yang tengah memakan roti di depan supermarket yang jaraknya tidak begitu jauh dari rumah mereka. Pria itu segera memakirkan mobilnya dan bergegas turun menghampiri Renjun.
"Renjun" panggil Mark yang mampu membuat Renjun terkejut.
"H-hyung" gagap Renjun
"Kenapa tidak ikut sarapan bersama kami dan malah memakan roti disini?" ucap Mark mengambil posisi duduk di hadapan Renjun.
"Aku hanya sedang ingin mencari udara segar" bohong Renjun
"Kau menghindari kami?" Mark bertanya tanpa basa-basi
"Tidak" Renjun kembali berbohong.
Mark tampak menghela napas panjang. Jemarinya meraih tangan Renjun dan merematnya pelan. Matanya menatap wajah Renjun yang tengah kebingungan.
"Renjun, kami mencintaimu. Aku, Jeno, Jaemin, dan Haechan. Dan perasaan kami tidak main-main atau hanya bercandaan. Kami serius, Renjun. Karena itu beri kami kesempatan untuk bisa melindungi kamu" jelas Mark sembari mengusap lembut punggung tangan Renjun menggunakan ibu jarinya.
"T-tapi kenapa aku?" lirih Renjun
"Renjun, perasaan suka itu tidak bisa dijelaskan. Tiga tahun kita hidup dalam satu rumah dan sikap kamu membuat kami jatuh cinta" jawab Mark
"Tapi aku bukan siapa-siapa—"
"Kamu Huang Renjun. Kamu adalah seseorang yang sangat berharga untuk kami. Kamu menjadi ibu untuk Haechan, sahabat untuk Jaemin, saudara untuk Jeno, dan adik kecil untukku. Kamu membuat kami nyaman dan tanpa sadar kami melakukan hal-hal yang sebelumnya tidak kami lakukan" Mark menatap Renjun
"Haechan tidak pernah menjadi sedewasa itu sebelumnya saat menyangkut seseorang yang dia cintai. Jeno tidak pernah menunjukkan kepeduliannya, tapi kamu menjadi orang pertama yang selalu dia lindungi. Jaemin memang hangat kepada semua orang, tapi dia tidak pernah menganggap mereka istimewa sepertimu. Dan aku, kamu menjadi seseorang yang bisa aku jadikan sandaran saat segalanya terasa begitu berat dan melelahkan. Bahkan Ayah begitu percaya kepada kamu. Kamu itu berharga Renjun" tutur Mark panjang lebar.
Retina Renjun bergerak sembarangan mendengar penuturan Mark. Ada rasa takut dan tidak percaya diri menyelimuti hatinya. Selama ini ia tidak pernah bermimpi bisa dicintai oleh Lee bersaudara sebab fokusnya hanya mencari uang dan membalas kebaikan Tuan Lee dengan melakukan yang terbaik.
Menghela napas panjang, Renjun mendongakan kepala menatap Mark di depannya.
"Hyung tentu tahu kalau aku ini diambil dari panti asuhan untuk menjadi asisten keluarga Lee. Aku tidak memiliki apapun yang bisa dibanggakan untuk bisa bersanding dengan kalian" jawab Renjun.
Mark melihat bagaimana Renjun tampak tidak percaya diri. Selama ini dia hanya tahu Renjun yang galak dan gampang marah-marah tapi ia sungguh belum pernah melihat tatapan lelah pria mungil itu. Mark bahkan bisa melihat bahwa Renjun begitu Rapuh dan membutuhkan tempat bersandar. Satu hal yang Mark ketahui bahwa Renjun juga butuh seseorang untuk menjadi temoatnya berkeluh-kesah sementara selama ini Renjun yang selalu menjadi tempat bagi Lee bersaudara menumpahkan keluhannya.
Mark bangkit dari tempat duduknya kemudian memeluk Renjun erat.
"Jangan takut, jangan takut apapun sebab kamu memiliki kami yang begitu mencintaimu. Jangan mengkhawatirkan apapun seban kami akan selalu ada untuk kamu. Jangan tidak percaya diri sebab kami lebih menyukai kamu dengan percaya diri berlebih yang selama ini kamu tunjukkan. Renjun, kamu tidak sendiri."
Maka setelah kalimat panjang Mark, untuk pertama kalinya Renjun menangis dengan membalas pelukan Mark. Pria mungil itu mengabaikan kemungkinan mereka akan menjadi tontonan sebab berpelukan di depan supermarket. Ia justru semakin mengeratkan pelukannya saat merasakan tangan besar putra sulung keluarga Lee tersebut mengelus kepalanya lembut.
Setelah cukup lama berpelukan dan Mark merasa Renjun sudah lebih tenang, ia melepas pelukannya. Tangannya terulur membersihkan sisa air mata di wajah pria mungil tersebut.
"Jadi, mau memberi kami izin?" tanya Mark yang dianggukki oleh Renjun.
Seketika senyum lebar Mark terbit dan tangannya kembali merengkuh Renjun ke dalam pelukannya.
"Terima kasih" bisik Mark
Renjun hanya menumpukan dagunya pada bahu Mark sambil mengangguk kecil. Untuk saat ini Renjun tidak ingin memikirkan apapun meski hal itu adalah kekhawatirannya. Ia juga tidak ingin peduli pada reaksi Tuan Lee. Ia ingin egois sekali ini. Renjun ingin mendapatkan cinta dan perhatian yang sempat tidak ia dapatkan beberapa tahun setelah kematian ibunya. Maka dengan keserakahannya Renjun ingin mendapatkan banyak cinta sekaligus perhatian dari Lee bersaudara. Meski Tuan Lee menganggapnya sebagai seorang putra, tapi rasanya tetap berbeda. Jadi, kali ini Renjun membiarkan dirinya menjadi egois dengan mengizinkan Lee bersaudara memenuhi hatinya. Tentang bagaimana nanti, biar jadi urusannya nanti.
Renjun hanya ingin percaya bahwa segalanya akan baik-baik saja, setidaknya untuk saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVED
FanfictionHanya tentang Renjun yang menjadi semesta bagi sekitarnya. warn! bxb