Kedamaian itu, seperti apa?
Setelah empat hari berada di rumah sakit, Renjun diperbolehkan pulang dengan tetap harus melakukan kontrol atas keadaan psikologisnya.
Renjun bersenandung senang sambil menunggu Mark dan Jeno menyelesaikan administrasinya sementara Jaemin dan Haechan yang bertugas menjaga Renjun hanya terkekeh gemas melihat tingkah pria mungil itu.
"Sebegitu senangnya bisa pulang?" tanya Haechan sembari mendekati Renjun dan memeluk pria itu dari samping.
"Tentu saja! Disini sangat membosankan. Aku hanya duduk, makan, tidur dan melihat wajah kalian bergantian. Aku ingin segera kuliah dan oh! Besok senin sudah mulai magang! Aku sangat tidak sabar!" jerit Renjun tanpa menyembunyikan rasa senangnya.
Haechan dan Jaemin kembali tertawa kecil. Haechan bahkan dengan sengaja mengecup pipi Renjun berkali-kali.
"Bagaimana persiapan magang kalian?" tanya Renjun.
"Tentu saja sudah beres." jawab Jaemin disertai senyuman.
Tidak lama kemudian, Mark dan Jeno datang kemudian mereka segera meninggalkan ruangan tersebut dengan Renjun yang memeluk lengan Haechan.
Renjun tersenyum lebar saat melihat kediaman keluarga Lee. Kaki mungilnya berlari menapaki lantai rumah tersebut. Dia benar-benar bahagia bisa pulang dan tidak lagi mencium aroma obat-obatan yang membuatnya ingin muntah.
Kegiatan Renjun ini tidak luput dari perhatian ke-empat Lee. Mark menghampiri kekasih mungilnya dan mengacak surai pria itu.
"Kita bicara sebentar, yuk?" ucap Mark sembari menggenggam tangan Renjun yang langsung di anggukki pria itu.
Mereka duduk di gazebo.
Renjun menatap satu-persatu kekasihnya sambil menunggu Mark bersuara. Ia menoleh sebentar saat Haechan merapat dan memeluk pinggangnya dari samping.
"Renjun, aku tahu kamu kesal dengan Ayah. Tapi, Renjun bisakah kamu memaafkan Ayah?" ucap Mark to the point.
"Renjun, kami hanya tidak mau kalau sampai hari magang nanti kamu dan Ayah masih bersikap dingin, itu akan membuat kamu kesusahan karena merasa canggung. Kami juga tidak ingin kamu merasa kesulitan atau menjadi jauh dengan Ayah. Kami tahu betapa besar kamu mencintai Ayah dan begitu juga dengan Ayah." jelas Jeno
"Ayah mungkin memang bersalah dengan membiarkan orang itu menemui kamu tanpa izin kamu. Bahkan Ayah menyembunyikan fakta kalau diam-diam beliau sudah mengenal orang itu. Namun, Renjun kamu sudah mendengar alasan Ayah. Meski tidak bisa menerima alasan itu, bisakah kamu memaafkan Ayah?" ucap Jeno sembari meraih tangan mungil tersebut dan meremasnya dengan lembut.
Renjun tidak menjawab. Ucapan Jeno memang benar. Ia begitu menyayangi Tuan Lee, tapi perasaan kecewanya juga mendominasi. Memejamkan mata sembari menghembuskan napas panjang, Renjun menunduk.
"Injunie, kami hanya tidak mau kamu terus-menerus merasa sedih karena itu tidak baik untuk kesehatan mental kamu. Kami ingin kamu sembuh." ucap Haechan sembari mengecup pipi Renjun.
"Baiklah– aku akan bicara dengan Tuan Lee." jawab Renjun akhirnya, yang membuat Lee bersaudara tersenyum senang hingga ia bisa merasakan pelukan Haechan di pinggangnya mengerat.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVED
FanfictionHanya tentang Renjun yang menjadi semesta bagi sekitarnya. warn! bxb