Lost

5.9K 737 19
                                    


Renjun benar-benar hilang arah.

Ia kini terduduk di pinggir toko yang sudah tutup. Toko yang letaknya tidak jauh dari panti asuhannya dulu. Matanya bergerak gelisah dengan tangan memeluk diri sendiri. Sesekali Renjun akan tersentak kaget dan beringsut mundur saat melihat kendaraan atau orang-orang lewat.

Hari sudah mulai gelap, dan Renjun dengan keadaan menyedihkan masih bertahan ditempatnya entah sampai kapan.

"Pulang ... Pulang ... " rapal Renjun masih dengan kedua manik yang bergerak menatap sekitar.

"Renjun?"

Mendengar namanya dipanggil, Renjun semakin merapatkan tubuhnya pada tembok toko tersebut.

"J-jangan dekat ... Men– menjauh" gumam Renjun dengan tubuh bergetar.

"Astaga Renjun!"

Renjun masih sibuk memeluk dirinya sendiri dengan erat saat melihat seseorang mirip dengan Mark mendekatinya.

Tidak, tidak mirip. Pria itu memang benar-benar Mark.

Mark dengan panik segera merengkuh tubuh Renjun yang langsung dihadiahi berontakan dari pria mungil itu. Renjun tidak berteriak, namun ia terus memukul dada Mark dengan air mata yang membasahi wajahnya.

"Renjun tenanglah, aku mohon jangan seperti ini. Ini aku, Renjun. Ini aku." ucap Mark terus menerus, mengabaikan Renjun yang terus memukul dadanya.

"Renjun, Sayang. Ini Mark, ini Mark. Mark menyayangimu, tolong jangan begini." lanjut Mark masih berusaha menenangkan Renjun.

Bibir pria itu bergetar karena panik dan takut. Ia sudah ingin menangis jika tidak ingat Renjun sedang membutuhkannya. Melihat Renjun sekacau ini membuat Mark ikut hancur. Ia benar-benar tidak mengira akan melihat Renjun dalam keadaan seperti ini.

"Renjun Sayang, tenanglah ... " Mark terus merapalkan kalimat yang ia harap bisa menenangkan tubuh bergetar di pelukannya tersebut.

Tangannya memeluk Renjun dengan erat sementara bibirnya mengecup kepala Renjun terus-menerus. Hingga lima menit berlalu dan Renjun tidak lagi memukul dada Mark. Pria itu bisa merasakan napas teratur Renjun yang menerpa lehernya. Maka dengan segera, Mark mengangkat tubuh ringkih tersebut dan membawanya menuju mobil. Mark sungguh bersyukur bahwa otaknya membawanya menuju panti asuhan Renjun dan berakhir menemukan pria kecil itu.

Setelah meletakkan Renjun di kursi penumpang dan mengecup kening kekasihnya, Mark mulai melajukan mobilnya menuju rumah sakit milik LC Company. Satu tangannya menggenggam jemari dingin Renjun, sementara sebelah tangannya lagi ia gunakan untuk memegang kemudi.

Butuh setengah jam hingga Mark sampai di rumah sakit dengan Renjun yang sudah terlelap di kursinya. Sedikit tergesa, pria itu mengangkat tubuh Renjun dan membawanya masuk ke dalam rumah sakit. Menarik siapapun yang memakai seragam perawat agar segera mengurus Renjun.

Pria itu segera mendudukan diri di depan IGD dan menghembuskan napas panjang.

Setidaknya Renjun sudah bersamanya.

Tangannya merogoh saku celana dan segera menghubungi ayah serta saudaranya.

Ingatan Mark kembali saat dengan mata kepalanya sendiri ia melihat Renjun meringkuk di depan toko sambil memeluk dirinya sendiri, ketakutan, menangis, bahkan beberapa luka menghiasi kaki mungil pria itu. Mata Mark memerah. Ia sungguh merasa terpukul dan sedih tidak pernah tahu kondisi Renjun.

Tiga tahun ia tinggal bersama orang yang ia sayangi, tapi ia hanya tahu Renjun yang tegas, tepat waktu, galak, dan cerewet. Mark tidak pernah tahu bahwa Renjun menyimpan ketakutan dan entah bagaimana masa lalu pria itu.

LOVEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang