Bagian terburuk dalam dirimu pun adalah milikmu.
Renjun tersenyum menatap gedung menjulang tinggi di hadapannya.
Akhirnya aku sampai di titik ini.
Renjun berharap bahwa semuanya akan berjalan baik. Rencanya tentang keluar dari kediaman Lee setelah mendapat cukup tabungan dan lulus kuliah agaknya harus berubah setelah Lee bersaudara masuk dan memenuhi hatinya. Sekarang, entah bagaimana rencana Renjun kedepan, ia hanya ingin menikmati apa yang dijalaninya sekarang. Meski sebenarnya perasaan Renjun masih mengganjal mengingat bahwa dirinya dan Heejin belum sepenuhnya membaik.
Menghela napas panjang, Renjun menyemangati diri sendiri.
Renjun, semangat dan fokus pada tujuanmu sekarang.
Memakai tanda pengenal miliknya, Renjun segera berlari kecil memasuki LC Company. Senyumnya merekah melihat karyawan yang berlalu-lalang. Perasaan Renjun membuncah, ia semakin mempercepat langkah untuk menuju ruang rapat yang sudah disepakati hari sebelumnya untuk membahas hal-hal berkaitan dengan magangnya kali ini.
Renjun mengetuk pintu tersebut dan segera masuk setelah diperbolehkan. Ia tersenyum sembari membungkukan badan sebagai tanda hormat. Ia segera duduk sembari mengatur napas untuk mengurangi kegugupannya.
Tidak lama kemudian, pintu kembali dibuka, menampilkan wajah Jeno dan Jaemin juga Heejin dibelakangnya. Renjun sempat menghela napas sebentar saat Heejin bertemu tatap dengannya. Pria mungil itu memilih fokus memainkan jemarinya. Ia tersenyum simpul saat Jaemin duduk di sebelahnya sembari menampilkan kedua sudut bibirnya yang terangkat.
Lima menit setelahnya, seorang pria dan seorang gadis masuk yang Renjun yakini bernama Yanyang dan Yeeun.
Dalam sath devisi terdapat lima anak magang, dan yang Renjun ketahui dalam satu perusahaan ini terdapat dua puluh mahasiswa magang yang artinya menjadi empat devisi. Haechan sendiri berada pada devisi pemasaran sementara Renjun, Jeno dan Jaemin berada di devisi keuangan dengan penanggung jawab lapangan bernama Taeyong. Renjun sendiri baru menebak-nebak, orang seperti apa Taeyong ini. Dilihat dari tatapan matanya yang tajam, Renjun hanya bisa menyimpulkan satu hal bahwa Taeyong adalah orang yang sangat tegas dan disiplin.
"Baik, karena semuanya sudah datang saya akan memulai pertemuan kita kali ini. Nama saya Lee Taeyong dan saya yang akan menjadi penanggung jawab kalian selama dua bulan disini. Kesempatan bertemu dengan Presdir adalah 35% terhitung dengan masa pelepasan kalian nanti. Tugas kalian akan saya beri sendiri. Selain membantu bagian devisi keuangan, kalian juga akan memiliki tugas sendiri sebagai mahasiswa magang." Taeyong berbicara serius.
"Saya harap kalian datang tepat waktu meski harus hadir satu jam sebelum karyawan datang. Saya tidak suka keterlambatan, jadi jika kalian terlambat hal itu akan mempengaruhi nilai kalian. Tugas yang akan saya berikan tentu tidak terlalu berat dan kalian dipersilakan bertanya kepada saya sebelum menjalankan tugas atau jika ada hal-hal yang tidak kalian pahami." lanjut Taeyong.
"Jangan sungkan dan semangat." tutup Taeyong sembari menampilkan senyumannya.
Setelah hampir satu jam yang dilewati dengan perkenalan, mereka bersama Taeyong sebagai guide mengelilingi perusahaan besar tersebut. Taeyong memberitahu letak kantin, ruang rapat utama, ruangan setiap devisi, hingga ruang kesehatan dan rooftop. Renjun benar-benar merasa kagum dengan interior dan tata letak juga fasilitas yang dimiliki perusahaan tersebut. Mulutnya tidak berhenti menggumam kata 'woah' yang tentu tidak luput dari perhatian Jaemin dan Jeno yang tersenyum gemas. Mata rubah berbinar dan jemari yang menggenggam gemas, menambah kesan Renjun yang selalu tampak imut di mata Lee bersaudara.
Setelah cukup memberi tour dadakan, tim B — tim milik devisi Renjun, menuju ruangan mereka. Renjun segera melempar bokongnya pada sofa yang disediakan dengan senyum yang masih terbit di wajahnya.
"Hai, kenalan yuk. Aku belum kenal masing-masing dari kalian." ucap Yanyang tiba-tiba.
"Dimulai dari kamu" Yangyang menunjuk Renjun.
"Namaku Huang Renjun" senyum Renjun ramah.
"Lee Jeno"
"Jaemin Lee"
"Jang Yeeun"
"Jeon Heejin"
"Dan aku, Liu Yangyang. Aku harap kita bisa bekerjasama dengan baik untuk dua bulan ke depan." ucap Yanyang
"Tapi, Jaemin dan Jeno, kalian ini kembar Lee bukan? Aku be beberapa kali mendengar nama kalian sering disebutkan mahasiswi di kelasku. Pasti kalian ngat populer." ucap Yanyang
"Benar, kami kembar dan kami populer." jawab Jaemin percaya diri yang mengundang kekehan dari orang-orang di ruangan tersebut.
"Oh iya, seperti yang Sir Taeyong katakan tadi, tugasnya sudah ada di meja kita–" Yanyang mengedarkan pandangannya dan segera beranjak saat retinanya menangkap setumpuk berkas di atas meja.
Renjun berinisiatif membantu Yanyang dan meletakannya di atas meja. Mereka segera fokus menatap berkas-berkas tersebut.
Renjun beberapa kali mengerutkan kening dan tangannya sibuk mencoret atau melingkari beberapa poin yang dirasa janggal atau tidak ia mengerti. Ia juga menuliskan beberapa catatan supaya lebih mudah membantunya saat bertanya kepada Taeyong. Renjun bahkan tidak menyadari bahwa di ruangan tersebut hanya tersisa dirinya dan dan Jeno sebab yang lainnya memilih membuat minuman untuk menyegarkan pikiran mereka.
"Hei, kenapa serius sekali?" ucap Jeno sembari mengusap pelan pipi Renjun.
"Kita tidak boleh bersantai walau ini hari pertama kita, kan? Akan lebih bagus kalau kita bisa menyelesaikan pekerjaan ini tepat waktu atau malah sebelum tenggat waktu. Karena aku yakin, pasti akan lebih banyak pekerjaan di hari berikutnya." jawab Renjun tanpa mengalihkan pandangannya.
"Tapi kau baru sembuh, jangan memaksakan diri." ujar Jeno mengusap kepala Renjun pelan.
"Jeno, jangan melakukan ini, nanti kalau oranglain melihat, poin kita bisa dikurangi." ucap Renjun sembari menarik lembut tangan Jeno dari kepalanya.
"Baiklah, tapi janji nanti sore kau harus menghabiskan waktumu bersamaku." tegas Jeno
"Iya, Tuan muda Lee" jawab Renjun sembari tersenyum kemudian melanjutkan pekerjaannya.
Jeno pun ikut larut dalam kertas miliknya hingga Yangyang masuk dan menyodorkan satu gelas kopi kepada Renjun.
"Sambil istirahat, Renjun. Kalau kau terlalu memaksakan diri dan sakit, kita yang akan kerepotan." ucap Yangyang mengabaikan pandangan Jeno yang tengah menatapnya tidak suka.
"Terima kasih, Yang." jawab Renjun sembari tersenyum yang makin membuat Jeno kesal.
Ia meremat kertas di tangannya saat dengan santai Renjun dan Yangyang bercanda, seolah tidak ada Jeno di sana. Jeno benar-benar ingin menarik Renjun ke dalam pelukannya saat Yangyang terang-terangan menampilkan binar memujanya kepada kekasih mungilnya tersebut.
Jeno akhirnya hanya mampu berdeham keras untuk menyadarkan keduanya.
"Diamlah, aku sedang fokus." ucap Jeno tegas dan Renjun paham sekali bahwa Jeno tengah menahan kesal, dilihat dari bagaimana rahang lelaki tersebut mengeras.
Renjun akhirnya memilih kembali fokus pada kertas di tangannya, takut jika Jeno akan semakin kesal kepadanya. Sebab, Jeno yang marah, akan menjadi sangat mengerikan.
Terima kasih yang kemarin udah komen Yangyang x Renjun, aku jadi terinspirasi 😁😁
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVED
FanfictionHanya tentang Renjun yang menjadi semesta bagi sekitarnya. warn! bxb