Renjun merebahkan diri di atas tempat tidurnya. Pikirannya kembali melayang pada kejadian siang tadi saat Heejin memakinya. Kepalanya sakit memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya. Menghembuskan napas panjang, Renjun memilih memejamkan mata berharap dapat membantu menghilangkan pening di kepalanya. Maka menit selanjutnya, Renjun sudah terlelap.
Mark masuk ke dalam kamar Renjun dan tersenyum kecil saat melihat Renjun tidur meringkuk di atas kasurnya. Pria itu terlihat seperti, membuat Mark gemas. Menghampiri tubuh mungil Renjun, Mark berjongkok di depan Renjun kemudian mengecup kening pria itu. Tangannya terulur mengusap surai Renjun.
"Aku menyayangimu" gumam Mark dan tanpa komando ia segera naik ke atas ranjang Renjun dengan hati-hati dan memeluk tubuh mungil tersebut.
Bukannya merasa terganggu, Renjun justru semakin merapatkan tubuhnya pada badan Mark dan menyembunyikan wajahnya pada dada pria di depannya.
Mark terkekeh melihat tingkah Renjun yang benar-benar seperti bayi. Tangannya menepuk-nepuk pelan punggung Renjun dan ikut memejamkan mata. Mark merindukan Renjun meski baru dua hari tidak bertemu dengannya sebab revisi tugas akhirnya yang harus segera diserahkan. Dan melihat wajah menggemaskan tertidur Renjun, membuat penat di kepala Mark meluap begitu saja.
Tersenyum simpul, Mark mengeratkan pelukannya pada tubuh Renjun lantas ikut tertidur.
Setelah hampir dua jam keduanya tidur dengan posisi saling memeluk satu sama lain, Renjun bangun lebih dulu dan terkejut bukan main begitu mendapati wajah Mark yang tengah tertidur dengan damai di depannya. Napasnya teratur membuat Renjun mengedipkan matanya lucu.
Sejak kapan Mark Hyung ada disini?
Butuh beberapa detik hingga Renjun mendapatkan fokusnya, sebelum kedua sudut bibirnya terangkat naik dan tangannya terulur untuk mengelus pelan wajah Mark.
"Kenapa kau hanya memandanginya? Tidak ingin memandangku juga?"
Renjun kembali terkejut begitu menyadari seseorang di belakangnya. Tubuhnya bergerak menghadap kepada seseorang yang bicara padanya dan ia menemukan Haechan yang sedang memangku laptop sambil melihat ke arahnya.
"Halo, Baby"
Baik, Renjun merona.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Renjun.
"Kau bertanya apa yangkulakukan disini sementara kau tidak curiga kenapa Mark Hyung bisa tidur sambil memelukmu? Tidak adil." gerutu Haechan sembari menutup laptop miliknya dan meletakannya di atas nakas sebelum ikut memeluk Renjun.
Meski jantungnya serasa ingin lepas dari tempatnya, Renjun tetap tersenyum senang mendapati dua pria yang tengah memeluknya. Ia bisa merasakan pelukan Mark yang semakin erat di pinggangnya sedangkan Haechan menyusup pada ceruk leher Renjun. Tangan Renjun mengusap pelan lengan kedua pria tersebut.
"Jam berapa sekarang? Aku harus membuat makan malam." ucap Renjun.
"Tidak perlu, kau hanya harus istirahat. Badanmu juga hangat, aku takut kamu terkena demam." ujar Haechan yang mendapat anggukkan dari Mark. Entah sejak kapan pria itu bangun.
"Tapi kita harus tetap bangun untuk makan, kan?" ucap Renjun
"Iya, sebentar lagi." gumam Mark dengan suara seraknya yang berhasil membuat Renjun merinding.
Renjun akhirnya mengalah dan membiarkan kedua pria disampingnya memeluknya. Hingga pintu kamarnya dibuka dengan sedikit kasar, membuat Renjun terkejut dan menoleh untuk melihat siapa pelakunya.
"Kalian keterlaluan! Memeluk Renjun sementara kami kuliah?!" teriak Jaemin, kemudian segera mengambil tempat di antara Haechan dan Renjun, lantas memeluk perut pria mungil itu meski harus merasa sedikit sumpek sebab posisinya yang terjepit. Sementara Jeno hanya menggeleng kecil, kemudian tangannya terulur membantu Renjun untuk bangun. Maka dengan segera, pelukan tersebut terlepas menyisakan Renjun yang kini sudah dengan nyaman berada dalam gendongan Jeno.
"Jeno, aku ingin bicara" bisik Renjun yang hanya dibalas anggukkan oleh Jeno.
Mengabaikan tatapan protes dari saudaranya, Jeno mengajak Renjun menuju meja makan dan memangku pria dengan bahu sempit tersebut. Renjun menyamankan diri dengan bersandar bada bahu Jeno. Sedangkan Mark, Jaemin, dan Haechan keluar dari kamar Renjun sambil mendengus keras. Jika bukan Renjun yang menempel dengan Jeno, mungkin mereka akan dengan tega menarik Jeno supaya menjauh dari Renjun.
"Ayo bicara pada Ayah" ucap Jeno yang membuat Renjun bangkit dan turun dari pangkuan Jeno lantas memilih duduk di kursinya sendiri.
"Kita harus mengatakan kepada Ayah kalau kita mencintai Renjun." lanjut Jeno
"Aku setuju" jawab Mark yang diikuti anggukkan oleh Haechan dan Jaemin.
"T-tapi, bagaimana kalau Tuan Lee tidak suka?" Ucap Renjun gugup sembari memainkan jemarinya.
"Ayah tidak akan menolak, percayalah." ujar Jeno sembari menggenggan tangan Renjun berusaha meyakinkan.
"Jangan takut, Renjun. Ayah juga menyayangimu, jadi tidak akan ada masalah" Jaemin berucap dengan menampilkan senyum lima jarinya yang membuat Renjun sedikit merasa lega dan mau tidak mau mengangguk.
Tidak lama setelahnya, Tuan Lee masuk ke ruang makan dan duduk di kursinya. Renjun tersenyum kikuk merasa gugup dengan yang akan terjadi. Mereka menikmati makan malam dengan tenang, dan setelah selesai, Mark segera membuka suaranya.
"Ayah, kami— aku, Jeno, Jaemin, dan Haechan mencintai Renjun. Dan kami ingin meminta restu kepada Ayah untuk memberikan izin kepada kami agar bisa mengencani Renjun. Dan dalam beberapa tahun kedepan, menikahinya." ucap Mark tegas.
Tuan Lee mendengarkan ucapan Mark dan menatap putranya satu persatu.
"Wah, anakku sudah besar ternyata. Kalian sudah mengerti bagaimana bertanggung jawab atas perasaan kalian." Tuan Lee mulai membuka suaranya.
"Ayah mengizinkan, dengan syarat benar-benar jaga Renjun. Ayah percaya pada kalian dan yakin kalian tidak akan menyakiti Renjun. Namun kalau sampai itu terjadi, Ayah pastikan kalian akan bertanggung jawab atas setiap sikap yang kalian lakukan" tutur Tuan Lee
"Jadi, ayah mengizinkan kami mengencani Renjun?" tanya Haechan memastikan.
"Tentu" jawab Tuan Lee sembari tersenyum.
Renjun yang sedari tadi hanya menunduk gugup, berani menegakkan kepalanya dan beradu pandang dengan Tuan Lee.
"T-terima kasih, Ayah" ucap Renjun sembari menampilkan senyum manisnya.
Tuan Lee balas tersenyum kemudian mendekati Renjun dan mengusap pelan puncak kepala pria mungil tersebut.
"Ayah akan lakukan apapun untuk kebahagiaan kamu, karena kamu adalah kebahagiaan Ayah" ucap Tuan Lee yang membuat mata Renjun berkaca-kaca mendengarnya.
"B-boleh peluk?" gumam Renjun pelan yang masih bisa di dengar semua orang di ruangan tersebut.
Maka tanpa meminta dua kali, Renjun mendapat pelukan dari Tuan Lee yang langsung dibalas oleh Renjun.
Hatinya menghangat seolah mendapat pelukan dari Ayah yang sebelumnya tidak ia dapatkan. Renjun bahagia sebab Tuan Lee seribu kali lebihbaik dibanding Ayahnya. Ia bersyukur mengenal dan menjadi bagian dari keluarga Lee.
Renjun menangis, merasa begitu bahagia atas apa yang ia dapat.
Mama, Renjun bahagia.
"Ayah, segera lepaskan pacar kami" suara Jaemin mengintrupsi yang langsung membuat Tuan Lee melepas pelukannya.
"Dasar possesif" cibir Tuan Lee yang hanya dibalas decihan oleh Jaemin.
Ah, menyenangkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOVED
Fiksi PenggemarHanya tentang Renjun yang menjadi semesta bagi sekitarnya. warn! bxb