Shine

5.5K 686 23
                                    

Jika orang yang paling kamu sayang membuatmu kecewa, jalan mana yang akan kamu ambil? Memaafkan atau meninggalkan?






Renjun mengerjap pelan, mendesah saat merasa tubuhnya begitu kaku dengan kepala berdenyut nyeri. Kepalanya dipaksa mengingat kejadian sebelumnya dan tubuh Renjun kembali menegang. Jemarinya meremat tangan yang tengah menggenggamnya, membuat si empunya terbangun karena kaget.

"Renjun?" suara khas bangun tidur menyapa pendengaran Renjun dan memaksa pria mungil itu untuk menoleh.

"J-Jeno ... " gumam Renjun yang langsung membuat Jeno menegakkan tubuhnya.

"Sayang, kau sudah bangun?" ucap Jeno menyentuh wajah Renjun.

Ucapannya tersebut membuat Jaemin dan Haechan ikut terbangun, dan segera menghampiri ranjang kekasihnya.

"Renjun, apa yang sakit? Coba katakan." tanya Haechan

"Panggil dokter terlebih dahulu." intruksi Haechan.

Sementara Renjun hanya menatap kebingungan pada ketiga kekasihnya, kemudian kembali memejamkan mata seeta genggaman tangannya pada jemari Jeno mengendur. Renjun bernapas lega bahwa ia tidak lagi bertemu dengan orang itu. Meski Renjun sangat marah dan kecewa dengan Tuan Lee, tapi Renjun tidak bisa memungkiri bahwa ia merasa tenang saat berada di sekitar Lee bersaudara.

Tidak lama setelah Jeno menekan tombol untuk memanggil dokter hingga seorang pria berwajah manis dengan jas dokternya menghampiri tempat tidur Renjun diikuti senyum di wajahnya.

"Selamat sore, Huang" sapanya ramah yang langsung dibalas senyuman oleh Renjun.

Renjun mengenal dengan jelas siapa dokter yang tengah berdiri tersebut. Dokter yang sama yang menangani kesehatan mental Renjun dua tahun lalu. Kim Doyoung.

"Bisa saya memeriksa pasien sebentar?" tanya Doyoung ramah yang langsung dianggukki ketiga pria tersebut.

Setelah Jeno, Jaemin, dan Haechan menyingkir dari ranjang Renjun, Doyoung segera memeriksa kondisi tubuh Renjun. Butuh beberapa menit hingga Doyoung kembali tersenyum ke arah Renjun.

"Renjun, apa akhir-akhir ini mimpi itu datang lagi?" tanya Doyoung yang sudah mendudukan pantatnya pada pinggiran ranjang sembari menggenggam lembut tangan mungil Renjun.

"Tidak, sudah dua tahun terakhir aku tidak bermimpi lagi meskipun sedang lelah sekali." jujur Renjun.

Doyoung mengangguk sebelum kembali mengajukan pertanyaan.

"Apa ada seseorang yang kau temui?"

Dan pertanyaan itu membuat Renjun menegang, bahkan genggamannya pada jemari Doyoung mengerat.

"D-dia kembali—" gumam Renjun yang masih bisa didengar Doyoung.

"Renjun, kita kapan-kapan ketemu lagi ya" ucap Doyoung yang berhasil membuat Renjun lebih rileks dan berhasil mengangguk.

Doyong melepas genggamannya dan bangun dari tempat tidur Renjun lalu mendekati Lee bersaudara yang tengah menatapnya tajam.

"Saya akan jadwalkan konsultasi Renjun, tolong temani dia dan jangan membuatnya stres." ucap Doyoung sebelum mengangguk pamit dan meninggalkan ruang VVIP tersebut.

LOVEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang