Sudah hampir satu bulan Renjun magang di LC Company, dan selama itu pula ia sering mendapat makanan dari Yuta dan selama itu juga Renjun berusaha berbicara dengan Heejin secara 'normal'. Namun entah bagaimana siang ini Renjun bisa satu meja bersama Yuta. Renjun pikir kepalanya terbentur sesuatu sebab ia dengan berani menawarkan diri terlebih dahulu untuk bertemu Yuta.
Pria mungil itu meremat pelan tangannya, belum berani mengangkat wajah dan bertemu tatap dengan Yuta yang saat ini tengah memandangnya teduh.
"Renjun ... " panggil Yuta lembut.
"Terima kasih karena sudah mengizinkan Bab untuk bertemu sama kamu. Baba sangat senang meskipun Baba yakin kamu pasti masih merasa takut dan marah." ucap Yuta.
"Tidak apa-apa, meskipun Baba sangat ingin memeluk kamu tapi bisa melihat kamu sedekat ini saja membuat Baba sangat senang. Terima kasih." tutur Yuta jujur.
"T-tidak perlu berterima kasih, Renjun senang bisa bertemu Baba." ucap Renjun setengah gugup.
Yuta tersenyum menatap putranya yang masih menunduk.
"Renjun, Baba punya sesuatu untukmu." ucap Yuta, kemudian tangannya terulur memberikan sebuah kotak berukuran sedang kepada Renjun.
Renjun menerima kotak tersebut dan seketika matanya membola. Ia mendapat boneka Moomin yang tidak cukup besar tapi berhasil membuat perasaan Renjun membuncah bahagia. Renjun yang galak akan menjadi seperti anak anjing jika sudah mendapat kesayangannya. Sangat menggemaskan.
"Ternyata anak Baba tetap seorang anak-anak ya" kekeh Yuta yang membuat Renjun mengerucutkan bibirnya lucu.
"Moomin kan peri, kesayangan Renjun" ucap Renjun sembari memeluk bonekanya.
Dan entah bagaimana, Renjun merasa lega. Ia pikir, dirinya sudah berbaikan dengan sang ayah– atau lebih tepatnya berbaikan dengan dirinya sendiri.
Renjun bahagia.
Sebab bagaimanapun hancurnya seorang anak, tempatnya pulang adalah keluarga. Dan sedewasapun seorang anak, dia tetap menjadi balita di mata sang ayah.
Renjun bersyukur, ia masih diberi kesempatan untuk bisa duduk bersama ayahnya. Menghabiskan waktu dengan bercanda dan memaafkan dirinya sendiri. Sebab kita tidak akan tahu kapan kita menyesal sebab kehilangan orang yang dicintai.
"Renjun sayang Baba" ucap Renjun.
Dan setelah mendengar ucapan putranya, Yuta memeluk erat Renjun dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya. Ia berhasil mendapat putranya lagi, dan hal itu sudah cukup membuat Yuta bahagia.
.
Renjun masuk ke dalam ruangannya masih dengan kedua sudut bibir terangkat. Ia duduk disamping Yangyang dan memandangi wajah temannya tersebut dengan senyum lebar.
"Kau— kenapa?" heran Yangyang yang sayangnya hanya dibalas dengan hehe oleh Renjun.
"Kau— menyeramkan" ucap Yangyang lagi sembari bergidik ngeri.
"Yang, aku bahagia sekali!" pekik Renjun
"Karena–? Karena boneka itu?" tanya Yangyang yang dibalas anggukkan cepat oleh Renjun.
"Tapi itu kan hanya boneka–" Yangyang masih keheranan dengan tingak Renjun.
"Benar, ah aku sangat senang!" jawab Renjun lagi.
"Baik– kau memang menggemaskan tapi jika seperti ini kau sedikit menyeramkan–" ucap Yangyang jujur
"Tidak masalah" jawab Renjun singkat kemudian kembali memeluk boneka dari ayahnya.
"Oh! Aku sudah menyelesaikan laporanku dan sudah aku kirim melalui email kamu. Kamu bisa mengeceknya." ujar Renjun yang dianggukki oleh Yangyang.
Renjun masih tersenyum sebelum secara tidak sengaja Yeeun menumpahkan kopi tepat pada kepala boneka kudanil tersebut.
"Astaga! Renjun maafkan aku!" teriak Yeeun panik sementara Renjun langsung berusaha membersihkan wajah boneka Moomin miliknya dengan tisu.
"Renjun sungguh aku minta maaf, aku tidak sengaja."
"T-tidak, tidak masalah" jawab Renjun lemah masih dengan tangan membersihkan wajah bonekannya yang sudah basah.
"A-aku akan membersihkannya dulu" gugup Renjun kemudian segera bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan ruangan.
"Aku benar-benar tidak sengaja–" sesal Yeeun.
"Tidak apa Yeeun, lagipula itu kan bisa dibersihkan." Heejin coba menenangkan Yeeun.
"Tapi itu kopi, pasti nodanya akan membekas." gumam Yeeun.
"Kau bisa menggantinya dengan yang baru." jawab Heejin.
"Bagaimana kalau boneka itu pemberian seseorang?" gadis berambut sebahu tersebut sudah hampir menangis.
"Kau tidak sengaja dan kau juga sudah meminta maaf. Jadi, harusnya tidak masalah untuk Renjun." ucap Heejin.
Jeno yang melihat hal itu hanya berdecak pelan kemudian bangkit dari tempat duduknya untuk menyusul Renjun. Sayangnya, ia tidak menemukan Renjun berada di kamar mandi. Pria itu mencari keberadaan Renjun dan bernapas lega saat ia melihat sosok mungil tersebut duduk di taman belakang perusahaan.
"Renjun ... " panggil Jeno
"Jeno ... " jawab Renjun. Wajahnya sudah basah karena air mata.
"Hei, tidak apa-apa Sayang. Kita bisa membelinya dengan yang baru." Jeno mencoba menenangkan.
"Ini, dari Baba" ucap Renjun yang membuat Jeno terkejut.
"Baba? Ayah kamu?" tanya Jeno memastikan dan dibalas anggukkan oleh Renjun.
"Ini hadiah dari Baba, hadiah pertamaku setelah sekian tahun tapi aku merusaknya dalam sekejao." Renjun kembali terisak yang langsung membuat Jeno menarik tubuh mungil tersebut ke dalam pelukannya.
"Sstt itu tidak sengaja, kamu tidak merusaknya. Kita masih bisa menyucinya, dan sepulangnya nanti, aku akan membelikanmu boneka Moomin yang lebih besar oke?" ucap Jeno mencoba menenangkan.
"Ini dari Ayah" gumam Renjun di sela isakannya.
Jeno tidak menjawab, ia hanya mengecup kepala Renjun sesekali dengan menepuk-nepuk punggung kekasihnya. Jeno penasaran bagaimana Renjun bisa mendapat hadiah dari Yuta, tapi yang lebih penting sekarang adalah bagaimana menenangkan Renjun. Ia tidak ingin dan tidak suka melihat Renjun dalam keadaan ini, terlebih Jeno takit jika perasaan tidak diinginkan kembali muncul pada diri Renjun.
Karenanya, setelah jam magang selesai, Jeno mengajak Renjun pergi menuju pusat perbelanjaan diikuti Jaemin dan Haechan.
"Baiklah Paduka, sekarang kau bebas memilih apapun yang kau mau." ucap Jeno
Renjun tersenyum lebar dan melangkahkan kakinya menuju toko boneka. Tangannya dengan cekatan mengambil boneka Moomin hampir serukuran badannya. Kemudian setelah itu segera kembali menghampiri ketiga Lee yang tersenyum gemas melihat Renjun.
Renjun hampir tidak pernah berbelanja atau membeli sesuatu jika tidak dibutuhkan karena ia memang tidak menyukainya dan tidak memiliki cukup waktu. Karenanya Lee bersaudara sangat bahagia ketika Renjun berinisiatif meminta sesuatu atau mengajak mereka berlibur.
Haechan membayar boneka Renjun kemudian segera mengikuti kemana kekasih mungilnya tersebut akan pergi. Mereka berhasil mencuri perhatian pengunjung pusat perbelanjaan berkat visual yang luar biasa. Bahkan sesekali Jaemin sengaja tersenyum dan melambai pada para gadis yang melihat mereka.
Renjun mengajak ketiga Lee membeli es krim dan melihat-lihat pernak-pernik sebelum berakhir di tempat makan. Renjun tersenyum senang meski tidak bohong jika perasaannya gelisah memikirkan boneka dari ayahnya. Setidaknya, Renjun merasa bersyukur ia memiliki Lee bersaudara dalam hidupnya yang sebelumnya kaku dan lurus. Lee bersaudara memberinya ruang dan udara baru bagi hidup Renjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVED
FanfictionHanya tentang Renjun yang menjadi semesta bagi sekitarnya. warn! bxb