Selamat datang Desember
Aku mempersembahkan untuk kalian ff omegaverse pertama tentang Yizhan buatanku
Mohon maaf jika dalam ff ini banyak kerancuan tentang AOB atau ketidak sepemahaman dengan beberapa versi omegaverse yang kalian baca
Aku hanya pemula yang mencoba meramu cerita ala kadarnya
Jika ada masukan sampaikan dengan bijak dan sopan
Jangan langsung menjatuhkan talak
Seperti selebriti berceraiHahaha
Makin ngelantur aja
Silahkan dibaca
Semoga suka😊
😊
Zhan, pria muda yang manis dengan tahi lalat di bawah bibirnya. Wajah kurus, tatapan mata seperti malaikat dan bibir yang sesekali tersenyum seperti kelopak bunga yang baru tersiram air hujan, segar dan menawan.
Ia menatap ke luar jendela dimana hujan tengah merangkak turun dari langit kelabu. Membasahi bumi dan jiwanya yang lama kemarau sebab rindu yang berkepanjangan. Rindu pada seseorang yang membuat luka di hatinya, yang mengenalkan padanya sebuah penantian yang tak ada ujungnya. Seseorang yang namanya masih melekat seperti lukisan indah yang terpaku di dinding hatinya. Sebuah nama yang terus ia kumandangkan dalam setiap doanya di sepertiga malam. Nama yang tak pernah pudar walau air hujan berkali-kali menguburnya di lantai kenangan, walau terik terkadang membakar rindu yang bersarang manis di dasar jiwanya.
Zhan mengambil biola dari dalam kamarnya, suasana yang ia rasakan serta tetesan hujan yang ia lihat, menyeretnya dalam kenangan. Membuatnya ingin merayakan kepahitan dengan alunan musik yang ia sukai.
Melody of tears dari Beethoven ia mainkan, sembari mata terpejam merasakan setiap gesekan senar melukai hatinya yang pilu.Sudah tak ada air mata untuk hari ini, namun luka tetaplah luka, setiap hujan turun, luka itu kembali menganga mengikis rindu dan air mata. Harapanpun jatuh, terbawa arus air ke hulu, melayang dalam air keruh.
*
"Aku akan menikah dengan pilihan orang tuaku, hubungan kita harus berakhir". Perempuan cantik dengan mata sayu menatap Zhan pilu, tangan mungilnya menggenggam tangan pria itu dengan erat.
"Kumohon lupakan semuanya, aku akan pergi jauh tinggal bersama calon suamiku, kau berbahagialah tanpa diriku".
Air mata perempuan muda itu menetes membasahi punggung tangan Zhan.
"Bukan karena aku tak cinta lagi, aku melepasmu karena dia adalah yang terbaik yang dipilih orang tuaku."
Zhan masih terdiam tak menjawab barang sekatapun, lidahnya terkunci oleh rasa sakit, dan otaknya sesak oleh rasa kecewa yang teramat dalam.*
Rintik hujan di bulan yang sama,sudah setahun berlalu namun bayangan perpisahan itu masih melekat di ingatan Zhan. 01 Desember awal bulan yang membuka lara,wanita yang ia cintai, yang telah menemani kesehariannya selama 2 tahun, yang sudah jadi bagian rencananya untuk bersanding di masa depan, mengakhiri hubungan tepat satu jam setelah acara anniversary mereka. Wanita itu memilih menikah dengan pria pilihan orangtuanya, meninggalkan Zhan bersama hujan dengan sejuta rasa sakit yang menghujam dadanya.
Zhan meletakkan biolanya kembali, ia menatap lagi ke luar jendela apartemennya, hujan masih setia menemani lukanya. Ia tak henti menangisi kesedihan pemuda kurus yang tengah merenungi hidupnya. Setelah kepergian wanita itu, Zhan tak pernah berfikir untuk menjalin hubungan lagi dengan siapapun di dunia ini, baginya hatinya telah mati,dan jiwanya yang rapuh tak bisa bangkit lagi. Zhan membiarkan dirinya berjalan beriringan dengan rasa trauma. Entah sampai kapan, dan pada siapa ia bisa membuka kembali hatinya yang terkunci.
*
Jam 10 malam, seperti biasa Zhan mengisi acara di sebuah caffe dengan bernyanyi. Kelihaian Zhan bermain musik serta suara merdunya mampu membuat pengunjung caffe terhipnotis, ditambah wajah cantiknya dengan senyum manis yang tak bisa ditolak membuat para pengunjung betah menikmati pertunjukannya.
Selesai menyanyikan dua lagu, Zhan hendak pergi dan pulang kembali ke apartemennya, namun lagi-lagi hujan turun mencegahnya untuk berlari ke jalan. Ia berdiri di depan pintu caffe sambil menenteng biola di tangannya. Bagaimana aku ke halte? aku tidak membawa payung, pikir Zhan.
Zhan terkejut saat seseorang menepuk punggungnya, ia menoleh namun tak mengenali wajah orang itu. Zhan meneliti tingkah pemuda itu yang berjalan gontai ke parkiran,ternyata dia mabuk dan hampir jatuh ke lantai. Dengan sigap Zhan menolongnya, memapahnya menuju mobil pria tersebut.
"Apa kau baik-baik saja, Tuan?"
Pria itu menoleh dan tersenyum pada Zhan.
"Aku, ti ... dak ... ap ..." belum selesai ia berkata mulutnya sudah mengeluarkan cairan menjijikkan yang mengotori pakaian dan biola yang dipegang Zhan. Detik kemudian pria itu benar-benar ambruk ke lantai.Zhan tampak bingung, jiwanya yang penolong memaksanya untuk membantu pria itu, mengangkat tubuhnya ke mobil, untungnya ia langsung menemukan kunci mobil itu di saku jasnya. Pria itu bergumam tak jelas, saat Zhan bertanya dimana ia tinggal.
Dengan terpaksa Zhan membawa pria asing itu ke apartemennya, sambil ia akan mengganti bajunya yang kotor.
***
Tbc
Chapter depan lebih hangat dari hujan, tapi tak sepanas mentari siang
So, ditunggu ya....
Jangan lupa tinggalkan jejak, seperti musafir yang telah mampir, jangan langsung melipir sebelum menuang kopi di cangkir.Vote, komen, dan share itu bagian dari oleh-oleh kalian saat bertamu di lapakku.
Terimakasih 😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
You Warm my Longest Winter (End)
FanfictionJangan terkecoh dengan judul dan prolognya. Cerita ini sensual dikemas dalam narasi yang menyayat hati. Omegaverse yang disajikan dalam wadah birahi, dengan topping romansa dan sedikit saus air mata. Yang alergi BL apalagi yang masih di bawah umur...