Setelah selesai meniup lilin mereka pun memakan kue itu bersama sama. Hening, tak ada yang berbicara sedikit pun. Hingga fatim memecah keheningan itu.
"Aku kangen ibu." lirih fatim seraya mengaduk aduk kue miliknya.
"Kenapa aku lahir?" sambung fatim yang membuat fatimah muak.
"Haish, sh*t." gerutu fatimah.
"Aku cemburu... Karena kalian bersama-"
"Heh, itu karena lu gak pernah hidup dalam kemiskinan. Lu tinggal di rumah yang bagus kek gini, lu gak menderita. Dan itu pengalaman yang bagus." ucap fatimah memotong perkataan fatim.
"Dan coba lu pikirin ini. Dari sudut pandang ibu kita, bukannya elu yang lebih di prioritasin biar gak menderita kek gue?" sambung fatimah.
"Kotoran." kesal fatim yang masih memasang wajah sedihnya.
"Ehh, Haha. Lu baru aja ngomong kasar? Woahh, harus nya tadi gue rekam! Hahaha." pekik fatimah heboh.
Fatim pun tersenyum tipis melihat fatimah yang tertawa puas mendengar perkataannya tadi. Entah lah, hari ini adalah hari yang menguntungkan untuk fatim.
Karena akhirnya, setelah sekian lama fatimah yang selalu memasang wajah datar dan senyum liciknya. Kembali tersenyum senang dan tertawa bahagia. Fatim ikut senang melihat itu.
***
Atta kini telah pulang. Tapi saat ia pulang, ia menemukan fatim yang tengah sendirian di bangku depan rumah fatim.
Akhirnya atta pun berinisiatif untuk menghampiri adik kesayangannya itu.
"Apa atim bisa liat ibu kalo atim mati?" tanya fatim yang menyadari kehadiran atta.
"Kalo kamu mati, semua berakhir. Tanpa keraguan." jawab atta yang kini sudah duduk disamping fatim.
"Atim gak ngerti, kenapa temen temen bully atim. Sebegitu bencinya mereka sama atim sampe gak peduli mau atim mati atau enggak?"
"Kalo mereka punya alasan, atim siap terima. Tapi, apa alasan itu?" tanya fatim dengan tatapan kosong nya.
"Fatim. Apa yang mereka lakuin gak bisa dibenerin. Kita gak perlu cari tau." jawab atta tegas.
"Tentang fatimah. Dia lebih mirip sama ibu. Meskipun dia gak tau itu." ucap fatim mengalihkan pembicaraan.
"Abang gak tau. Menurut abang, dia kayak orang yang nyata." jawab atta kembali.
"Atim tau. Atim ngawasin itu dengan cermat. Kalo atim lebih mirip ke ibu... Mungkin ibu gak harus ninggalin atim."
"Mungkin. Tapi, ibu atim... Bisa ngirim atim karena dia lebih percaya sama atim. Bahkan, saat dia gak ada disisi atim... Dia percaya kalo atim bisa hidup dengan baik. Dan atim menjadi lebih berani"
Fatim pun tersenyum simpul dengan matanya yang berkaca kaca.
"Apa atim bisa jadi orang dewasa yang baik kayak abang? Atim pengen banget nerima permintaan maaf dari mereka. Mulai besok... Atim bakal gunain kekuatan atim sendiri." ucapnya menahan tangis seraya tersenyum tipis.
Atta pun ikut tersenyum pada adiknya, Lantas laki laki itu membawa fatim kedalam pelukannya, sungguh fatim sangat hebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
BULLYING (Tahap Revisi)
FanfictionIni tentang anak perempuan yang hidup nya dipenuhi dengan kepalsuan. Yang bertahan hidup dengan sesak dan rasa sakit yang ia pendam selama bertahun tahun. Tangan yang ia gunakan untuk menahan isak tangis yang keluar dari bibirnya setiap malam. Sen...