Muntaz pun dengan segera mengambil alih pecahan beling itu dari tangan fatim dan melemparnya kesembarang arah.
"Biarin gue pergi mun!! Gue gak kuat hiks...gue mau nyusul ibu sama ayah!!!" isak fatim dengan mata yang sudah sembab dan pekaian yang sangat kacau.
Muntaz pun langsung saja memeluk sahabatnya itu. Sungguh sakit melihat fatim seperti ini. Sedangkan fatim hanya diam dan membalas pelukan laki laki itu.
Hangat. Itu yang ia rasakan. Ia merasa sedikit tenang saat dipeluk oleh muntaz dan mengeluarkan semua unek unek nya, seenggaknya beban yang selama ini fatim pendam sendiri bisa berkurang walau sedikit.
Setelah beberapa menit berpelukan, muntaz pun melepas tautan mereka dan menatap lekat manik mata gadis itu. Lalu ia pun mengelap sedikit demi sedikit air mata fatim yang terus saja bercucuran tak henti hentinya. Melihat fatim yang merasa sedikit tenang, akhirnya muntaz memberanikan diri untuk bicara setelah hening yang cukup lama.
"Gue tau lu capek, gue tau lu lelah. Tapi lu harus tetep bertahan. Demi orang yang sayang sama lo" ucap muntaz seraya memegang bahu fatim.
"Buat apa?! Buat apa gue terus bertahan?! Buat siapa!? Gak ada yang sayang sama gue! Gak ada yang percaya sama gue!""Gue percaya sama lo!!" pekik muntaz dengan mata yang sudah berkaca kaca.
Fatim sedikit tertegun. Antara senang dan sedih. Disaat semua orang sudah tak mempercayainya, tapi muntaz masih bisa terus percaya padanya.
"Lo sahabat gue! Gue sayang sama lo!! Dan gue percaya sama lo! Gak mungkin gue dengan gampangnya hina lo cuma karena fitnah murahan itu." sambung muntaz lembut.
Lagi lagi membuat sebulir air mata pun lolos begitu saja tanpa izin. Muntaz kembali membawa fatim kedalam dekapannya. Memeluknya erat, mengisyaratkan bahwa ia sangat menyayangi fatim dan tidak ingin kehilangannya.
Sedangkan di lain posisi. Terlihat fateh yang menatap sendu kearah fatim dan muntaz. Cemburu, itu yang ia rasakan saat ini.
"Harusnya gue yang sekarang nenangin lo. Haishhh! Lagian kenapa sih gue dengan bodohnya langsung percaya sama tu gosip murahan!? Bogo lu teh begoo!!" -batin fateh.
Karena tak tahan melihat adegan yang membuat hatinya panas terbakar. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi dari tempat itu dan menemui fatim esok hari.
Skip...
## 06.44 wib
*** Sekolah
Fatim sengaja datang lebih telat dari biasanya. Agar terhindar dari ocehan dan hinaan dari murid murid lain. Semua aman, ia berjalan bersama muntaz dengan tenang. Hingga...
"Woy pelacur!" panggil sohwa dari belakang sana membuat fatim dan muntaz pun menoleh.
"Masih punya muka lu kesini?" tanya sohwa remeh seraya menatap fatim jijik.
"Gue tau lu udah fitnah fatim. Dia gak mungkin ngelakuin hal keji kayak gitu, atau...elo yang rekayasa semua ini" balas muntaz yang menatap sohwa tajam.
"Wk, gue? Rekayasa semua ini? Hahah apa untung nya boyy??!" ucap sohwa dengan sedikit kekehannya.
Muntaz pun tersenyum miring dan menatap manik mata gadis itu lekat.
"Untungnya...lo gak bakal punya saingan, buat dapetin peringkat pertama. Dan..." ucap muntaz menggantung kalimatnya.
"Biar lo lebih leluasa, deketin fateh" lanjut laki laki itu membuat sohwa mengepalkan tangannya.
"Maksud lo apa!?"
"Maksud gue? Oh...kayaknya IQ lo masih dibawah rata rata deh. Yang begitu aja masa gue harus ngomong dua kali?"
"Lu! Bener bener!" sohwa kini tak bisa menahan amarahnya lagi.
Ia menjambak jambak rambut muntaz membuat lelaki itu meringis kesakitan. Fatim berusaha menghentikan aksi sohwa tapi toba tiba gadis itu mendorong fatim hingga tersungkur ke lantai. Namun kejadian itu tak kunjung lama sampai ada seorang gadis berserta rombongannya yang memisahkan mereka.
"Sohwa stopp!!" pekik gadis itu tak lain adalah saleha.
Karena sohwa keras kepala dan tak mau menghentikan aksinya. Dengan terpaksa saleha mendorong sohwa kuat hingga ia terjatuh. Sohwa yang tak terima diperlakukan seperti itu pun menatap tajam kearah saleha.
"Apa apaan si lu!?"
"Harusnya gue yang nanya sama lo! Apa apaan lo!?"
"Tim...lu baik baik aja?" tanya fateh seraya membantu fatim berdiri.
"Ah...i-iya, gue gak papa"
"Soh! Lu apa apaan sih?" tanya fateh dengan wajah datarnya.
"Tau soh, jangan buat keributan lagi kenapa" ucap qahtan menatap sohwa kosong.
"Bener tu. Gue juga tau, lu pasti jebak fatim kan? Lu gunain tangan dia buat nyayat tangan lo sendiri, jadi seolah dia yang buat kekerasan" sambung saaih.
"Iya soh, kita lupain aja yang udah lalu" timbrung thariq.
"Ho'oh. Kita damai aja" ujar iyyah.
Sementara sajidah hanya diam menyaksikan, tak ingin memperkeruh suasana.
Bersambung....
Don't forget to leave your vote and komen! See you next part gaiss! Baybayy 👋💗
-love you all- ❤⚡
KAMU SEDANG MEMBACA
BULLYING (Tahap Revisi)
FanfictionIni tentang anak perempuan yang hidup nya dipenuhi dengan kepalsuan. Yang bertahan hidup dengan sesak dan rasa sakit yang ia pendam selama bertahun tahun. Tangan yang ia gunakan untuk menahan isak tangis yang keluar dari bibirnya setiap malam. Sen...