Akhirnya mereka pun keluar dari ruang introgasi.
"Kami akan menghubungi anda lagi lain kali." ucap polisi itu dan langsung saja ia masuk kembali kedalam ruangannya.
"Sampe sini aja. Jangan buat fatim dalam masalah lagi." ujar atta yang tiba tiba saja datang.
"Orang orang ini seru banget hahaha." jawab fatimah dengan kekehan diakhir kalimatnya.
"Dengan ini, dia bakal jadi orang yang terlihat kayak korban kan? Kalian ngerasa kasian sama dia? Apa gue kejam?"
"Orang mungkin bangun dari akal sehatnya... Pas mereka tercekik, gak bisa napas, dan berada di ambang kematianya. Mereka harus liat itu sebelum mereka sadar."
"Mungkin, penglihatan semua orang berhenti disitu. Gimana rasanya tercekik?" ucap gadis itu panjang lebar.
"Gue kira gua udah gagal. Dia bakal hidup lagi kan? Pas dia senyum dibelakang?" sambung nya.
Aurel yang tak nyaman dengan keadaan ini pun mengalihkan pembicaraan.
"Tunggu disini. Aku ambil mobil dulu, buat anterin kalian pulang ya" pamit gadis itu.
"Gue ikut." ucap atta lalu langsung saja 2 orang itu pergi ke parkiran.
Saat atta dan aurel pergi datanglah ibu sohwa yang tiba tiba saja mendorong fatimah hingga tersungkur ke lantai.
"Dasar kamu gadis memalukan! Berani beraninya aniaya putri saya!?" pekik ibunya sohwa seraya mendorong fatimah.
2 polisi yang melihat kejadian itu pun tak tinggal diam, mereka mencoba menenangkan ibu sohwa.
"Bu! Bu tolong tenang! Jangan buat keributan disini!"
"Kenapa kalian tidak memasukannya kedalam penjara?!"
Fatimah pun bangkit dan mulai bicara.
"Bibi, tolong tertawalah sedikit." ucap fatimah yang membuat semua bingung.
"Apa?!" tanya ibu itu tak mengerti.
"Saya hanya ingin tahu apakah cara tertawa dia mirip denganmu. Dan apakah dia menganggap memanipulasi hidup orang lain itu menyenangkan." jawab fatimah kelewat santuy.
"Anda pasti tidak ingin hidup lagi!"
"Bibi, ini karena putri anda. Saya hanya buat dia takut sedikit." ucapnya dengan kedua alis yang dinaikan.
"Kalau begitu, apa kamu yang ngelakuin kekerasan itu? Dan menyeretnya ke pegunungan?" tanya wildan yang berharap mendapatkan jawaban 'tidak'.
Fatimah tak menjawab.
"Fatim..." panggil wildan.
"Anda! Pergi! Mati anda!!" pekik ibu sohwa yang berusaha untuk menyingkirkan polisi yang saat ini tengah menghalanginya.
"Saya akan pergi untuk penyelesaian." ucap fatimah meladeni ibu sohwa.
"Apa yang dibilang anaknya?" gumamnya dengan senyum simpul.
Saat ia ingin pergi dengan cepat wildan menarik tangan gadis itu karena tak mendapatkan jawaban.
"Fatim!" panggil wildan yang kini menatap fatimah tajam.
"Haish. Fatim, fatim... Fatim yang lo cari lagi gemeter dirumah sekarang! Kalo lu terus manggil gue pake nama orang bodoh itu, lu bakal gue habisin tau?!" jawab fatimah naik pitam.
"Apa?" tanya wildan tak mengerti.
"Seseorang dengan seenaknya ngebully fatim dengan alasan yang gak jelas sampe dia depresi berat! Karena itu, gue bakal nangkep semua manusia jahat itu dan bunuh mereka!" pekik fatimah.
KAMU SEDANG MEMBACA
BULLYING (Tahap Revisi)
FanfictionIni tentang anak perempuan yang hidup nya dipenuhi dengan kepalsuan. Yang bertahan hidup dengan sesak dan rasa sakit yang ia pendam selama bertahun tahun. Tangan yang ia gunakan untuk menahan isak tangis yang keluar dari bibirnya setiap malam. Sen...