Sohwa hanya bisa menahan tangis yang akan segera keluar. Dan menatap sahabat sahabatnya tak percaya.
"Kalian kenapa?! Kenapa jadi pojokin gue hah!? Dulu kita kan kompak!!"
"Lo yang kenapa! Setelah kejadian itu harusnya lo sadar! Apa susahnya kita damai? Gak usah ada dendam dendaman lagi. Biar kelas kita juga tenang!" balas fateh.
"K-kalian...aarrgghhh!!" tukas gadis itu kesal dan langsung pergi meninggalkan mereka semua.
Fatim ingin mengejar sohwa. Tapi tiba tiba saja tangannya dicekal oleh fateh. Laki laki itu memberi kode agar fatim tidak mengejarnya. Namun fatim tetep kekeh dan menyingkirkan tangan fateh.
"Gue harus jelasin ke sohwa sekarang. Semua masalah ini harus secepatnya clear" ucap gadis itu dan segera pergi mengejar sohwa.
Fateh pun ingin pergi menyusul fatim, takut terjadi sesuatu padanya. Namun tiba tiba muntaz memegang pundaknya membuat fateh pun terhenti sekejap.
"Biarin fatim beresin semua ini sendiri" bisik muntaz membuat fateh tak terima.
"Maksud lo apa beresin semua ini sendiri?! Lo mau fatim kenapa napa karena nyamperin sohwa!? Lo--"
"Fatim gak akan kenapa napa!! Lo sebagai sahabat sohwa harusnya bisa percaya dong sama dia!" tukas muntaz membuat seluruh mata kini menatap mereka.
Muntaz mengalihkan pandangannya sekejap seraya terkekeh pelan.
"Gue gak yakin lo bener bener suka sama fatim. Sama sahabat lo sendiri aja lo gak bisa percaya, gimana fatim? Kalo lo bener bener sayang sama seseorang...harusnya lo bisa percaya sama dia." sambung laki laki itu dan langsung pergi menabrak bahu fateh.
Fateh hanya menghembuskan nafasnya kasar. Kenapa kata kata mereka bisa sama persis? Sedekat itukah fatim dan muntaz. Saleha yang melihat kepergian muntaz pun segera menyusul laki laki itu.
"Gue duluan ya." pamit saleha lalu melenggang pergi mengejar muntaz.
*** Rooftop
"Ternyata kalo lo lagi sedih lo suka kesini juga ya" ucap fatim yang tiba tiba saja datang tanpa menatap sohwa.
"Ngapain lo kesini?" tanya sohwa acuh.
"Nyelesai in masalah kita."
"Masalah kita?" tanya gadis itu bingung.
"Wk, emang kita punya masalah?" lanjut sohwa dengan kekehannya.
Kini fatim menghadapkan tubuhnya menatap sohwa begitupun sebaliknya.
"Lo gak usah pura pura bego. Gue mau semua ini clear sekarang juga. Karena gue pengen hidup tenang" ucap gadis itu tepat mengenai hati sohwa.
"Mau lo apa? Apa yang harus gue lakuin biar lo maafin gue??" tanya fatom berusaha menahan air matanya.
"Maafin lo? Hahah lukira segampang itu?"
"Sebenernya apasi? Yang buat lo segitu bencinya sama gue? Apa kesalahan gue sampe lo harus bully gue? Apa yang gue lakuin sampe lo gak bisa maafin gue?? Gue punya salah apa sama lo?! Hiks..." ucap fatim yang tangisnya kini pecah.
Sebenarnya sohwa sempat berfikir. Kesalahan apa yang fatim buat hingga sohwa sebegitu membencinya? Ia pun tak tahu. Yang sohwa tahu, ia hanya iseng membully fatim karena kabar kalau ibunya dulu adalah seorang jalang. Tetapi lama lama ia merasa begitu senang melihat fatim yang tak berdaya memohon ampun padanya.
Dan sekarang...rasa bencinya pada fatim semakin bertambah. Karena, dia dekat dengan fateh, semua temannya kini membelanya, ia masuk rumah sakit karena fatim. Apa alasan itu bisa dibilang wajar? Kurasa iya(?).
Karena tak mampu memberi jawaban kepada fatim. Ia lebih memilih meninggalkan gadis itu sendiri. Memikirkan apa yang telah ia perbuat selama ini.
"Hiks...salah g-ue a-pa? G-gue hiks...cu-cuma pengen bahagia..." isak fatim yang kini semakin terdengar membuat seseorang yang menyaksikan kejadian itu menatap fatim iba.
*** Kelas
Kini bel masuk sudah berbunyi. Membuat seluruh murid pun masuk ke dalam kelas nya masing masing.
/Ceklek
Pintu terbuka. Menampilkan fatim dengan mata sembabnya, karena sejak kemarin terus saja menangis. Ia sesekali menatap sohwa yang kini tertidur dimejanya. Namun bu luna tak berani membangunkan gadis itu, secara...sohwa adalah cucu dari pemilik yayasan sekolah.
"Fatim" panggil bu luna pada fatim. Lantas sang empu pemilik nama itu pun menoleh.
"I-iya bu?"
"Ikut ibu"
Fatim pun mengangguk dan segera mengikuti bu luna. Sedangkan yang lain menulis pelajaran yang ada dipapan tulis.
"Si fatim kenapa?" tanya saaih bingung.
"Gak tau, kayaknya dipanggil kepsek dah" tebak thariq.
"Tau dari mana lu?" kini fateh yang bertanya.
"Yee kan sape tau...si sohwa nyuruh kakeknya buat ngeluarin fatim dari ni sekolah" jawab thariq santai.
Lantas fateh pun menatap tajam kearah sohwa namun gadis itu tengah terlelap dalam tidurnya. Fateh hanya mengepalkan tangannya berusaha untuk tidak tersulut emosi saat ini.
*** Ruang kepsek
/Tok tok tok
"Masuk"
/Ceklek
"Permisi pak, ini fatim" ucap bu luna sopan.
"Ah..iya iya, fatim silakan duduk. Bu luna, silakan keluar" jawab pak ali a.k.a kepsek disini.
"Baik pak, kalau gitu saya permisi" pamit bu luna dan segera pergi dari ruang kepsek.
Bersambung....
Maafkeun bila ada typo. Don't forget to leave your vote and komen! See you next part gaiss!! Baybayy 👋💗
-love you all- ❤⚡
KAMU SEDANG MEMBACA
BULLYING (Tahap Revisi)
أدب الهواةIni tentang anak perempuan yang hidup nya dipenuhi dengan kepalsuan. Yang bertahan hidup dengan sesak dan rasa sakit yang ia pendam selama bertahun tahun. Tangan yang ia gunakan untuk menahan isak tangis yang keluar dari bibirnya setiap malam. Sen...