17

294 31 6
                                    

Fateh yang merasa di diamkan pun berusaha menyadarkan laki laki itu.

"Pak?" panggil fateh sembari menjentikkan jarinya.

Hal itu sukses membuat lamunan laki laki itu buyar.

"Ah, e... Iya?"

"Pak wildan kenapa?"

"Ah... Gak, gak papa."

"Kalo gitu.... Bapak bisa jelasin ke saya gak? Kenapa fatim bisa sampe kek gitu?"

Wildan pun menghembuskan nafasnya kasar, lalu menatap fateh intens.

20 menit kemudian...

"APA?!" pekik fateh yang membuat seisi cafe pun menatapnya.

"Ehe, maaf." ucap fateh seraya memperhatikan sekitar, lantas semua orang pun mengerjakan aktiftasnya kembali.

Fateh pun menoleh kearah wildan kembali, menatap laki laki itu tak percaya.

"Maksud bapak... Fatim?"

"Iya. Fatim depresi dan trauma berat, membuat indranya memanggil identitas nya yang lain."

Rasa bersalah pun semakin menyelimuti fateh. Sungguh laki laki itu tak menyangka hal ini.

"Terus... Saya harus gimana?" tanya fateh dengan mata yang mulai berkaca kaca.

"Lindungi dia. Jangan sampai mereka kembali."

*** Rumah fatim

## 21.54 wib

/Ceklek

Terlihat laki laki berjas hitam yang membuka pintu membuat senyum indah pun menghiasi wajah gadis itu.

"Ayah!" pekik fatim yang langsung saja memeluk hasmid a.k.a ayahnya.

Hasmid yang menerima perlakuan manja dari anak kesayangan nya pun hanya terkekeh pelan dan membalas pelukan gadis kecilnya.

Ya, menurut hasmid fatim hanyalah gadis kecilnya. Dan akan selamanya begitu.

"Haha, kamu ini ya. Manja banget."

Hasmid pun melonggarkan pelukan mereka dan menemukan geni yang keluar menghampirinya. Dalam sekejap senyum hasmid pun pudar. Ya, ia ingat kalau mereka belum menyelesaikan masalah mereka.

"Ayah, ayo makan. Atim tau ayah belum makan, ibu udah masakin makanan enak loh buat ayah." ucap fatim yang langsung saja menarik tangan hasmid menuju dapur.

Kini mereka bertiga tengah berada di meja makan. Hening, tak ada yang bicara sedikitpun. Hingga fatim memecah keheningan itu.

"Ayah sama ibu masih berantem?"

"Ah, e-enggak kok nak... Ayah sama ibu gak berantem--"

"Ibu gak usah bohong. Atim inget kok, pertengkaran ayah sama ibu sebelum pergi ninggalin atim." ucap fatim yang langsung membuat keduanya bungkam.

"E... Tim, maafin kami. Kami janji kami akan--"

"Sstt. Sekarang, biarin atim nikmatin suasana ini dulu. Bersama kalian. Sebelum, kalian pergi ninggalin atim lagi.." lirih fatim dengan matanya yang sudah berkaca kaca.

Hasmid dan geni sungguh tak tega melihat putri kesayangan mereka seperti ini.

*** Ruang tamu

BULLYING (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang